Jumat, 24 Januari 2014

Menghindar Banjir

Sebagai bawahan, presiden memerintahkan supaya para gubernur melaporkan setiap peristiwa yang terjadi di daerahnya. Suatu ketika daerah-daerah umumnya dilanda banjir dan longsor (maklum, lagi musim hujan).

Pada pagi hari, Gubernur Jakeas sedang memantau perkembangkan sebuah waduk. Hujan lebat mengguyur. Beberapa lokasi sudah terendam. Sang gubernur berjibaku dengan derasnya hujan dan tingginya banjir.

Teringat akan mandat presiden, sang gubernur menelpon.

Gubernur       : Selamat pagi, Bapak Presiden!
Presiden         : Oya, selamat pagi! Ada yang bisa saya bantu?
Gubernur       : Saya mau lapor, Pak.
Presiden         : Lapor apa?
Gubernur       : Hujan lebat membuat beberapa lokasi banjir.
Presiden         : Hujan? Di sini gak hujan koq.
Gubernur       : Tak mungkin, Pak. Ini saya gak jauh dari lokasi Bapak.
Presiden             : Ahk, Anda membesar-besarkan masalah. Di sini gak hujan. Tu lihat, ibu saja sedang asyik upload foto di facebook.
Gubernur       : Emangnya, Bapak di mana?
Presiden         : Di kamar.

Dalam hati sang gubernur berguman, “Pantasan tak hujan. Cobalah keluar!”
Jakarta, 22 Januari 2014

Orang Kudus 24 Januari: St. Fransiskus de Sales

FRANSISKUS DE SALES, USKUP & PUJANGGA GEREJA
Fransiskus lahir di Spanyol pada tanggal 21 Agustus 1567. Semenjak kecil ia sudah menunjukkan bakat-bakat yang luar biasa. Hal ini kemudian terlihat dalam hasil studinya di sekolah. Pendidikan Filsafat dan sastra di Universitas Paris diselesaikannya dengan gemilang. Setelah itu, ia melanjutkan studi di bidang hukum di Universitas Padua hingga meraih gelar Doktor.

Tuhan mempunyai rencana khusus atas dirinya. Fransiskus sendiri telah merasakan panggilan Allah ini. Setelah lama mempertimbangkan panggilan itu, ia memutuskan untuk mengikuti suara Tuhan. Orang tuanya tidak setuju dengan keputusan hatinya. Tetapi merekapun tidak berdaya untuk membatalkan rencana Allah atas diri anaknya itu. Fransiskus kemudian ditabhiskan menjadi imam.

Sebagai imam, ia dengan penuh semangat membaktikan dirinya bagi kepentingan Gereja dan perkembangan iman. Ia bekerja di Chablais, kota Calvinis. Di sana ia dengan gigih menegakkan ajaran iman yang benar. Tampaknya ia tidak berhasil. Karyanya menemui banyak rintangan, sedang hidupnya sendiripun senantiasa terancam. Meskipun demikian, ia tidak gentar menghadapi ancaman-ancaman itu. Ia coba menggunakan cara-cara lain untuk menyebarkan ajaran iman yang benar. Ia menulis ajaran-ajaran iman pada pamflet-pamflet dan meletakkannya pada tiang-tiang dan dinding-dinding di seluruh kota. Cara ini membawa hasil yang gemilang. Dalam waktu singkat, sebanyak 25.000-30.000 warga kota Calvinis bertobat dan kembali kepada ajaran iman yang benar. Hasil ini dilaporkannya kepada Sri Paus di Roma.

Melihat keberhasilan karyanya, pada tahun 1597 Fransiskus ditabhiskan menjadi Uskup. Sebagai Uskup, Fransiskus menaruh perhatian besar pada perkembangan iman umatnya. Ia dikenal sebagai seorang Uskup yang bijaksana, ramah dan sangat menyayangi umatnya. Sifatnya inilah yang membuatnya mampu mempertobatkan banyak orang. Tentang sifatnya, Fransiskus berkata:  Jika ada sesuatu yang mulia dari kelemahlembutan dan kerendahan hati, tentunya Tuhan sudah mengajarkan hal itu kepada kita. Tetapi Tuhan justru mengajarkan kepada kita kedua hal ini, yakni kelembutan dan kerendahan hati. Bersama dengan Santa Yohanna Fransiska deChantal, ia mendirikan tarekat Suster-suster Visitasi.

Pada tahun 1662 Fransiskus meninggal di Lyon, Prancis. Banyak sekali hal yang ditinggalkannya kepada Gereja, terutama tulisan-tulisannya yang mendalam tentang iman Katolik. Salah satu warisannya ialah pentingnya memanfaatkan surat kabar untuk menyebarkan ajaran iman dan kebenaran. Fransiskus adalah orang kudus yang merintis penggunaan surat kabar sebagai pewartaan iman. Karena itu, pada tahun 1887 ia digelari sebagai Pujangga Gereja dan pelindung para penulis dan pers Katolik oleh Sri Paus Pius IX.

Renungan Hari Jumat Biasa II - Thn II

Renungan Hari Jumat Biasa II, Thn A/II
Bac I   : 1Sam 24: 3 – 21; Injil     : Mrk 3: 13 – 19

Kecemburuan Saul pada Daud membuat ia berencana membunuh Daud. Untuk menutupi niat buruknya, Saul menyatakan bahwa Daud berikthiar mencelakakan dirinya. Dalam bacaan pertama tampak jelas bahwa pernyataan Saul itu tidak benar. Daud sudah mendapat peluang emas untuk melenyapkan Saul, namun tidak dilakukannya. Satu pelajaran berharga yang ditawarkan bacaan pertama ini adalah teladan hidup Daud. Sekalipun musuh hendak mencelakakan dirinya, dan walau sebenarnya ada kesempatan baginya untuk membalas, Daud sama sekali tidak mau melakukan. Kejahatan dibalas dengan kebaikan.

Hal itu merupakan salah satu inti dari pesan Injil yang akan diwartakan para rasul. Hari ini, Injil mengisahkan penetapan para Rasul untuk menyertai Yesus dan mewartakan Injil (ay. 14). Para rasul nantinya akan melanjutkan karya dan ajaran Yesus yang merupakan warta sukacita. Membalas kejahatan dengan kebaikan merupakan salah satu warta sukacita yang hendak disampaikan.

Warta para rasul tentang Injil, terus berkumandang hingga kini. Para murid atau pengikut Kristus terpanggil untuk mewartakan Injil Kristus dan menghayatinya. Hal ini memang sudah sering terjadi. Di Indonesia, umat kristiani selalu mendapatkan tekanan; selalu dihina dan disingkirkan. Namun belum pernah terdengar adanya aksi kekerasan dari umat kristen sebagai reaksi atas tekanan dan hinaan yang diterimanya. Ini menunjukkan bahwa para pengikut Kristus sudah melaksanakan kehendak Kristus; dengan kata lain, menghayati Injil. Semoga bacaan liturgi hari ini semakin meneguhkan semangat penghayatan itu.

by: adrian