Selasa, 20 Januari 2015

Orang Kudus 20 Januari: St. Eutimos Agung

SANTO EUTIMOS AGUNG, PENGAKU IMAN
Eutimos hidup sebagai misionaris dan dikenal luas di daerah Arab dan suku Badui. Ia hidup antara tahun 377 – 473. Eutimos adalah iman dari Armenia dan tinggal di gua-gua daerah Palestina. Ia mengajarkan kepada para muridnya teladan hidup bertapa yang sangat disenangi.

sumber: Iman Katolik
Baca juga riwayat orang kudus 20 Januari:

Renungan Hari Selasa Biasa II - Thn I

Renungan Hari Selasa Biasa II, Thn B/I
Bac I    Ibr 6: 10 – 20; Injil                Mrk 2: 23 – 28;

Hari ini bacaan pertama diambil dari Surat kepada Orang Ibrani. Di sini penulis memberikan nasehatnya kepada para pembacanya. Penulis mengingatkan mereka bahwa Allah itu adil, sehingga Ia tidak lupa akan pekerjaan dan kasih pelayanan mereka terhadap sesama. Di sini kata “adil” dapat disejajarkan dengan “bijaksana”. Dalam bersikap terhadap umat-Nya, Allah selalu tampil bijaksana. Ia selalu memperhatikan umat yang telah melakukan kebaikan. Untuk itu, penulis mengajak pembacanya untuk senantiasa berjuang dalam kebaikan.

Sikap Allah yang adil atau pun bijaksana, seperti yang ditampilkan dalam bacaan pertama, terlihat juga dalam Injil. Sikap itu ada pada Tuhan Yesus. Sikap ini tampil berhadapan dengan sikap orang Farisi yang mempertanyakan tindakan murid Yesus yang bertentangan dengan hari sabat. Sikap orang Farisi ini didasarkan pada Kitab Suci orang Yahudi. Akan tetapi, Yesus juga menggunakan Kitab Suci yang sama untuk membenarkan tindakan para murid-Nya. Di sini Tuhan Yesus mau membuka mata kaum Farisi untuk tidak terlalu kaku kepada aturan sehingga mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Manusia selalu hidup dengan peraturan. Kapan dan dimana saja, setiap manusia tak lepas dari peraturan. Ada aturan rumah, sekolah, kantor, masyarakat dan negara juga Gereja. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk bersikap bijaksana dalam menyikapi aturan-aturan itu. Satu hal yang dikehendaki Tuhan adalah hendaklah kita jangan menjadi budak hukum sehingga aturan itu benar-benar menguasai kehidupan dan bahkan sampai mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan kita. Kehidupan dan kemanusiaan haruslah diutamakan. Di sini Tuhan mengajarkan kita bahwa aturan itu bisa dikompromi.

by: adrian