Senin, 14 April 2014

(Inspirasi Hidup) Kembali ke Jati Diri Imam

SAATNYA PARA IMAM & KAUM RELIGIUS HIDUP SEDERHANA
Paus Fransiskus meminta Kongregasi Tarekat Hidup Bakti dan Hidup Kerasulan Vatikan untuk mengevaluasi kehidupan imam dan kaum religius. Setelah mengadakan evaluasi, kongregasi yang bertanggung jawab untuk sekitar 900 ribu imam, bruder, dan suster dalam ordo-ordo religius di seluruh dunia, menggelar konferensi dekat Vatikan, yang dihadiri  sekitar 500 bendahara dari ordo-ordo seluruh dunia. Dalam konferensi itu, sekretaris kongregasi, Uskup Agung José Rodríguez Carballo, menyerukan agar kaum religius menolak kekayaan untuk mengikuti Yesus. (Lebih lanjut baca di sini.)

Apa fakta yang terlihat di balik seruan itu? Adalah fakta bahwa dewasa ini banyak imam dan kaum religius hidup dalam kelimpahan kemewahan. Fakta ini menjadi keprihatinan Paus Fransiskus sehingga beliau meminta kongregasi untuk mengadakan evaluasi. Paus merasa prihatin karena yang terjadi selama ini merupakan bentuk pengingkaran atas janji (kaul) kemiskinan yang diucapkan oleh para imam dan kaum religius.

Fakta imam yang kaya mewah juga sudah menjadi keprihatinan blog ini. Hal ini terlihat dari beberapa tulisan seperti dalam cerpen DiakonYudas dan Ternyata..., dalam opini Kemiskinan Kristiani, Korupsi di Gereja, Transparansi Keuangan, Kaul Kemiskinan, Transparansi, dan beberapa tulisan lain atau dalam inspirasi hidup dan pencerahan.

Oleh karena itu seruan Vatikan ini hendaknya bukan menjadi suara-suara di padang gurun atau ibarat “anjing menggonggong, kafila jalan terus”. Perlu disadari bahwa seruan atau ajakan Vatikan kepada para imam dan juga kaum religius bukan lahir dari pemikiran sesaat atau inspirasi tiba-tiba, melainkan dari permenungan mendalam berdasarkan fakta yang ada. Karenanya, apa yang dikatakan oleh Mgr. Carballo merupakan tamparan untuk menyadarkan para imam dan kaum religius yang selama ini terbuai oleh kenikmatan kemewahan duniawi.

Menolak kekayaan, sebagaimana yang disampaikan oleh Mgr. Carballo, tidak harus dimengerti secara hurufiah. Seruan itu dapat dipahami sebagai ajakan untuk hidup sederhana. Atau secara tidak langsung mau dikatakan, Vatikan ingin agar para imam dan kaum religius kembali kepada jati dirinya, menghayati kaul kemiskinan yang telah diikrarkannya.

Bagaimana kelanjutan dari seruan Vatikan ini? Semuanya berpulang kepada para imam dan kaum religius. Seperti sabda Yesus, “Siapa yang bertelinga, hendaklah ia mendengarkan.” (Mat 11: 15), demikian pula halnya dengan para imam dan kaum religius. Jangan sampai Yesus mengecam, sebagaimana ia mengecam kaum Farisi, yang bisa berkata-kata namun tidak bisa melaksanakan. Kecaman Yesus ini bisa diterjemahkan sebagai kecaman-Nya kepada para imam dan kaum religius (lihat di sini).
Jakarta, 18 Maret 2014
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar