Sabtu, 22 Maret 2014

Cara Daud Hadapi Tuduhan

Tentu kita ingat akan kisah “pertikaian” Daud dan Saul (1Sam 18 – 24). Pasca kemenangan Daud atas Goaliat, pahlawan perang bangsa Filistin, Saul merasa cemburu akan popularitas Daud. Saul merasa dirinya disaingi; dan dalam pemikiran Saul hal ini dapat mengancam kedudukannya. Karena itu, ia berencana untuk melenyapkan Daud. Untuk mewujudkan niatnya ini Saul menyebarkan isu bahwa Daud berikhtiar membunuh dirinya.

Isu bahwa Daud berencana membunuh raja dilakukan Saul untuk dua hal. Pertama,  ia ingin menarik simpati rakyat. Tentu rakyat akan membelanya dan mulai membenci Daud. Secara tidak langsung isu ini membuat Daud tersingkir dari rakyat. Hal ini tentunya akan memuluskan hal yang kedua, yaitu rencana membunuh Daud. Rencana ini seakan sudah mendapat legalitasnya. Seandainya ia membunuh Daud, rakyat tidak akan marah kepadanya.

Maka dimulailah usaha pengejaran Daud untuk membunuhnya. Dalam pengejaran ini, orang-orang yang membela Daud dihabisi oleh pedang raja (bab 22).

Ada yang menarik dari kisah ini. Daud tidak sibuk membela diri dan menuduh Saul telah berbohong. Yang dilakukan Daud hanyalah menghindari dari pertikaian. Pada akhir cerita, ditampilkan bagaimana sikap bijak Daud dalam menghadapi tuduhan Saul itu (bab 24).

Ketika Saul sedang buang hajat, diam-diam Daul memotong punca jubah Saul. Sebenarnya Daud punya kesempatan untuk melenyapkan Saul. Itulah yang dikatakan orang-orangnya (ay. 4). Akan tetapi Daud tidak melakukan hal itu. Jika Daud melakukannya, pastilah tuduhan Saul menjadi benar. Daud hanya ingin membuktikan bahwa tuduhan itu tidak benar; bahwa dia tidak bermaksud jahat terhadap raja.

Karena itu, setelah Saul selesai buang hajat, Daud muncul di belakangnya. Dia berkata bahwa dia tidak ada niat untuk membunuh raja. Seandainya memang ada, maka sudah dari tadi dia melakukannya, di saat raja sedang membuang hajat. Lantas Daud menunjukkan bukti potongan punca jubah Saul. Tentu hal ini merupakan pukulan telak bagi Saul dan para prajuritnya.
***
Kisah di atas memberikan banyak pelajaran berharga bagi kehidupan kita saat ini. Sekalipun kisah tersebut sudah berlangsung ribuan tahun, namun pesannya masih relevan hingga kini. Salah satu pesan yang dapat dipetik adalah bagaimana Daud membuktikan bahwa tuduhan terhadap dirinya tidak benar. Daud tidak sibuk memberikan bantahan, melainkan sebuah bukti nyata.

Setiap kita tentulah pernah mengalami nasib seperti Daud, yaitu dituduh atau difitnah. Banyak politikus dituding korupsi bahkan sudah dikenakan status tersangka. Seorang bawahan dituduh iri hati dengan bossnya. Suami dituduh selingkuh; dan istri dituding punya pria idaman lain. Seorang siswa dituduh menyontek atau ada main dengan guru sehingga mendapat nilai ujian bagus. Dan masih banyak contoh lainnya.

Memang banyak di antara kita mengalami nasib yang sama dengan Daud. Namun sedikit dari kita yang bersikap seperti Daud, tidak membantah namun memberi bukti nyata. Lihatlah para politikus. Sekalipun sudah berstatus tersangka, masih saja membantah bahkan sibuk membuat pengalihan isu. Suami yang dituduh selingkuh justru malah sering menyalahkan istri yang tak bisa melayani. Intinya, kita hanya bisa membantah dan membantah. Bantahan demi bantahan itu hanyalah kedok untuk menutupi kesalahan kita.

Karena itu, kiranya kisah pertikaian Daud dan Saul ini menginspirasikan kita untuk bersikap ksatria seperti Daud.
Jakarta, 24 Januari 2014
by: adrian

Pesan Paus buat Gereja

PESAN PAUS FRANSISKUS BUAT GEREJA
Dalam pertemuannya dengan para anggota Kongregasi Uskup Vatikan, Paus Fransiskus berbicara banyak tentang karakteristik para pemimpin Gereja yang dibutuhkan. Memang pembicaraan lebih difokuskan kepada sosok uskup dan/atau calon uskup. Namun pesan Paus ini dapat juga diterapkan untuk seluruh umat Allah.

Salah satu pesan Beliau adalah, “Gereja tidak membutuhkan pembela atau tentara salib untuk pertempuran, tetapi menjadi penabur rendah hati dan percaya kebenaran, yang tahu bahwa itu selalu diberikan kepada mereka dan kepercayaan dalam kekuasaan-Nya.” (Untuk mengetahui pesan-pesan Paus Fransiskus yang lain, klik disini)

Dalam pernyataannya ini Paus Fransiskus mau mengatakan bahwa Gereja sudah “mengubur” sejarahnya yang gelap dengan peristiwa Perang Salibnya. Sudah tak zamannya lagi Gereja bertempur membela iman sampai-sampai menimbulkan kerugian material dan moril, bahkan korban nyawa, bukan hanya di pihak Gereja sendiri, melainkan di pihak lain. Alasannya, setiap pertempuran selalu menimbulkan aksi kekerasan dan berdampak pada kerusakan dan kehancuran nilai-nilai kemanusiaan. Hal inilah yang mau ditinggalkan Paus.

Sebagai gantinya, Paus mengajak umat untuk menjalani atau menghayati imannya di tengah kehidupan. Salah satunya adalah dengan menjadi penabur rendah hati dan percaya kebenaran. Ada dua hal yang perlu ditekankan untuk penghayatan iman ini, yaitu percaya pada kebenaran dan sikap rendah hati. Sebelum menghayati iman, seseorang terlebih dahulu harus percaya pada apa yang diimaninya itu. Dalam dalam usahanya menampilkan atau mewartakan imannya itu, dibutuhkan sikap rendah hati, bukan memaksakan kehendak. Sikap rendah hati dibutuhkan untuk menghindari terjadikan konflik atau konfrontasi.
Jakarta, 4 Maret 2014
by: adrian

Orang Kudus 22 Maret: St. Lea

SANTA LEA, JANDA & PENGAKU IMAN

Informasi mengenai orang kudus ini sangat terbatas. Namun orang mengetahui bahwa Lea dikenal sebagai murid dari Santo Hieronimus. Ia memimpin sebuah perkumpulan wanita-wanita yang mengabdikan dirinya pada karya-karya amal cinta kasih di kota Roma. Ia meninggal pada tahun 384.

Renungan Hari Sabtu Prapaskah II - A

Renungan Hari Sabtu Prapaskah II, Thn A/II

Sabda Tuhan hari ini berbicara tentang Allah yang Maharahim dan Maha Pengampun. Dalam bacaan pertama yang diambil dari Kitab Nabi Mikha, sang nabi menggambarkan hal itu dengan jelas. Allah itu mengampuni dosa dan memaafkan pelanggaran umat-Nya. Allah sangat menyayangi umat-Nya, sekalipun umatnya selalu berdosa. Dia akan “melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.” (ay. 19).

Apa yang disampaikan Nabi Mikha, kembali ditegaskan Yesus dalam Injil. Dalam menyampaikan pengajaran-Nya tentang Allah yang Maharahim dan Maha Pengampun, Yesus menggunakan perumpamaan kisah Anak Hilang. Di sana terlihat bahwa Anak Bungsu telah berbuat dosa. Namun ia menyesal dan bertobat. Ia ingin kembali kepada Bapanya. Tentulah, dalam pikiran manusia, dia akan mendapat hukuman atau menjabat posisi seperti yang diharapkan si bungsu. Namun, yang terjadi sungguh di luar pikiran manusia. Sang Bapa sama sekali tidak melihat kesalahan dan dosa si bungsu. Bapa malah bersukacita.

Pesan Tuhan hari ini sejalan dengan kehidupan kita di masa prapaskah. Pada masa ini juga kita dituntut untuk bertobat. Sabda Tuhan hari ini pertama-tama mau mengatakan kepada kita bahwa Allah itu adalah Bapa yang Maha Baik. Kebaikan Allah itu terlihat dari pengampunan-Nya. Allah tidak akan menghukum umat yang bertobat, melainkan bersuka cita. Selain itu, sabda Tuhan mau menyadarkan kita bahwa tobat akan mendatangkan sukacita. Karena itu, dibutuhkan sikap menyesal dan kemauan untuk berubah, berbalik dari dosa.

by: adrian