Sabtu, 04 Oktober 2014

Budaya Bioskop dalam Perayaan Ekaristi

Biskop adalah sebuah gedung hiburan. Di sana orang dapat menonton tayangan film pada layar lebar (mirip pertunjukan layar tancap). Awalnya gedung bioskop dijadikan tempat rekreasi atau sarana hiburan. Banyak orang menghilangkan kepenatan hidup dengan pergi menonton film di bioskop. Akan tetapi, sejak berkembangkan alat pemutar CD sehingga orang dapat menonton film di rumah, peran bioskop dewasa kini sedikit mengalami perubahan. Ia tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga ajang gengsi selain tempat pacaran.

Meski mengalami perubahan, ada satu hal yang sama pada acara nonton di bioskop. Karena sudah menjadi kebiasaan, dari dulu hingga kini, satu acara yang sama itu menjadi sebuah budaya. Budaya itu dapat kita lihat pada akhir atau menjelang akhir acara nonton bioskop. Ketika pada layar muncul tulisan “The End”, maka ada banyak penonton sudah mulai berdiri dan berjalan keluar. Mereka tidak lagi membaca beberapa tulisan akhir yang muncul, yang biasanya berisi daftar panjang pemeran dan pendukungnya. Malah, ketika cerita film sudah menunjukkan gejala akhir (biasanya waktu tokoh antagonisnya mati dan sang jagoan bertemu dengan pujaan hatinya), sudah ada penonton yang pergi meninggalkan gedung bioskop. Inilah budaya bioskop.

KM Bukit Raya: Dari Pontianak ke Kijang #1

 Dengan KM Bukit Raya, siap mengarungi lautan
 
 Pelabuhan Pontianak yang berada di Sungai Kapuas
 Pelabuhan peti kemas yang ada di samping pelabuhan penumpang

Renungan Hari Sabtu Biasa XXVI - Thn II

Renungan Hari Sabtu Biasa XXVI, Thn A/II
Bac I    Ayb 42: 1 – 3, 5 – 6, 12  – 16; Injil             Luk10: 17 – 24;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Nabi Ayub. Dalam bacaan kemarin Tuhan menegur dan menyadarkan Ayub akan kekeliruannya yang mengutuk hari kelahirannya. Dalam tegurannya itu Tuhan menghendaki supaya Ayub bertobat. Hari ini Ayub mewujudkan kehendak Allah itu dengan bertobat. Pertobatan yang dilakukan Ayub tidak hanya mendatangkan berkat Allah, melainkan juga membuahkan hasil yang membahagiakan bagi hidup Ayub. Ia mendapatkan ternak yang banyak, tujuh putera dan tiga puteri yang cantik-cantik, serta umur yang panjang. Tobat menuntut sikap kerendahan hati.

Sikap rendah hati juga yang mau ditekankan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya. Dalam Injil hari ini ditampilkan kisah ketujuh puluh murid yang baru pulang menjalankan misi Tuhan Yesus. Mereka bergembira atas keberhasilan yang mereka dapat. Akan tetapi, Tuhan Yesus mengajak mereka untuk tidak jatuh ke dalam kesombongan diri. Bersuka cita atas keberhasilan akan membuat para murid itu menjadi sombong. Karena itu, Tuhan Yesus berusaha menghindari hal itu terjadi. Bagi Yesus, sukacita yang dirasakan para murid bukan lantaran keberhasilan itu semata, melainkan karena Allah. Nama mereka telah dicatat Allah di sorga.

Prestasi dan popularitas dapat membuat manusia jatuh ke dalam sikap angkuh. Orang merasa bahwa prestasi dan popularitas yang diraihnya merupakan usahanya semata. Fenomena ini jamak ditemukan dalam kehidupan kita. Bukan tidak mungkin kita pun pernah mengalaminya. Sabda Tuhan hari ini menyadarkan kita bahwa sukacita atas prestasi dan juga popularitas adalah berkat dari Tuhan juga. Karena itu, hendaklah kita menyerahkannya kepada Tuhan. Tuhan menghendaki supaya kita bertobat dari kebiasaan lama yang selalu menganggap bahwa prestasi adalah perjuangan dan usaha pribadi tanpa campur tangan Tuhan. Salah satu langkah awal pertobatan kita adalah dengan bersikap rendah hati.

by: adrian