Kamis, 11 Desember 2014

Mari Berbahagia!

EFEK BAHAGIA BAGI KESEHATAN
“Be happy for this moment. This moment is your life.” Ungkapan ini dilontarkan oleh sastrawan kenamaan Omar Khayyam. Intinya adalah orang perlu merasa bersukacita atau senantiasa berbahagia. Namun, beragam masalah dalam hidup kerap membuat orang kehilangan kebahagiaannya. Tekanan hidup juga membuat orang rentan terkena stress atau depresi. Meskipun demikian, seseorang perlu tetap merasa bahagia karena segudang alasan.

Seseorang yang berbahagia akan memiliki hidup yang lebih sehat. Ada baiknya kebiasaan bersukacita ini diawali dari masa muda. Riset dari Northwestern University, Amerika Serikat, terhadap 10.000 remaja menunjukkan bahwa remaja yang bahagia lebih sedikit cenderung mempunyai masalah perilaku pada usia dewasa. Sebaliknya, remaja yang sering berbahagia cenderung mempunyai kesehatan fisik dan emosional yang baik.

Sebenarnya, saat merasa gembira, tubuh akan memproduksi hormon seperti serotin, relaksin dan dopamin. Saat masuk ke aliran darah, hormon-hormon ini akan merangsang sel-sel kekebalan tubuh. Sel-sel imun ini akan bekerja untuk memerangi penyakit dalam tubuh.

Riset di Inggris terhadap 3.000 lansia berumur di atas 60 tahun menunjukkan responden yang lebih bahagia cenderung dapat melakukan aktivitas fisik yang lebih baik pada usia tua. Sebaliknya, responden yang merasa tidak berbahagia mengalami penurunan fungsi fisik yang lebih cepat (www.livescience.com).

Sebaliknya, saat stress, seseorang menjadi lebih mudah terserang penyakit. Riset mengenai psikoneuroimunologi (PNI) menunjukkan bahwa gejala stress, gelisah, takut atau marah akan merangsang tubuh untuk memproduksi sejumlah hormon yang seperti epinefrin dan kortisol. Hormon yang membantu mengendalikan aktivitas tubuh ini dapat membuat tekanan darah naik. Bila hal ini berlangsung terus menerus, daya tahan tubuh menurun dan lebih mudah terserang penyakit.

Untuk itulah seseorang perlu merasa berbahagia. Pertama, merasa bersyukur. Mulailah mengucapkan rasa syukur dari hal-hal yang paling sederhana dalam hidup. Satu helaan napas adalah pertanda kehidupan. Kita perlu merasa bersyukur karenanya.

Renungan Hari Kamis Adven II - B

Renungan Hari Kamis Adven II, Thn B/I
Bac I    Yes 41: 13 – 20; Injil               Mat 11: 11 – 15;

Bacaan pertama hari ini diambil dari Kitab Nabi Yesaya. Dalam kitabnya, Nabi Yesaya mengatakan bahwa Allah akan senantiasa menolong umat-Nya, yaitu umat Israel. Sekalipun bangsa Israel digambarkan sangat lemah, seperti cacing dan ulat, Allah tidak akan membiarkan mereka binasa. Bahkan Tuhan Allah akan membuat mereka menjadi kuat. Ini merupakan suatu keyakinan. Yesaya menyiratkan bahwa Allah ingin supaya hal ini diketahui oleh umat Israel turun temurun.

Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus bercerita tentang Yohanes Pembaptis. Bagi Tuhan Yesus, Yohanes adalah orang besar, yang berusaha meneruskan pengajaran Tuhan. Jika dikaitkan dengan bacaan pertama, maka bisa dikatakan bahwa keyakinan bangsa Israel, yang semulanya hendak diketahui turun menurun, telah diserongkan. Ada indikasi pemutar-balikan keyakinan sehingga orang mulai meninggalkan Tuhan. Orang tidak lagi yakin bahwa Allah akan menolong umat-Nya. Sebagai gantinya, orang berpaling kepada allah-allah lain.

Pemutar-balikan keyakinan tidak hanya terjadi pada zaman Yesus, tetapi berlanjut hingga kini. Sebelumnya kita yakin bahwa Tuhan itu maha kuasa. Keyakinan ini membuat manusia sujud menyembah kepada-Nya. Namun dewasa ini, banyak orang menemukan kekuasaan lain yang dapat menolong hidupnya, yaitu uang. Tidak hanya umat awam saja, melainkan juga kalangan imam pun tak luput dari pemalingan ini. Banyak dari kita tidak lagi sujud menyembah Tuhan, melainkan uang. Uang menjadi maha kuasa, sehingga segala cara dilakukan untuk mendapatkan uang, karena uang dapat menolong hidupnya. Karena itu, korupsi merajalela. Korupsi bukan hanya terjadi di Negara, tetapi juga Gereja, dimana pelakunya adalah para gembala. Sabda Tuhan hari ini mau mengingatkan kita bahwa Tuhanlah satu-satunya yang akan menolong kita. Tuhan mengajak kita untuk senantiasa mengarahkan hati dan hidup kita kepada-Nya.


by: adrian