Selasa, 26 Juni 2018

MENJADI PEMILIH CERDAS MENURUT AJARAN KRISTIANI


Tak lama lagi beberapa daerah di Indonesia akan mengadakan pesta demokrasi dalam acara pemilihan umum untuk kepala daerah atau biasa dikenal dengan istilah pilkada. Setelah disuguhi dengan janji-janji manis dalam masa kampanye, saat ini masyarakat memasuki masa tenang. Kiranya baik para pemilih menenangkan diri dan merefleksikan pilihannya nanti. Perlu disadari bahwa pilihan kita nanti akan membawa dampak 5 tahun ke depan. Untuk itu dibutuhkan kecerdasan dalam menentukan pilihan.
Umat islam sudah mempunyai pedoman dalam menentukan pilihannya. Dasar pertama adalah memilih yang seagama atau seiman. Umat islam dilarang memilih calon pemimpin yang tidak beragama islam, alias kafir. Hal ini sudah diamanatkan dalam Al-Qur’an. Bagaimana jika dalam pilkada itu calon-calonnya sama-sama beragama islam? Di sini pun umat islam sudah punya ketentuan, yaitu memilih yang memperjuangkan kepentingan islam.
Demikianlah dengan umat islam dalam menghadapi PEMILU. Bagaimana dengan umat kristiani? Bagaimana cara orang kristen menentukan pilihannya dalam pilkada nanti? Apa yang dikatakan dalam Injil atau Kitab Suci?
Ada beberapa prinsip kristiani terkait PEMILU ini yang harus dijadikan pegangan bagi umat kristen. Pertama, tidak membatasi pilihan pada calon yang seagama, sesuku atau lainnya. Dasarnya ada pada nasehat Tuhan Yesus dalam Injil Markus 9: 38 – 41. Yesus bersabda, “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” Di sini orang kristiani tidak diajarkan untuk memilih hanya calon yang seiman atau seagama dengan dirinya. Yang tidak seagama tidak boleh dipilih. Jadi, memilih pemimpin tanpa harus melihat agama, suku, ras dan partainya, tua atau muda, pria atau wanita. Yang penting calon itu haruslah berjuang demi kebaikan bersama, menjaga nilai-nilai PANCASILA dan UUD ’45. Inilah prinsip pertama yang harus menjadi pegangan bagi orang kristen dalam menentukan pilihannya.
Sejalan dengan prinsip di atas, lahirlah prinsip kedua, berusaha mengenal pilihan. Sistem PEMILU saat ini hanya membantu orang untuk tahu pilihannya, namun masih sebatas wajah dan identitas. Sistem ini belum menjamin orang untuk mengenal siapa yang dipilih. Karena itu, kebanyakan orang memilih hanya terpusat pada wajah: ganteng, menarik, cantik; dan/atau juga pada identitas: suku, agama, usia. Bagaimana orang kristen bisa mengenal calon pemimpinnya? Orang kristen akan mengikuti nasehat Tuhan Yesus dalam Injil Matius 7: 15 – 20.