Rabu, 30 September 2015

Renungan Hari Rabu Biasa XXVI - Thn I

Renungan Hari Rabu Biasa XXVI, Thn B/I
Bac I  Neh 2: 1 – 8; Injil            Luk 9: 57 – 62;

Dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini seakan terdapat pertentangan. Injil hari ini memuat kisah tentang beberapa orang yang berkeinginan mengikuti Tuhan Yesus, namun mengajukan beberapa syarat. Ada yang ingin menguburkan ayahnya dahulu (ay. 59) dan ada yang mau pamitan dahulu (ay. 61). Persyaratan ini mengindikasikan masih adanya keterikatan dengan hal-hal dunia, yang seharusnya dilepaskan ketika mengikuti Tuhan Yesus. Oleh karena itu, Tuhan Yesus menasehati mereka, “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (ay. 62).
Sepintas nasehat Tuhan Yesus tadi tidak selaras dengan sikap Nehemia. Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Kitab Nehemia, dikisahkan bahwa Nehemia hidup di istana Raja Artahsasta. Sekalipun ia hidup dalam kemewahan istana raja, hatinya masih berada di Yehuda, yang sudah porak poranda. Malah ia memohon kepada raja agar diperkenankan untuk pulang dan membangun kembali kota Yehuda, termasuk Bait Suci. Permohonan itu dikabulkan. Perlu disadari bahwa terkabulkannya permohonan itu karena penyertaan Tuhan (ay. 8).
Sekilas dua bacaan hari ini bertentangan: Injil melarang menoleh ke belakang, bacaan pertama justru menoleh ke belakang. Namun perlu disadari bahwa keduanya memiliki kesamaan, yaitu demi kerajaan Allah. Niat Nehemia untuk membangun kembali Yehuda juga demi “kerajaan” Allah, karena di sanalah bait suci berada. Jadi, persoalannya bukan soal menoleh ke belakang atau tidak, melainkan demi kerajaan Allah atau bukan. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk melihat setiap karya dan perbuatan kita. Tuhan menghendaki supaya apa yang kita pikirkan dan kerjakan semata-mata demi kemuliaan Allah.***
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar