Kamis, 05 November 2015

Orang Kudus 5 November: St. Fransiska Ambosia

BEATA FRANSISKA AMBOSIA, PENGAKU IMAN
Fransiska Ambosia lahir pada 28 September 1427 di Thouars, Perancis. Ia adalah putri dari Louis d’Ambosia, seorang bangsawan. Sejak berusia 4 tahun, Fransiska sudah dijodohkan dengan Peter II dari Britanny, dan mereka menikah ketika Fransiska berumur 15 tahun.
Pada awalnya, pernikahan mereka tidak membahagiakan. Bahkan Peter sering memperlakukan Fransiska dengan buruk. Salah satu keutamaan Fransiska adalah kepeduliaannya kepada kaum miskin. Peter kemudian sadar dan membantu pekerjaan-pekerjaan sosial Fransiska.
Fransiska membantu pendirian biara klaris di Nates. Ia juga membantu biara Dominikan di Nates, dan membantu proses kanonisasi Santo Vinsensius Ferrer. Di sela-sela kesibukannya, Fransiska mempunyai pembimbing spiritual, Yohanes Soreth, Prior Jenderal Ordo Karmel, dan ia rutin meminta bimbingan.
Pada tahun 1457 Peter meninggal dunia dan Fransiska memutuskan untuk meneruskan hidup dalam kehidupan religious. Ia bergabung dengan Ordo Karmel di Bondon pada 25 Maret 1468, dan bekerja di ruang kesehatan. Pada tahun 1473 Fransiska ditunjuk sebagai prioress, dan pada tahun 1477 ia pindah ke biara di Nates.
Fransiska Ambosia meninggal dunia pada 4 November 1485 di Les Coutes, Nates, Perancis. Pada 16 Juli 1863 ia dibeatifikasi oleh Paus Pius IX.
Baca juga orang kudus hari ini:

Renungan Hari Kamis Biasa XXXI - Thn I

Renungan Hari Kamis Biasa XXXI, Thn B/I
Bac I  Rom 14: 7 – 17; Injil                 Luk 15: 1 – 10;

Pada hari ini, lewat sabda-Nya, Tuhan mau mengatakan kepada kita cara pandang Allah tidak sama sedang cara manusia. Hal ini tampak dalam Injil. Diceritakan, kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat menilai bahwa Tuhan Yesus tak layak duduk bersama para pemungut cukai dan orang berdosa. Justru pemikiran mereka ini bertentangan dengan kehendak Allah. Lewat dua perumpamaan, Tuhan Yesus menampilkan kehendak Allah, yang ternyata bertentangan dengan kehendak manusia. Di sini mau ditegaskan bahwa manusia harus mengikuti apa yang dikehendaki Allah.
Hal yang sama juga ditampilkan dalam bacaan pertama. Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Roma, mengajak umat untuk tidak hidup demi diri sendiri melainkan hidup demi orang lain, karena ini merupakan kehendak Allah. Hal ini tentu bertentangan dengan semangat hidup umat waktu itu yang hanya peduli pada diri sendiri. Untuk menguatkan pernyataannya ini, Paulus mengambil contoh Yesus Kristus yang mati bukan untuk diri-Nya sendiri, melainkan demi umat manusia. Di sini Paulus mengajak jemaat untuk mengikuti teladan Tuhan Yesus, yang rela mati demi keselamatan manusia.
Semangat mementingkan diri sendiri menjadi trend hidup manusia dewasa ini. Manusia seakan tidak peduli akan derita dan kesusahan orang lain, dan hanya puas dengan nikmatnya sendiri. Agustinus, dalam bukunya City of God mengungkapkan bahwa semangat egoisme merupakan semangat dari kerajaan setan; sedangkan semangat sosial menjadi lambang kerajaan Allah. Jadi, hari ini, melalui sabda-Nya, Tuhan menghendaki agar kita senantiasa mencari dan melakukan kehendak-Nya. Salah satunya adalah peduli pada sesama. Dengan peduli akan derita sesama, kita secara tidak langsung sudah menghadirkan kerajaan Allah di dunia.***

by: adrian