kARENA yESUS, kENAPA KAMI DIMUSUHI
Yesus, dalam
Injil, sudah menyatakan bahwa tidaklah mudah untuk menjadi murid atau
pengikut-Nya. Orang harus memikul salibnya setiap hari. Dengan kata lain, orang
musti menderita. Dan tentang penderitaan ini juga Yesus sudah menegaskannya.
“Karena Aku, kamu...” akan dibenci, disiksa dan dianiaya bahkan dibunuh (Mat 10: 22; 21: 12; Mrk 13: 13; Luk 21: 12; 21: 17). Kematian
menjadi dampak terburuk mengikuti Yesus.
Oleh karena itu,
ada begitu banyak martir dalam Gereja Katolik. Mereka ini mati demi imannya
kepada Yesus. Martir pertama yang dicatat dalam Kitab Suci adalah Santo
Stefanus. Dia terpaksa meregangkan nyawanya demi Yesus Kristus. Semua martir
ini menerima kematiannya tanpa ada perasaan dendam kepada para pembunuhnya.
Malahan, mengikuti Sang Gurunya, mereka mengampuni. Sekalipun diiringi dengan
penderitaan, bahkan kehilangan nyawa, Yesus menghibur supaya tidak perlu takut.
“Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan mendapatkannya.” (Mat 10: 39; 16: 25; Mrk 8: 35; Luk 9: 24).
Derita para
pengikut Yesus terus berlanjut hingga kini. Ada banyak umat yang kehilangan
hak-haknya, karena imannya pada Yesus. Pembangunan gedung gereja, tempat umat
beribadah, selalu dipersulit dengan berbagai alasan yang dicari-cari. Bahkan
ada umat, sebagaimana para martir, yang akhirnya tewas lantaran mempertahankan
imannya. Contoh kasus terakhir adalah Haroon, pemuda yang bertugas di sebuah Islamic Centre di Lahore, Pakistan. (Info
lebih lanjut klik di Ucan Indonesia) Pakistan adalah salah satu negara dengan
penduduknya mayoritas beragama islam.
Haroon ditembak
mati oleh seorang satpam beragama islam bernama Umar Farooq, yang adalah juga
rekan kerjanya. Peristiwa itu terjadi pada 16 April 2014, dua hari sebelum Jumat Agung. Umar selalu meminta Haroon untuk meninggalkan keyakinannya dan
beralih ke islam. Bahkan Umar menjanjikan kehidupan yang mewah. Akan tetapi,
Haroon selalu menolak permintaan Umar. Kepada umat ia nyatakan bahwa dirinya
adalah seorang pengikut Yesus Kristus yang sejati. Karena permintaannya selalu
ditolak, Umar menjadi kesal. Ia menembaki Haroon di kepalanya sehingga ia tewas
di tempat.
Ada dua peristiwa
dalam kasus Haroon ini, yaitu kematian Haroon dan pembunuhan yang dilakukan
Umar Farooq. Anehnya, kedua peristiwa ini mendapat “pembenaran” dalam agamanya
masing-masing. Kematian Haroon karena imannya pada Yesus Kristus, sudah
dinyatakan dalam Injil. Sementara itu membunuh orang kafir juga dinyatakan
dalam Al-Quran. QS 9: 29 mengungkapkan bahwa umat muslim boleh membunuh orang
kristen dan Yahudi; dan dalam QS 2: 191 dinyatakan bahwa selain membunuh mereka
juga boleh mengusir.
Karena itulah,
tindakan Umar Farooq membunuh Haroon mendapat “pembenaran” dalam agamanya.
Karena itu, jika Pakistan benar-benar menggunakan hukum syariah maka bukan
tidak mustahil Umar Farooq akan melenggang bebas, bahkan dinilai sebagai
pahlawan. Bukankah Osamah dan para teroris selalu disanjung sebagai pahlawan
dan syuhada? Hanya kacamata sekuler saja yang menilai mereka biadab.
Menjadi pertanyaan
refleksi, kenapa orang mau menjadi pengikut Yesus Kristus sekalipun sudah tahu
konsekuensinya yang berat? Ini urusan iman. Dan iman itu merupakan sebuah
misteri. Dan misteri itu tak selamanya bisa dicerna oleh akal sehat manusiawi.
Jakarta,
26 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar