Kamis, 05 Mei 2022

INILAH KONSEP PERAN SEKS BAGI ORANG DEWASA

Manusia adalah makhluk seksual. Akan tetapi peran seksual akan selalu berbeda dari satu manusia ke manusia yang lain berdasarkan jenis kelamin dan juga tingkatan usia. Dalam PSIKOLOGI PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5), Elizabeth B. Hurlock memberikan pemaparannya (hlm. 267) sebagai berikut:

Konsep Trandisional

Konsep peran seks tradisional menekankan suatu pola perilaku tertentu yang tidak memperhitungkan minat dan kemampuan individual. Peran-peran ini menekankan superioritas maskulin dan tidak dapat mentolerir setiap sifat yang memberi kesan kewanitaan atau pekerjaan yang dianggap “pekerjaan wanita”.

Pria

Di luar rumah pria menduduki posisi yang berwenang dan berprestise dalam masyarakat dan dunia bisnis, di rumah ia pencari nafkah, pembuat keputusan, penasehat dan tokoh yang mendisiplinkan anak-anak, dan model maskulinitas bagi putera-puteranya.

Wanita

Baik di rumah maupun di luar, peran wanita berorientasi pada orang lain. Maksudnya, wanita mendapatkan kepuasan lewat pengabdian pada orang lain. Ia tidak diharapkan bekerja di luar rumah, kecuali bilamana keadaan finansial memaksanya, dan apabila ini terjadi ia melakukan pekerjaan di bidang pelayanan seperti sebagai perawat, guru atau sekretaris.

Konsep Egalitarian

Konsep-konsep egalitarian (persamaan derajat) menekankan individualitas dan persamaan derajat antara pria dan wanita. Suatu peran harus mendatangkan rasa kepuasan pribadi dan seharusnya tidak dinyatakan cocok hanya bagi satu jenis kelamin tertentu saja.

Pria

Di rumah maupun di luarnya, pria bekerja sama dengan wanita sebagai rekan. Ia tidak merasa “dijajah isteri” apabila ia memperlakukan isterinya sebagai rekan yang sederajat. Begitu pula ia tidak merasa malu jika isterinya mempunyai pekerjaan yang lebih berprestise atau berpenghasilan lebih besar dari dia.

Wanita

Di rumah maupun di luarnya, wanita mendapat kesempatan mengaktualisasikan potensinya. Ia tidak merasa bersalah apabila ia memanfaatkan kemampuannya dan pendidikannya untuk kepuasan dirinya meskipun ini berarti ia harus mengupah orang lain untuk mengatur rumah tangga dan mengasuh anak.

 diambil dari tulisan 7 tahun lalu

JANGAN BAWA-BAWA TRAUMA MASA LALU KE MASA KINI

Selama ini Ruben melatih sendiri mengendarai mobil. Ia berlatih di halaman rumah yang memang luas. Karena sudah merasa bisa, Ruben coba memberanikan diri membawa mobil di jalanan. Awalnya ia merasa nyaman. Kebetulan hari itu hari Minggu. Jalanan sepi. Ia dapat dengan tenang mengendarai mobilnya.

Pengalaman hari Minggu itu membangkitkan rasa percaya diri Ruben. Karena itu, ia memutuskan hari Senin ia akan mencoba sekali lagi. Itulah hari naas baginya. Ia mengalami kecelakaan. Ia menambrak pengendara sepeda motor dan turut andil menyebabkan terjadinya kecelakaan lain. Akibat kecelakaan itu, dua orang tewas, 4 orang luka-luka, mobilnya rusak parah dan dia sendiri sibuk berurusan dengan polisi.

Peristiwa itu menimbulkan ketakutan dalam hati Ruben terhadap mobil atau mengendarai mobil. Melihat mobil saja ia sudah keringat dingin, apalagi menaikinya. Sejak saat itu, Ruben tidak pernah naik mobil ataupun mengendarai mobil. Tidak ada niat dalam dirinya untuk belajar lagi.

Pengalaman Ruben adalah contoh rasa trauma. Hampir setiap orang pasti memiliki rasa trauma. Pengalaman traumatis dapat menyebabkan timbulnya fobia. Ada orang fobia pada ular, karena pada waktu masih kecil ia mengalami ketakutan berhadapan dengan ular. Ada juga orang fobia pada air tergenang, karena dulu ia nyaris mati tenggelam di kolam renang. Dan masih banyak fobia-fobia lainnya.

Pengalaman traumatis atau juga fobia selalu dikaitkan dengan peristiwa masa lalu. Orang belum bisa berdamai dengan masa lalu tersebut sehingga pengalaman itu terbawa hingga masa sekarang. Rasa traumatis selalu muncul ketika pengalaman buruk masa lalu kita bawa ke masa kini. Sekalipun masa kini sudah jauh berbeda, namun orang masih tetap hidup dalam masa lalu berkaitan dengan peristiwa khusus yang menjadi faktor timbulnya rasa trauma.

Memang manusia memiliki tiga masa waktu, yaitu masa lampau, masa sekarang dan masa depan. Masa lampau merupakan sejarah, sedangkan masa depan adalah impian. Manusia yang hidup dalam dua masa – masa kini dan masa lalu – akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi. Rasa trauma dan juga fobia dapat menghambat perkembangan pribadi seseorang. Berbeda bila manusia hidup dalam masa kini dan masa depan. Masa depan akan menjadi motivator perkembangan dirinya.

Rasa trauma memang merupakan bagian dari hidup kita. Ia tidak bisa begitu saja dihilangkan dari sejarah hidup kita. Akan tetapi, rasa trauma itu adalah bagian dari masa lalu kita. Ingatlah, sekalipun masa lalu kita itu buruk, kita hidup di masa kini. Tataplah hidup kita di masa depan. Ke sanalah kita akan melangkah. Letakkanlah pengalaman traumatis itu pada tempatnya, yaitu di masa lalu.

diambil dari tulisan 7 tahun lalu