Paus Fransiskus, yang memiliki nama asli Jorge Mario
Bergoglio, adalah paus yang ke-266 dalam daftar kepausan Gereja Katolik. Ia
berasal dari Argentina, yang membuat dia menjadi paus pertama yang bukan
berasal dari benua Eropa, sejak Paus Gregorius III (731 – 741) yang wafat tahun
741. Ada tiga hal lain yang membuat paus ini dikenal serba pertama (lih. http://budak-bangka.blogspot.com/search?q=paus+serba+pertama).
Salah satu hal yang menarik, dan yang menjadi semacam ciri
khas dirinya, yaitu kesederhanaan hidup. Karena itulah ia memakai nama
Fransiskus sebagai nama kepausannya. Fransiskus yang dimaksud tentunya adalah
Fransiskus Asisi, tokoh besar yang dikagumi Gereja dan umat dunia. Salah satu
hal yang menonjol dari Fransiskus adalah semangat miskinnya (sederhana) seturut
nasehat Injil. Semangat inilah yang mewarnai ordo yang didirikannya.
Mungkin sebagian orang akan bertanya, kenapa Kardinal Jorge,
yang merupakan seorang Yesuit, mengambil nama Fransiskus (Asisi) untuk nama
kepausannya? Bukankah Yesuit memiliki “luka batin” terhadap Fransiskan? Padahal
ada begitu banyak juga tokoh besar Gereja yang berasal dari Yesuit.
Bukan tanpa dasar Kardinal Jorge menggunakan nama Fransiskus.
Semangat kemiskinan (sederhana) St. Fransiskus sudah mewarnai hidupnya. Sejak
menjadi uskup, Paus Fransiskus sudah menunjukkan sikap dan gaya hidup yang
sederhana. Selain itu juga, pemilihan nama Fransiskus sebagai nama kepausan
dapat dilihat sebagai bentuk pewartaan hidup sederhana untuk membangun semangat
solidaritas dengan kaum miskin pinggiran. Dan kebetulan kehadiran tokoh
Fransiskus, dengan konggregasi yang didirikannya, menjadi bentuk protes atas
gaya hidup manusia, khususnya hierarki Gereja, pada waktu itu.
Zaman sekarang manusia sudah dirasuki budaya hedonis,
materialis dan konsumtivistik. Ketiga budaya ini selalu berpusat pada diri
sendiri, yang membuat orang lupa akan penderitaan dan sengsara orang lain. Budaya
hedonis, materialis dan konsumtivistik ini membuat imam zaman sekarang berbeda
dengan imam zaman dulu. Kalau imam-imam
zaman dulu: tangan kanan memegang Kitab Suci, tangan kiri pegang brevir dan di
lehernya tergantung kalung salib atau rosario. Sedangkan imam sekarang: tangan kiri memegang tablet, tangan kanan pegang kamera DSLR
atau handycam dan di lehernya
tergantung HP Samsung Galaxi Note III
atau Blackberry z10 atau Nokia Lumia 1020.
Karena itu, dengan memilih nama Fransiskus, di mana semangat
hidup Fransiskus sudah ada padanya, Paus Fransiskus mau mewartakan dengan
hidupnya semangat hidup sederhana demi membangun semangat solidaritas. Dia ingin
menjadi inspirasi bagi umat manusia, khususnya bagi umat Katolik dan lebih
khusus lagi bagi kaum religius.
Dan hal ini sudah terjadi. Di Kolombia, seorang imam menjual
mobilnya, Mercedes Benz E200, dan
kembali naik sepeda atau bus umum. Ini dilakukannya menyusul seruan Paus
Fransiskus yang ditunjang dengan sosoknya. Dan sejalan dengan ajakan paus itu,
Ketua Presidium Konferensi Waligereja Kolombia, Ruben Kardinal Salazar,
menghimbau para religius untuk hidup sederhana. “Kita para imam harus menyadari bahwa kita hidup bersama di tengah umat
kita,” ujarnya (http://indonesia.ucanews.com/2013/07/12/paus-fransiskus-menginpirasi-seorang-imam-menjual-mercedes-nya/
).
Gaya hidup mewah jelas-jelas bertentangan dengan semangat
hidup yang hendak diusung oleh Paus Fransiskus ini. Gaya hidup mewah membuat
kita, khususnya para hierarki Gereja, terpisah dari umatnya; hidup dalam istana
menara gading. Karena itulah, Paus Fransiskus mau bertindak tegas berkaitan
dengan ini. Salah satu korbannya adalah Mgr. Franz-Peter Tebartz-van Elst,
uskup asal Limburg, Jerman. Vatikan akhirnya
menon-aktifkannya dari tugas-tugasnya sebagai uskup karena skandal gaya hidup
mewahnya (http://indonesia.ucanews.com/2013/10/24/vatikan-menonaktifkan-seorang-uskup-terkait-gaya-hidup-mewah).
Pertanyaan kita: Apakah Paus Fransiskus sudah menginspirasi
Anda?
Pangkalpinang, 25
Oktober 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar