ROMO JUGA MANUSIA # 2
Tentulah kita sering
mendengar pernyataan ini: “Romo juga
manusia!” Pernyataan ini biasanya diucapkan oleh romonya sendiri atau orang
lain, yang ingin “membela” romonya. Umumnya pernyataan ini diungkapkan di saat
romo melakukan kesalahan, entah itu kecil ataupun besar. Tujuannya supaya orang
lain dapat memaklumi kesalahan itu.
Sebagai contoh, seorang romo
datang terlambat saat misa pagi. Ia bangun telat, sebab semalam ia asyik nonton
sepakbola hingga jam 03.15. Menyikapi keterlambatannya itu, dengan santai romo itu
berujar, “Maaf. Romo juga manusia.” Atau ketika ada imam “jatuh” karena
skandal, ada umat, yang karena ingin membela imamnya itu, berkata, “Romo kan
manusia juga.”
Logika dari pernyataan ini berangkat
dari premis tidak ada manusia yang sempurna. No body is perfect. Setiap manusia itu punya kelemahan dan kekurangan.
Ia mudah jatuh ke dalam kesalahan. Seorang imam atau romo adalah juga manusia.
Karena itu, wajar kalau ia mempunyai kesalahan.
Tentulah tidak akan ada
orang yang menyangkal pernyataan tersebut. Karena seorang imam adalah manusia,
maka ia punya kelemahan. Kelemahan manusiawi itulah yang membuat dia kerap
jatuh ke dalam kesalahan.
Benarkah imam atau romo itu
manusia? Kalau berangkat dari pernyataan ini, dapat dikatakan bahwa ada romo
yang memang sadar bahwa dirinya benar manusia, namun ada juga yang bukan. Ada
dua tipe romo yang sadar dirinya manusia. Pertama,
tipe romo yang mau membenarkan diri atas kelemahannya. Ia menggunakan
pernyataan “Romo juga manusia” untuk pembenaran diri, agar umat memakluminya.
Tipe kedua adalah romo yang siap
menerima kritik dan saran dari siapa saja. Frase “dari siapa saja” harus
benar-benar mendapat tekanan, karena umumnya imam hanya mau menerima kritik dan
saran dari uskup atau rekan imam yang dia sukai. Lebih dari itu ia akan berkomentar
singkat, “Sirik!”
Akan tetapi ada juga imam
yang tidak sadar dirinya manusia, sekalipun ia sering menggunakan pernyataan
“Romo juga manusia.” Romo seperti ini tampak jelas dalam diri mereka yang sulit
menerima kritik, nasehat, teguran dan saran dari orang lain. Perlu disadari
bahwa terkadang orang lain dapat melihat sesuatu yang tidak kita lihat. Salah
satunya kelemahan dan kekurangan kita.
Ada banyak imam selalu
merasa diri benar dalam segala hal. Ia hanya melihat kesalahan dan kekurangan
pada orang lain, sehingga merasa terpanggil untuk membenahi orang lain.
Nasehat, kritik atau teguran yang ditujukan kepada dirinya dilihat sebagai
bentuk pelecehan harkat dan martabatnya sebagai imam, sekalipun ia sering
menggunakan pernyataan “Romo juga manusia.”
Seandainya romo sadar bahwa
dirinya adalah manusia, tentulah ia akan tahu adanya kelemahan dan kekurangan
dalam dirinya. Kerap kelemahan dan kekurangan itu tidak disadari. Ibarat, kita
tidak bisa melihat noda di wajah kita sendiri tanpa bantuan cermin. Orang lain
adalah cermin bagi kita untuk menyadari kelemahan dan kekurangan. Cermin itu
dapat berupa kritik, saran, teguran atau nasehat. Atas semua itu, seorang imam
yang sadar dirinya manusia, akan dengan mudah menerimanya sebagai bahan
perbaikan diri.
Pangkalpinang,
10 Agustus 2015
by:
adrian
Baca
juga refleksi lainnya:
Semoga ajaran Paus Fransiskus diikuti oleh kita semua. Paus ingin agar hierarki gereja dibalik. Paus di tempat paling bwh, umat paling atas, dan tentunya romo paroki di bwh umat...
BalasHapusKalau ini bener2 dilaksanakan dan dihayati, keluhan di atas tidak akan terjadi. Pelayan tidak akan sombong di hadapan majikannya. Tidak bisa tutup kuping. Hrs mendengar.
Tapi mungkinkah itu terjadi? Saya sangat ragu, mengingat saat ini msh sangat banyak orang menganggap paus sbg raja tertinggi, dengan umat sbg warga paling bwh...
Terima kasih atas tanggapannya. Sebenarnya Yesus sendiri sudah mengajarkan soal pelayanan: yang besar harus menjadi pelayan. Akan tetapi, benturan tidak hanya berhadapan dengan hierarki, seperti yang Anda ungkapkan, melainkan juga umat. Ada banyak umat memperlakukan romonya sebagai TUAN sehingga harus dilayani.
Hapus