Rabu, 05 Agustus 2015

Bersyukur dan Efeknya Bagi Jantung

BERSYUKURLAH & JANTUNG ANDA LEBIH SEHAT
Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, ada 68 ayat dengan kata syukur, 4 di antaranya bersyukur. Dua orang yang paling sering menggunakan kata ini adalah Tuhan Yesus dan Paulus. Satu peristiwa dalam hidup Yesus saat menggunaan kata ini adalah ketika Ia harus memberi makan empat ribu orang dengan bermodalkan 7 roti dan beberapa ekor ikan (Mat 15: 32 – 39). Tuhan Yesus mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur…. (ay. 36). Sekalipun menghadapi situasi sulit, Tuhan Yesus tetap menghaturkan syukur atas apa yang ada (7 roti dan beberapa potong ikan).
Paulus dalam surat-suratnya selalu menggunakan kata ini. Kata syukur dipakai Paulus bukan sebagai ungkapan pribadinya. Paulus senantiasa menghaturkan syukur atas apa yang dialaminya. Pengalaman Paulus bersyukur ini hendak ditanamkannya kepada umat. Oleh karena itu, Paulus selalu juga mengajak umat untuk senantiasa bersyukur (Misalnya, Efesus 5: 20; Filipi 4: 6; Kolose 3: 15; 4: 2; 1Tesalonika 5: 18, dll).
Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Tesalonika, Paulus mengajak umat untuk bersyukur dalam segala hal, karena hal itu merupakan kehendak Allah (1Tes 5: 18). Saran Paulus ini sebaiknya tidak dianggap angin lalu begitu saja, karena ada alasan baik di balik itu semua. Bersyukur bukan hanya bermakna rohani, tetapi juga memiliki efek pada kesehatan fisik.
Mereka dengan perasaan penuh syukur atau terima kasih mengalami tidur serta suasana hati yang lebih baik. Tambahan lainnya perasaan tersebut membantu menurunkan tingkat inflamasi pada pasien gagal jantung.

Renungan Hari Rabu Biasa XVIII - Thn I

Renungan Hari Rabu Biasa XVIII, Thn B/I

Sangat menarik untuk direnungkan pertentangan sikap yang ada pada bacaan pertama hari ini dengan Injil. Kontradiksi itu ada pada sikap orang-orang Israel di satu pihak dan wanita Kanaan di pihak lain. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Bilangan, ditampilkan sikap orang Israel yang kurang percaya kepada Tuhan. Ketika para pengintai pulang dan memberi gambaran tentang negeri yang mau mereka kuasai, di mana secara manusiawi mereka tidak akan menguasainya, orang-orang Israel ini bersungut-sungut. Mereka menerima informasi dari para pengintai dengan kacamata manusiawi. Mereka lupa bahwa Tuhan senantiasa menyertai mereka.
Sikap yang berbeda dari orang Israel ditampilkan oleh seorang wanita Kanaan. Sekedar diketahui, bagi orang Israel Kanaan adalah bangsa kafir, berbeda dengan mereka. Akan tetapi, dimana orang Israel mengaku sebagai orang yang percaya kepada Tuhan namun tidak dalam sikap, wanita Kanaan itu justru sebaliknya. Dia sadar bahwa Tuhan Yesus dapat menyembuhkan anak perempuannya yang “kerasukan setan dan sangat menderita.” (ay. 22). Sekalipun ada semacam penolakan, wanita itu tetap teguh memohon belas kasihan Tuhan Yesus. Di sinilah Tuhan Yesus melihat betapa besarnya iman wanita itu. Dia sangat percaya. Karena imannya itulah maka puterinya sembuh.
Dalam kehidupan kita kerap menghadapi peristiwa yang mustahil. Ada tantangan yang bagi kita tak mungkin dihadapi. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk memiliki iman seperti wanita Kanaan dalam kisah Injil tadi. Sekalipun ada banyak tantangan melanda, hendaknyalah kita tetap beriman pada Tuhan Yesus. Dia dapat menolong kita. Dan satu hal lain lagi adalah, janganlah kita selalu melihat sesuatu kesulitan hidup kita dalam kacamata manusiawi kita. Dibutuhkan sikap berserah diri, menyerahkan hidup ini kepada penyelenggaraan ilahi. ***
by: adrian