Rabu, 21 Maret 2012

Pastor Kepala Paroki III

Pastor Kepala Paroki II

KITA BUTUH PEMIMPIN “GILA”


Luar biasa apa yang dilakukan oleh Bapak Dahlan Iskan pada Selasa, 20 Maret jam 06.10. Mobil Mercedes Benz yang ia tumpangi menjadi korban antrean panjang di Tol Semanggi. Karena tidak adanya tanda-tanda perubahan, akhirnya ia pun turun dari mobil, berjalan menuju loket tol. Di sana ia tidak mendapati seorang petugaspun, sehingga ia terpaksa membuka palang pintu tol dan mempersilahkan mobil lewat tanpa bayar.

Jalan Tol merupakan bagian dari Direktorat PT Jasa Marga. Namun direktorat itu berada di bawah wewenang Kementerian BUMN, di mana menterinya adalah Bapak Dahlan Iskan sendiri. Jadi, bisa dikatakan apa yang dilakukan oleh Dahlan Iskan adalah membenahi institusinya sendiri. Dahlan Iskan bukan mencari sensasi, tetapi melaksanakan tugasnya, agar institusi yang dinaunginya bisa berjalan lancar demi kenyamanan banyak orang.

Apakah Bapak Dahlan telah melakukan intervensi? Bukankah sudah ada yang menangani urusan jalan tol? Jika dikatakan melakukan intervensi, memang benar. Dan seharusnya memang begitu. Melakukan intervensi sejauh untuk kebenaran dan kebaikan banyak orang, tidaklah salah, sekalipun sudah ada badan yang mengurusnya. Intervensi terjadi karena badan yang menanganinya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal ini PT Jasa Marga belum menjalani tugasnya (dan ini diakui oleh direkturnya)

Kita butuh sosok pemimpin yang "gila" seperti Bapak Dahlan Iskan, yang berani "melanggar" prosedur yang ada demi kebaikan banyak orang. Kegilaan Bapak Dahlan Iskan merupakan wujud tanggung jawabnya sebagai Menteri BUMN yang juga membidangi PT Jasa Marga. Seandainya Bapak Dahlan tidak melakukan hal seperti itu, dan hanya berharap dari direksi PT Jasa Marga, itu berarti Bapak Dahlan Iskan cuci tangan.

Apa yang dilakukan oleh Bapak Dahlan Iskan jelas jauh berbeda dengan Bapak Presiden SBY. Presiden SBY selalu mengedepankan prosedur dan aturan sehingga tidak berani melakukan intervensi. Karena itu wajar bila ada beberapa pengamat politik menilai SBY itu banci atau pengecut. Kalau saya menilainya tidak mau bertangung jawab alias suka cuci tangan. Beberapa kasus yang terjadi di tanah air ini sering berhulu pada ketidaktegasan SBY untuk mau turun tangan. Saat ditanya kenapa SBY tidak mau turun tangan, selalu dijawab bahwa dirinya tidak mau melakukan intervensi; sudah ada badan yang menanganinya sehingga biarlah mekanismenya berjalan. Sementara rakyatnya sudah sengsara.

Mungkin suasananya berbeda. Pada kasus Bapak Dahlan Iskan, Bapak Dahlan langsung merasakan dampak antrean itu seperti yang dirasakan juga puluhan pengemudi lainnya. Semantara SBY sama sekali tidak pernah merasakan derita rakyatnya. Beliau hanya TAHU bukan MERASAKAN. Pengetahuan didapat dari berita, sedangkan merasakan langsung dari pengalaman.

Ke depan kita membutuhkan sosok pemimpin yang "gila" seperti Bapak Dahlan Iskan. Sebenarnya Indonesia pernah memiliki pemimpin yang "gila". Kita punya Bung Karno, yang berani berkata kepada Amerika Serikat, "Go to hell with your aids!" Kita juga punya Gus Dur, yang sering "melanggar" protokuler kenegaraan. Di situasi seperti ini, kita tidak membutuhkan pemimpin lemah seperti Susilo Bambang Yudhoyono.

Akhir kata saya mau berkata, "Dahlan Iskan for Presiden!!!"

by: adrian