Selasa, 14 Oktober 2014

Orang Kudus 14 Oktober: St. Yohanes Ogilvie

SANTO YOHANES OGILVIE
Yohanes Ogilvie lahir pada tahun 1579 di Drum Grampian, Skotlandia. Ia adalah putera dari Walter Ogilvie, seorang bangsawan Skotlandia. Sejak kecil, Yohanes dibesarkan dalam iman Kalvinisme. Yohanes melanjutkan pendidikannya ke daratan Eropa, dan di sana ia mendapati banyak perdebatan antara Protestanisme dengan Gereja Katolik. Dengan melihat perdebatan, membaca Kitab Suci dan mendengar semangat para martir, Yohanes meyakini kebenaran iman dalam Gereja Katolik. Ia kemudian diterima dalam Gereja Katolik pada tahun 1596 di Louvain, Belgia.

Yohanes sempat melanjutkan pendidikannya bersama para Benediktin, dan kemudian bersama Yesuit. Yohanes memutuskan untuk bergabung dengan novisiat Serikat Yesus pada tahun 1599. Pada tahun 1610, Yohanes ditahbiskan sebagai imam di Paris, Perancis. Yohanes mendaftarkan diri untuk menjadi misionaris ke tanah kelahirannya, Skotlandia, walaupun banyak yang memperingatkan akan bahaya yang akan dihadapinya. Sementara menunggu izin, Yohanes bertugas di Rouen, dan pada tahun 1613, Yohanes memperoleh penugasan ke Skotlandia.

KM Bukit Raya: Dari Pontianak ke Kijang #6 (Midai)

 Berjalan tenang mengarungi lautan lepas




Pulau Midai menjadi persinggahan kedua KM Bukit Raya









Renungan Hari Selasa Biasa XXVIII - Thn II

Renungan Hari Selasa Biasa XXVIII, Thn A/II
Bac I    Gal 4: 31 – 5: 6; Injil             Luk 11: 37 – 41;

Sabda Tuhan hari ini berbicara tentang pertentangan antara Tuhan Yesus dengan tradisi Yahudi. Dalam Injil pertentangan itu terjadi di rumah orang Farisi yang mengundang Yesus makan. Orang Farisi mempersoalkan cara Yesus makan yang tidak membesihkan tangan terlebih dahulu, sebagaimana tradisi yang berlaku selama ini. Mungkin tradisi itu berkaitan dengan kesehatan, karena tangan yang kotor dapat “mengotori” bagian dalam tubuh. Dari sinilah, Tuhan Yesus memberikan pengajaran-Nya. Yesus menghendaki agar umat selalu menjaga kebersihan bukan saja yang di luar, melainkan juga yang di dalam.

Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia, Paulus menampilkan juga pertentangan antara Tuhan Yesus dengan tradisi Yahudi, khususnya berkaitan dengan sunat. Bagi Paulus Kristus adalah segala-galanya, sehingga tradisi sunat tidak diperlukan lagi. Mungkin tradisi sunat dikaitkan dengan kebersihan. Dan bagi Paulus, Kristus, yang telah memerdekakan umat, sudah “membersihkan” umat manusia lewat kurban-Nya di salib. Karena itu, Paulus mengajak jemaat untuk tetap percaya kepada Kristus Yesus.

Semua manusia dilahirkan dalam lingkup budaya. Karena itu, ia tidak bisa dilepaskan dari tradisi budaya. Umumnya tradisi dibuat untuk kebaikan manusia. Akan tetapi, dalam perjalanan sejarah ada banyak tradisi kelihatan usang, bahkan dirasa sudah tak memadai lagi. Namun selalu saja ada orang yang berusaha mempertahankannya. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk melihat hal itu. Bukan berarti bahwa tradisi itu tidak baik. Melalui sabda-Nya, Tuhan mau mengatakan bahwa ada yang jauh lebih baik dri tradisi, yaitu Tuhan Yesus. Jika ada yang jauh lebih baik, kenapa kita musti ngotot mempertahankan yang baik? Tuhan menghendaki supaya kita berani melawan arus dan memegang Kristus sebagai “tradisi” baru pembawa keselamatan.

by: adrian