Selasa, 26 Agustus 2014

(Pencerahan) Ibu Tua & Pastor Korup

IBU TUA DAN PASTOR “KORUP”
Sebuah paroki kecil, tinggallah seorang ibu tua sebatang kara. Ia menggantungkan hidupnya dari belas kasih setiap orang yang datang ke makam. Hari-harinya diisinya dengan membersihkan pemakaman. Apa yang didapatnya hari ini, cukup untuk hidupnya hari itu juga. Suatu kesulitan jika pada suatu hari tidak ada orang yang datang ke kuburan. Tentulah kerjanya sia-sia dan tak dapat makan.

Melihat situasinya, si ibu tua ini ingin menghabiskan hidupnya dengan merasakan sekali memegang uang sebanyak. Dia ingin merasakan menggenggam uang 1 juta. Ini menjadi cita-citanya sebelum mati. Karena itu, ia mulai berdoa. Mula-mula ia berdoa kepada Bunda Maria. Setiap malam ia selalu berosario di hadapan Bunda Maria memohon agar Bunda Maria mengirimkannya uang 1 juta. Sampai rosarionya putus, uang 1 juta tak kunjung datang.

Akhirnya ia memohon kepada Yesus. Pastilah Yesus mendengarkan doaku, demikian pikirnya. Setiap malam ia berdoa kepada Yesus. Ia meminta supaya Tuhan Yesus memberinya uang sebesar 1 juta sebelum ia meninggal. Seminggu telah lewat, tak satu rupiah pun datang. Sebulan, dua bulan, tiga bulan berlalu, uang 1 juta tak kunjung tiba.

Dengan rasa kesal dan kecewa, ibu tua itu akhirnya menulis sepucuk surat kepada Allah Bapa. Dia ungkapkan uneg-unegnya terhadap Bunda Maria dan Tuhan Yesus. Kemudian dia sampaikan permohonannya: 1 juta. Dia berharap Allah Bapa mengabulkannya. Bukankah Bapa itu Allah yang baik, yang memberi kepada mereka yang meminta, dan membukakan pintu bagi mereka yang mengetuk pintu? Mana ada Bapa yang memberikan kalajengking bila umatnya minta ikan, atau batu jika umatnya minta roti.

Setelah menulis surat ibu tua itu mengirimnya melalui pos. Tak lupa juga dilampirkan KTP dan fotocopy surat baptisnya. Tukang pos, ketika membaca amplop surat ibu itu, merasa kebingungan. Akan tetapi, tukang pos yang menerima surat ibu itu cukup bijak. Karena dilihatnya pada surat itu tertulis “Kepada Yth, Allah Bapa di Surga”, ia berpikir tentulah ini berkaitan dengan hal-hal rohani atau keagamaan. Maka ia menyerahkan surat itu kepada pastor paroki. Karena berkaitan dengan urusan agama, pastilah pastor bisa menemukan solusinya, demikian pikirnya.

Pastor paroki segera membuka surat itu dan membacanya. Dua perasaan: lucu dan mengharukan, membaur jadi satu. Segera pastor itu mengenali si pengirim, dari KTP dan surat baptisnya. Karena parokinya tidak termasuk paroki kaya, maka ia mengambil uang 500.000 dari kas paroki dan mengisinya ke dalam sebuah amplop baru. Tak lama kemudian, ia pun segera meluncur ke tempat ibu tua tadi. Setiba di rumah, pastor itu mengatakan kepada ibu itu bahwa ia membawa surat dari Allah Bapa.

Wajah ibu itu sumringah. Diambilnya surat itu dan langsung membukanya. Melihat lembaran uang, ia langsung bersujud dan berkata, “Terima kasih Bapa! Engkau telah mengabulkan permohonanku. Tapi, lain kali kirimnya jangan lewat pastor, karena duit yang aku minta dikorup 50%.”
Jakarta, 8 Maret 2014
by: adrian
Baca juga:
1.      Ternyata
2.      Diakon Yudas
3.      Korupsi di Gereja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar