APA SALAH SAYA TERHADAP METRO TV DAN TEMPO?
Judul di atas diambil dari pernyataan Prabowo Subianto ketika
diwawancarai wartawan, di antaranya berasal dari Metro TV dan Tempo, pasca
pencoblosan. Setelah pencoblosan, calon presiden dari Partai Gerindra ini memberi
kesempatan kepada wartawan untuk mewawancarai dirinya. Akan tetapi, tiba-tiba
Prabowo terlihat emosional (mungkin sudah karakternya) atas beberapa pertanyaan
wartawan yang dinilainya menyudutkan dirinya.
Prabowo menilai bahwa ada beberapa media yang suka
menjelek-jelekkannya. Beberapa media itu adalah seperti Metro TV dan Tempo.
Kepada wartawan Metro TV, Prabowo berkata, “Tolong tanyakan sama atasanmu,
Surya Paloh, apa yang telah saya lakukan padanya?” Hal senada juga diungkapkan
Prabowo kepada wartawan Tempo, “Tempo juga selalu memberitakan hal yang buruk
tentang saya. Salah apa saya sama Goenawan Muhammad?” (Beritanya lihat di sini).
Dari dua pernyataan Prabowo ini kita dapat mengambil beberapa
kesimpulan. Pertama, Prabowo merasa
bahwa dua media ini (Metro TV dan Tempo) selalu menjelek-jelekkan dirinya. Kedua, Prabowo merasa bahwa dirinya
tidak pernah menyakiti pimpinan kedua media ini (Surya Paloh dan Goenawan
Muhammad). Ketiga, Prabowo berpikir bahwa
karena dia tak pernah menyakiti pimpinan kedua media itu, atau dengan kata lain
ia tidak pernah bermasalah dengan mereka, maka seharusnya kedua media ini tidak
menjelek-jelekkan dirinya.
Sekalipun tidak pernah bermasalah, kenapa Metro TV dan Tempo
dikesankan selalu menjelek-jelekkan Prabowo. Inilah pertanyaan dasarnya. Dari pertanyaan
ini muncul beberapa pertanyaan lain seperti apa benar Metro TV dan Tempo selalu
menjelek-jelekkan Prabowo?; apa benar berita Metro TV dan Tempo, yang dinilai
menjelek-jejekkan Prabowo, sebagai bentuk ungkapan sakit hati kedua pimpinan
media ini? Mari kita lihat satu persatu pertanyaan itu.
Apa benar berita Metro TV dan Tempo selalu menjelek-jelekkan
Prabowo? Untuk media televisi, saya memang selalu menonton Metro TV. Tak pernah
saya menonton TV One, yang saya nilai sebagai sampah. Sejauh yang saya lihat,
memang Metro TV banyak memberitakan hal yang buruk perihal Prabowo. Akan tetapi,
berita yang disampaikan oleh Metro TV sangat mendasar, berbeda dengan TV One
yang selalu mencari-cari masalah untuk menyudutkan Jokowi. Semua berita buruk
dari Metro TV tentang Prabowo, yang saya ikuti, selalu memiliki dasar. Misalnya
soal penculikan aktivis 98, soal lambang Garuda Merah, soal penjiplakan lagu
kampanye, soal koalisi, dan masih banyak lagi. Seperti yang saya katakan,
memang Metro TV banyak memberitakan hal buruk, tapi tidak semuanya jelek.
Akan tetapi, jika Prabowo merasa dirugikan dengan pemberitaan
kedua media tersebut, kenapa Prabowo tidak melaporkan ke Dewan Pers saja. Metro
TV dan Tempo adalah jelas merupakan produk pers, sehingga menjadi kewenangan
Dewan Pers untuk menilai apakah Metro TV dan Tempo menyalahi kode etik
jurnalistik. Sudah seharusnya Prabowo atau penasehatnya, yang sepaham dengan
dirinya, melaporkan Metro TV dan Tempo ke Dewan Pers. Bukan dengan menunjukkan
emosi di depan publik sehingga dapat menimbulkan persepsi lain bagi masyarakat.
Pertanyaan kedua dikaitkan dengan pertanyaan dasar, yaitu
kenapa Metro TV dan Tempo, yang menurut Prabowo, menjelek-jelekkan dirinya?
Apakah kedua pimpinan media tersebut pernah disakiti Prabowo? Di sini terlihat
bahwa ada sedikit gejala paranoid pada diri Prabowo. Seakan-akan berita jelek
tentang dirinya dari Metro TV dan Tempo selalu dikaitkan dengan perlakukannya
terhadap kedua pimpinan media itu. Sama sekali tidak ada kaitan. Berita jelek
yang diwartakan Metro TV dan Tempo tentang pribadi Prabowo itu murni didasarkan
fakta yang ada yang langsung berkaitan dengan person Prabowo, dan sama sekali
tidak harus ada hubungannya dengan Surya Paloh dan Goenawan Muhammad.
Simak saja berita soal kasus penculikan aktivis 98. Sebelum
kampanye Fadli Zon berkata bahwa kasus itu sudah clear, dimana Prabowo tidak terlibat. Tiba-tiba muncul surat
bocoran surat DKP yang menyatakan Prabowo terlibat. Surat itu asli. Apakah salah
jika wartawan bertanya dimana sisa aktivis yang hingga kini tidak diketahui
rimbanya? Ini bukan soal apakah Prabowo sudah menyakiti Surya Paloh atau
Goenawan Muhammad. Ini persoalan kemanusiaan.
Hal serupa juga dengan kasus-kasus lainnya seperti soal
Garuda Merah, soal koalisi, penjiplakan lagu kampanye, dan lain-lain. Semuanya sama
sekali tidak ada hubungannya dengan disakiti atau tidaknya dua pimpinan media
ini. Semuanya murni persoalan nilai keadilan, kejujuran, kebenaran dan
kemanusiaan. Karena itu, terlalu naïf bila Prabowo menilai bahwa berita jelek
dari Metro TV dan Tempo tentang dirinya dikaitkan dengan pimpinan kedua media
tersebut. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa kejelekan Prabowo yang diberitakan media bukan lantaran orang lain disakiti, melainkan karena memang faktanya begitu.
Pangkalpinang, 9 Juli 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar