INTOLERANSI DI TIMUR TENGAH BUAT IMAN PEKERJA FILIPINA SEMAKIN TEGUH
Celeste Macaldo
mengatakan dia adalah seorang Katolik yang “taat” menghadiri misa setiap minggu
setelah ia bekerja sebagai pengasuh di Lebanon lima tahun lalu.
“Selama lima
tahun, saya ingat saya pergi ke gereja menghadiri misa hanya lima kali, dan
hanya pada Malam Natal,” katanya kepada ucanews.com.
Sering kali
teman-teman muslim mencoba membujuknya untuk masuk islam, tapi dia hanya
meminta mereka untuk menghormati keyakinannya.
Suatu hari, ia
mengatakan kepada seorang pastor karena dia merasa telah berbuat dosa dengan
tidak menghadiri misa. “Yesus akan
memahami situasi Anda,” kata imam itu.
Ronald Telen, yang
bekerja di Kuwait, mengatakan dia “beruntung” karena ia bisa mempraktekkan
imannya di depan umum.
“[Kuwait] lebih toleran dibandingkan negara-negara
Timur Tengah lainnya karena negara itu menghormati agama lain,” katanya, serayakan menambahkan bahwa ada tiga gereja
Katolik di Kota Kuwait.
Namun, para
pekerja Filipina lainnya di Timur Tengah tidak beruntung. Mereka harus berdoa
secara sembunyi-sembunyi di rumah atau di tempat kerja mereka.
John Leonard
Monterona, dari kelompok Migrante di Arab Saudi, sepakat bahwa
tantangan bagi warga Filipina, yang kebanyakan beragama Katolik dalam
mempraktekkan iman mereka di negara-negara Muslim.
Angka resmi
pemerintah mengatakan sekitar 12 juta warga Filipina bekerja di luar negeri,
1,4 juta di antaranya di Arab Saudi.
“Kami harus menyesuaikan banyak hal,” kata Monterona, seraya menambahkan bahwa banyak orang
Filipina mengakui bahwa mereka harus banyak berjuang karena gagal mempraktekkan
agama mereka secara terbuka.
Dia mengakui bahwa
misa secara sembunyi-sembunyi berlangsung di banyak bagian Arab Saudi, tapi
“itu sangat berisiko.”
Orang Kristen yang
ditemukan menghadiri pelayanan (Misa) di luar kedutaan atau konsulat akan
ditangkap dan menghadapi hukuman berat.
“Budaya negara lain dan bahkan agama tidak bisa
mengubah iman orang Filipina,” kata
Monterona, seraya menambahkan bahwa banyak umat Katolik Filipina masih setia “dalam pikiran dan perbuatan sesuai agama
mereka.”
Beberapa pekerja
memperkuat iman mereka melalui internet. “Mengikuti
misa hari Minggu secara langsung melalui web yang banyak membantu mereka,”
kata Monterona.
Monsignor Ben
Sabillo dari Leyte mengatakan misa online “lebih baik daripada tidak sama sekali” meskipun tidak lengkap
karena seseorang tidak dapat menerima komuni.
Warga lainnya
merasa nyaman dalam membaca doa atau homili secara online. “Sama seperti pekerja Filipina lain di sini,
saya tidak pernah membiarkan hari Minggu berlalu tanpa membaca refleksi yang
ditulis oleh Pastor Jerry Orbos,” kata Monterona.
“Setelah membaca refleksi Pastor Orbos, Anda merasa
tercerahkan.”
Pastor Orbos
adalah misionaris SVD yang menerbitkan homili-homili dan refleksinya
secara online dari Manila.
Selama Pekan Suci,
sekitar 250.000 umat Katolik Filipina, banyak dari mereka bekerja di luar
negeri, mengunjungi situs “Visita Iglesia” dari Konferensi Waligereja
Filipina.
Situs ini
menampilkan fitur-fitur seperti katekese Prapaskah, Jalan Salib,
bacaan kisah Sengsara Yesus Kristus dan pesan Prapaskah Paus Fransiskus.
Para pemimpin
Gereja Katolik Filipina telah menyatakan Katolik Filipina di luar negeri
sebagai “misionaris era modern” dan mendesak mereka untuk menjadi saksi dari
iman mereka.
Warga Filipina
pergi ke luar negeri lebih diperhatikan Gereja daripada para pejabat pemerintah
Filipina untuk melindungi dan membantu mereka.
Garry Martinez,
juru bicara kelompok Gereja dan Solidaritas Pekerja, mengatakan sebagian besar
pekerja Filipina jika menghadapi kesulitan lebih suka mencari bantuan dari
Gereja karena mereka tidak dapat bergantung pada perwakilan resmi dari
pemerintah.
Warga Filipina
bekerja di 214 negara dan mereka mengirim uang setiap tahun ke negara mereka
sekitar US$ 18 miliar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar