NUBUAT NABI YEHEZKIEL MASA KINI
Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku, "Hai anak
manusia, bernubuatlah melawan para imam, yang adalah gembala-gembala umat. Bernubuatlah
dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu. Beginilah firman
Tuhan ALLAH: Celakalah imam-imam, yang menggembalakan dirinya sendiri! Seharusnya
domba-domba yang digembalakan oleh mereka.
Dewasa kini banyak imam hanya menikmati susu dari dombanya,
dari bulunya mereka buat pakaian, yang gemuk disembelih, tetapi domba-domba itu
sendiri tidak digembalakan. Yang lemah tidak mereka kuatkan, yang sakit tidak diobati,
yang luka tidak mereka balut, yang tersesat tidak dibawa pulang, yang hilang
tidak dicari, melainkan diinjak-injak dengan peraturan dan kepentingan pribadi.
Dengan demikian umat-Ku berserak, oleh karena gembala tidak
ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-domba-Ku
berserak dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi, tanpa ada
yang memperhatikan atau yang mencarinya.”
Tiga paragraf di atas merupakan nubuat Nabi Yehezkiel versi
masa kini. Kita dapat melihat versi aslinya dalam Yehezkiel 34: 1 – 6.
Nubuat Nabi Yehezkiel di atas, sekalipun disampaikan untuk
para gembala umat Israel di masa Perjanjian Lama (sekitar 593 – 571 SM), akan
tetapi tetap relevan untuk para gembala umat, kapan dan dimana saja. Saat ini,
nubuat itu sangat mengena pada para gembala umat, yaitu Uskup dan para imam.
Apa yang dikatakan Nabi Yehezkiel, sangat nyata terlihat
dalam diri para imam. Ada begitu banyak imam yang hanya sibuk dengan urusannya
sendiri. Pengembangan umat diabaikan. Mereka bekerja bukan untuk melayani,
melainkan untuk mendapat uang dan popularitas. Umat dijadikan lahan untuk
mendapatkan uang, dan jabatan dijadikan untuk menunjukkan kekuasaan.
Paus Fransiskus sendiri sudah mengungkapkan adanya gembala yang buruk. Dalam pembukaan Sinode Keluarga di Vatikan, Paus yang dikenal serba pertama ini, menyinggung soal para gembala – uskup dan para imam – yang haus
akan uang dan kekuasaan. Dapat dilihat bahwa akarnya ada pada uang. Karena nafsu
akan uang itulah, maka muncul keserakahan akan jabatan. Ada banyak imam yang
tak puas dengan satu jabatan, melainkan rangkap jabatan. Rangkap jabatan ini
bukan karena kemampuan, melainkan karena uang dan nafsu akan kekuasaan.
Oleh karena itu, nubuat Nabi Yehezkiel ini dapat menjadi
bahan refleksi bagi para imam dan juga uskup. Di balik nubuat itu terkandang
pesan supaya para imam, yang adalah gembala umat, benar-benar memperhatikan
umat Allah. Mereka harus seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, “datang bukan
untuk dilayani, melainkan untuk melayani.” (Mat 20: 28).
Pangkalpinang, 24 Juli 2014
by: adrian
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar