REFLEKSI ATAS PANGGILAN IMAM MENJADI
PELAYAN SAKRAMEN TOBAT
1. Pengantar
Rekan-rekan imam yang terkasih. Hari Rabu minggu depan adalah
Rabu Abu. Artinya kita akan memasuki masa pra-paskah atau masa puasa dan tobat.
Maka menjelang masa pra-paskah ini saya mengajak kita semua sebagai imam untuk
merefleksikan kembali panggilan kita sebagai imam yang salah satu tugas
pelayanan kita adalah melayani Sakramen Tobat. Hal ini juga berkaitan dengan
tahun iman, di mana kita diajak untuk mendalami nilai-nilai ajaran iman Gereja
Katolik yang telah mengalami krisis. Salah satu nilai iman yang saat ini
mengalami krisis adalah Sakramen Tobat. Banyak umat kita semakin kurang
menyadari pentingnya nilai Sakramen Tobat dalam kehidupan beriman. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah umat yang menerima Sakramen Tobat. Dari pengalaman
pastoral yang kami alami, kebanyakan umat tidak mempunyai kebiasaan menerima Sakramen
Tobat rutin. Bahkan dalam persiapan menyambut Hari Raya Natal dan Paskah juga
banyak umat yang tidak menerima Sakramen Tobat. Dibandingkan dengan jaman dulu,
kesadaran untuk menerima Sakramen Tobat sangat tinggi di kalangan umat. Kenyataan
ini yang menjadi tantangan bagi kita para imam sebagai pelayan Sakramen Tobat.
2. Imam: Pelayan Sakramen Tobat
Setiap imam dipanggil secara khusus untuk ikut ambil bagian
dalam imamat Kristus. Maka setiap imam adalah pelayan. Dengan demikian seorang
imam selalu bertindak sesuai dengan ajaran dan teladan Yesus sendiri. Sebagai seorang
pelayan, seorang imam harus bertindak atas nama Kristus bagi umatnya. Berkat tahbisan,
imam mengambil bagian dalam imamat Kristus yang bertujuan untuk pelayanan kepada
umat Allah melalui berbagai macam pelayanan demi kesucian dan keselamatan jiwa
orang beriman. Salah satu tugas pelayanan penting yang diterima dari Kristus
sendiri adalah pelayanan Sakramen Tobat. Yesus sendiri berkata kepada para
rasul-Nya, “Jika kamu mengampuni dosa orang, dosanya akan diampuni; dan jikalau
kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh 20: 22). Dengan demikian
imam adalah pelayan Tuhan untuk menghadrkan belaskasih Allah kepada umat-Nya. Maka
betapa pentingnya pelayanan pengakuan dosa dalam hidup imam bagi umat, karena
melalui pribadinya dalam pelayanan Sakramen Tobat , umat diperdamaikan kembali
dengan Allah dan Gereja.
Melalui tahbisan seorang imam menjadi sarana atau alat Tuhan
untuk menghadirkan rahmat cinta kasih ALLAH bagi umat-Nya melalui pelayanan Sakramen
Tobat. Rahmat tahbisan telah menjadikan seorang imam menjadi saksi dan tanda
kehadiran Allah yang memberikan rahmat pengampunan kepada umat-Nya dan
menerimanya kembali menjadi anak-anak kesayangan-Nya. Seorang imam dalam
melaksanakan tugas pelayanan Sakramen Tobat selalu bertindak atas nama dan
dalam Kristus. Maka sebagai tanda kehadiran Kristus dan saksi kehadiran Allah
yang penuh belas kasih untuk mengampuni setiap orang yang bertobat dalam Sakramen
Tobat, seorang imam dituntut untuk memiliki kesucian pribadi.
Namun menjadi imam tidak berarti bahwa ia terlepas dari
kelemahan dan kerapuhan manusiawi. Seorang imam akan tetap hidup di dunia nyata
yang penuh dengan godaan dan tantangan yang bisa membuat imam jatuh dan tidak
setia. Walaupun sebagai imam, dia tetap pribadi manusia yang bisa jatuh dalam
dosa. Maka dalam melaksanakan pelayanan Sakramen Tobat hendaknya juga seorang
imam selalu menyadari bahwa pribadinya juga membutuhkan belas kasih dari Allah,
supaya dia dapat menjadi tanda dan sarana kehadiran Allah yang menyucikan
umat-Nya. Karena itu seorang imam harus mengusahakan kesucian pribadi supaya
menyerupai Allah, sangatlah perlu seorang imam menerima Sakramen Tobat secara
teratur. Dengan menerima Sakramen Tobat secara teratur seorang imam akan
semakin menyadari panggilan dan tugas pelayanannya sebagai sarana dan tanda
kehadiran Allah yang penuh belas kasih untuk mengampuni orang berdosa. Dalam Sakramen
Tobat seorang imam adalah tanda dan sarana kehadiran Allah yang menyucikan
manusia dan menyelamatkan orang yang berdosa yang bertobat.
Imam sebagai pelayan Sakramen Tobat akan lebih mudah
menghayati pelayanannya dalam Sakramen Tobat apabila imam sendiri adalah orang
pertama yang menerima Sakramen Tobat secara teratur. Pilihan pribadi untuk
menerima Sakramen Tobat secara teratur sebagai sarana pertobatan penyucian diri
akan memampukan seorang imam dapat memberikan pelayanan Sakramen Tobat kepada
umat dengan kerendahan hati dan tulus ikhlas. Jika seorang imam tidak lagi
menerima Sakramen Tobat akan sangat mempengaruhi pelayanan penggembalaannya dan
hidup panggilan imamatnya.
3. Pergulatan dalam Pelayanan Sakramen
Tobat
Menjadi seorang pelayan Sakramen Tobat berarti bersedia untuk
mendengarkan pengakuan dosa dengan sikap yang baik dan penuh kesabaran. Sikap kerendahan
hati dan cinta sebagai seorang bapa yang menerima “anaknya pulang” menjadi
sikap yang sangat penting bagi seorang imam dalam melayani sakramen pengakuan
dosa. Imam harus benar-benar menghadirkan dirinya sebagai sarana dan tanda
kehadiran Allah yang penuh belas kasih dalam Sakramen Tobat.
Sebagai seorang imam, duduk mendengarkan pengakuan dosa
bukanlah sebuah pekerjaan yang ringan, apalagi umat yang datang mengaku dosa
dalam jumlah yang banyak. Dalam situasi ini kadang timbul godaan merasa jenuh
dan bosan ketika melayani sakramen pengakuan dosa. Maka sering kali menjadi
beban dan bahkan kerap kali juga kurang menghayati pelayanan Sakramen Tobat
bagi sesama.
Kesadaran dan perhatian yang rendah dari umat untuk menerima Sakramen
Tobat juga menjadi pergulatan pribadi dalam pelayanan ini. sering kita sudah
membuat jadwal pelayanan pengakuan dosa bagik di gereja maupun di KBG, namun
kurang mendapat perhatian dari kalangan umat dan harus menunggu lama, juga
merupakan beban tersendiri sebagai pelayan Sakramen Tobat.
Hal lain yang juga menjadi pergulatan dalam pelayanan Sakramen
Tobat adalah timbul kesadaran dalam diri yang juga adalah orang berdosa yang
tidak pantas untuk menjadi tanda kehadiran Allah yang berbelas kasih untuk
mengampuni dan menyelamatkan. Sekedar sharing
pribadi: ketika mendengarkan pengakuan dosa, sering kali saya menjadi malu
karena dosa-dosa yang diakukan itu ternyata juga saya lakukan. Bahkan sering
terjadi saya merasa lebih berdosa daripada umat yang sedang mengaku dosa. Hal ini
juga menjadi pergulatan pribadi sebagai pelayan Sakramen Tobat.
4. Refleksi Pribadi dalam Pelayanan Sakramen
Tobat
Dewasa ini tidak banyak umat mempunyai kebiasaan mengaku dosa
secara teratur. Sakramen Tobat baru terasa menjadi penting bagi umat adalah pada
saat menjelang perayaan Natal dan Paskah. Tetapi jumlah yang mengaku dosa juga
tidak sebanding dengan jumlah umat yang hadir dalam perayaan misa natal atau
paskah. Di luar hari-hari besar itu amat sedikit bahkan hampir jarang umat
meminta untuk menerima Sakramen Tobat. Kecuali ada persiapan untuk penerimaan
sakramen krisma, komuni pertama dan pernikahan. Maka boleh dikatakan bahwa
kesadaran akan pentingnya menerima Sakramen Tobat bagi kalangan umat semakin
menurun. Dibandingkan dengan masa lalu, penerimaan Sakramen Tobat masih menjadi
sesuatu yang penting dalam kehidupan beriman, bahkan pada masa lalu orang belum
menerima Sakramen Tobat tidak akan menerima komuni pada saat mengikuti perayaan
ekaristi hari Minggu.
Dalam pengalaman pastoral yang kami alami, kesadaran untuk
mengaku dosa dari kalangan umat kita juga semakin menurun. Kesadaran untuk menerima
Sakramen Tobat meningkat signifikan menjelang perayaan Natal dan Paskah. Itupun
karena pelayanan Sakramen Tobat dilaksanakan di KBG-KBG. Jumlahnya memang lebih
banyak dari pada pengakuan dosa dilaksanakan di gereja.
Dari kenyataan yang dihadapi ini, di mana Sakramen Tobat
semakin tidak diminati oleh kaum beriman, kita sebagai imam diajak untuk
bertanggung jawab atas situasi ini. kita diajak untuk berefleksi dan mengintrospeksi
karya pelayanan kita dalam Sakramen Tobat. Kita para imam dipanggil dan dipilih
oleh Allah untuk menjadi sarana dan tanda kehadiran Allah yang membebaskan dan
menyelamatkan umat beriman dari kedosaannya, melalui pengampunan-Nya yang
diberikan dalam Sakramen Tobat. Maka tugas utama kita tidak hanya menerimakan Sakramen
Tobat kepada umat, tetapi mengusahakan agar umat memiliki pengetahuan dan
kesadaran akan pentingnya Sakramen Tobat bagi kehidupan beriman mereka sebagai
sarana untuk mengusahakan kesucian hidup.
Selain itu kita juga sangat dituntut untuk memiliki
penghayatan yang mendalam akan sakramen tobat untuk membaharui diri menuju
kepada kesucian dan kesalehan hidup sebagai imam yang akan terpancar dalam keteladanan
hidup dan pelayanan. Penghayatan yang mendalam akan rahmat Sakramen Tobat bagi
seorang imam berarti sadar akan keterbatasan dan kelemahan manusiawi yang
selalu jatuh dalam dosa dan berusaha untuk menerima Sakramen Tobat secara rutin
untuk mencapai kesucian dan kesalehan pribadi sehingga sungguh-sungguh menjadi
tanda dan kehadiran Allah bagi sesama umat beriman yang dilayani. Seorang imam
sangat membutuhkan penyucian dirinya sevara terus menerus melalui rahmat Sakramen
Tobat dan pengakuan agar ia sungguh menjadi tanda kehadiran Allah yang
mengampuni dan menyucikan dosa-dosa umatnya untuk memperoleh keselamatan kekal.
Kesadaran ini perlu dipupuk terus menerus sebagai usaha untuk menjadi pribadi
yang suci sehingga benar-benar menjadi tanda dan sarana kehadiran Allah yang
menyelamatkan.
5. Penutup dan Pertanyaan Refleksi
Pribadi
Rekan-rekan imam yang terkasih. Minggu depan kita sudah
memasuki masa pra paskah yang merupakan masa puasa dan tobat bagi kita semua. Selain
itu juga dalam rangka tahun iman ini kita diajak untuk kembali mendalami dan
merefleksikan kehidupan iman kekatolikan kita yang sedang mengalami krisis. Dan
salah satu aspek kehidupan iman yang mengalami kemunduran adalah adanya
kemunduran dalam penerimaan Sakramen Tobat.
Dari permenungan sederhana ini bisa mengajak kita sebagai
imam untuk merenungkan dan merefleksikan kembali panggilan kita sebagai pelayan
dalam Sakramen Tobat dalam berhadapan dengan situasi di mana kesadaran umat
untuk menerima Sakramen Tobat semakin pudar di kalangan umat katolik. Pertanyaan
yang muncul mengapa di zaman kita ini kesadaran umat untuk menerima Sakramen
Tobat semakin berkurang (banyak umat yang enggan mengaku dosa)? Sebagai seorang
imam yang merupakan pelayan Sakramen Tobat, apa tanggapan dan usaha kita untuk
menanamkan dan membangun kesadaran kembali dalam kalangan umat tentang arti
penting rahmat Sakramen Tobat bagi kehidupan umat beriman?
Dari pihak kita sendiri sebagai iman, bagaimana kita
menghayati Sakramen Tobat dalam hidup panggilan imamat dan sebagai pelayan Sakramen
Tobat?
by: Rm Eman Vengi Nivak, disampaikan pada kesempatan rekoleksi
para imam kevikepan Kepri pada Selasa, 5 Februari 2013 di aula Paroki St Yosep
Tanjung Balai Karimun
Baca
juga refleksi lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar