Senin, 19 November 2012

(Inspirasi Hidup) Kisah Jari Kelingking yg Hilang

JARI KELINGKING YANG HILANG
Di sebuah kerajaan yang sangat makmur, hiduplah seorang Raja yang pemberani dan penasehatnya yang bijaksana.

Suatu hari sang raja dan penasehat berburu. Malangnya, terjadilah kecelakaan yang mengakibatkan jari kelingking sang raja terputus. Maka pulanglah rombongan ini dalam keadaan yang gundah.

Setelah mengalami perawatan selama beberapa hari, sang Raja mulai pulih secara fisik, tetapi dia masih sangat malu untuk muncul di depan umum. Maka dipanggillah sang penasehat.

Raja: "Penasehat, bagaimana menurut pendapatmu keadaanku yang tidak lengkap lagi ini?"

Penasehat: "Tidak masalah, baginda. Itu baik-baik saja. Bersyukurlah bahwa hanya kelingking yang hilang."

Mendengar ini marahlah raja kepada penasehat. Dia berdebat panas dengan sang penasehat yang akhirnya dipenjarakan karena dianggap menghina Raja. Diangkatlah seorang penasehat baru.

Raja tidak bisa meninggalkan hobi berburunya. Setelah sembuh total, dia bersama penasehat barunya berburu kembali ke hutan yang lain. Tetapi kembali sebuah kemalangan menimpa rombongan ini. Sedang asyik-asyiknya mengejar kijang buruan, maka tersesatlah raja dan penasehat di hutan tersebut.

Mereka tertangkap oleh segerombolan suku liar di hutan itu, dan segera diikat untuk dikorbankan kepada dewa suku itu. Upacara sudah disiapkan. Kuali raksasa diisi air dan sudah dipanaskan. Kedua tawanan dibawa siap untuk disembelih dan dimasak. Tiba-tiba sang dukun berteriak, bahwa si Raja tidak boleh ikut disembelih karena cacat di kelingkingnya. Korban harus sempurna tak boleh cacat.

Maka raja itu dibuang ke hutan, dan setelah 3 hari bertemu pasukan pencari yang sudah berhari-hari berkeliling mencari sang Raja. Raja pulang dengan keadaan letih, tetapi lega. Yang pertama dikunjunginya adalah sang penasehat yang berada di penjara. Penasehat itu dikeluarkan dari penjara dan Raja mengucapkan terima kasih. Raja membenarkan pendapat sang penasehat bahwa memang kita harus bersyukur. Penasehat yang kebingungan dengan perubahan hati sang raja bertanya ada apa. Dan Raja menerangkan semua peristiwa di hutan itu.

Lalu sang penasehat juga langsung sujud di hadapan Raja. "Baginda saya juga berterima kasih karena baginda telah memenjarakan saya. Kalau saya tidak dipenjara saat ini, tentu saja saya yang sekarang sedang di masak oleh suku liar itu".

Saat tertimpa musibah... sebisanya lah kita berusaha untuk tabah, karena siapa tahu Tuhan punya rencana yang lain untuk kita. Dan perlu kita ketahui, bahwa di balik semua masalah... tersimpan sebuah hadiah yg indah apabila kita mampu mengatasinya.

Orang Kudus 19 November: St. Rafael Kalinowski

SANTO RAFAEL KALINOWSKI, PENGAKU IMAN
Santo Rafael Kalinowski adalah seorang biarawan dan imam Karmelit tak Berkasut. Ia dikanonisasi pada 17 November 1991 oleh Paus Yohanes Paulus II di Basilika St. Petrus, Vatikan. Santo Rafael Kalinowski dihormati karena kekudusannya selama ia hidup. Ia dikenal sebagai seorang yang setia memperjuangkan persatuan Gereja, ia juga dihormati sebagai seorang bapa pengakuan yang bijaksana dan penuh kasih.
Masa Kecil Hingga Remaja
Rafael Kalinowski dilahirkan dalam sebuah keluarga bangsawan yang taat beribadah. Ia dilahirkan dengan nama Joseph Kalinowski pada 1 September 1835 di kota Vilna, Lithuania (Polandia). Ayahnya bernama Andrew Kalinowski, sedangkan sang ibu bernama Josepha Poionska Kalinowski. Andrew Kalinowski adalah seorang guru matematika di sebuah sekolah untuk bangsawan. Joseph kecil tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang harmonis. Orangtuanya sangat mengasihi dia dan sejak kecil ia telah dididik dalam iman katolik yang kuat. Semasa kecil Joseph belajar di rumah sampai usia sembilan tahun. Setelah itu orangtuanya memasukkan dia ke sebuah sekolah untuk bangsawan tempat dimana ayahnya mengajar.
Joseph yang memiliki otak cerdas itu lulus pada tahun 1850 dengan nilai yang sempurna. Karena ia tumbuh dalam keluarga katolik yang taat dan saleh, pada masa kecilnya Joseph sudah mulai merasakan adanya panggilan khusus dalam dirinya. Ia merasa terpanggil untuk mengabdikan hidupnya sebagai seorang imam dan melayani Tuhan dan sesama. Niat dan pikiran itu kemudian disampaikannya kepada orangtuanya. Mendengar hal itu, sang ayah kemudian memberikan nasehat supaya ia belajar terlebih dahulu dan melanjutkan kuliahnya. Joseph yang taat dan hormat kepada orangtuanya mengikuti nasehat sang ayah.
Masa Kuliah dan Penugasan

Renungan Hari Senin Biasa XXXIII - Thn II

Renungan Hari Senin Pekan Biasa XXXIII B/II
Bac I  Why 1: 1 – 4, 2: 1 – 5a; Injil        Luk 18: 35 –43

Kisah Injil hari ini adalah Yesus menyembuhkan seorang pengemis buta. Mungkin berita tentang Yesus menyembuhkan sudah sering kita baca. Yang menarik untuk kita renungkan dari peristiwa ini adalah sikap dan reaksi orang banyak yang menyertai perjalanan Yesus.

Dikisahkan bahwa setelah pengemis buta itu tahu bahwa di antara orang banyak yang melewati dia ada Yesus, ia langsung berteriak mohon belas kasihan.  "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!" (ay. 38). Teriakan ini merupakan bentuk permohonan kesembuhan pada Yesus, karena dia sadar dan tahu bahwa pada Yesus ada kesembuhan. Ia yakin Yesus dapat menyembuhkannya. Maka, ketika orang banyak itu menegor dia supaya diam, dia malah lebih keras berteriak, "Anak Daud, kasihanilah aku!" (ay. 39b).

Yang menarik adalah reaksi orang banyak terhadap permohonan si pengemis buta itu. Mereka bukannya membantunya atau memberitahu Yesus bahwa ada yang membutuhkan bantuan-Nya, melainkan malah mencegah. Ini merupakan sikap arogansi. Sikap ini tumbuh karena "kedekatan" mereka dengan Yesus. Mereka merasa Yesus itu "milik" mereka. Orang lain tidak boleh. Apalagi pengemis buta, yang sudah takdirnya merupakan kaum pinggiran yang selalu disisihkan.

Sikap arogansi "orang banyak" ini sering kita jumpai dewasa ini. Malah diri kita pun kerap berlaku demikian. Kita, sebagai orang kristen, merasa bahwa Kristus itulah milik kita. Dengan sikap ini, kita tidak mau membantu orang lain untuk berjumpa atau mengenal lebih dalam pada Kristus.

Karena itu, sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk menyingkirkan sikap arogansi itu. Kita terpanggil untuk membantu orang lain agar bisa bertemu dengan Yesus dan mengenal karya keselamatan-Nya.

by: adrian