Jumat, 03 Agustus 2018

PERBEDAAN ITU INDAH

Setiap manusia adalah unik. Keunikannya tersebut membuat manusia berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan bisa saja mencakup pribadi manusia secara person, maupun secara sosial. Secara person atau individual hal ini sudah pasti. Saya berbeda dari Anda: soal jenis kelamin, warna kulit, rambut, minat, dll. Maria berbeda dengan Fatimah. Tak ada manusia yang sama. Sekedar mirip ada. Perbedaan juga terjadi secara sosial. Maria dan Fatima berbeda bukan saja karena pribadi mereka berbeda, melainkan juga secara sosial. Maria kristen, dan Fatima islam; yang satu Flores, satunya lagi Arab.
Melihat realita perbedaan inilah, akhirnya muncul retorika-retorika klasik. “Perbedaan itu indah.” Atau ada juga yang mengatakan “Perbedaan itu rahmat.” Dengan adanya pernyataan ini, diharapkan orang tidak mempermasalahkan atau mempertentangkan perbedaan yang ada. Kenapa dikatakan retorika? Alasannya karena kebenaran pernyataan itu sering hanya terdapat pada pernyataan tersebut, dan tidak tampak dalam kehidupan nyata. Atau, pernyataan itu benar sejauh perbedaan yang dialami disukai, tapi ketika perbedaan itu tak disukai, maka pernyataan itu dihilangkan.
Berikut ini kami tampilkan 3 gambar dengan tema dasar PERBEDAAN. Gambar ini bukan sekedar gambar biasa. Di dalamnya terkandung makna dan pesan. Dibutuhkan hati dan budi yang terbuka agar dapat menemukan makna dan pesan. Jika melihat hanya dengan emosi, maka yang didapat hanyalah kemarahan dan kebencian. Namun di atas semua itu adalah bagaimana kita melihat dan menyikapi gambar-gambar tersebut.

1.    Perbedaan di bulan puasa
Bagi umat islam, bulan puasa, atau biasa dikenal dengan bulan ramadhan, dikenal sebagai bulan suci. Dalam bulan ramadhan, umat islam selalu meminta agar orang lain menghargai mereka yang sedang berpuasa. Umat agama lain diminta untuk turut menjaga kesucian bulan ramadhan. Dan selama berpuasa ini, umat islam akan berusaha menjauhkan diri dari segala bentuk godaan yang dapat menjerumuskannya ke dalam dosa. Jadi, target kesucian yang mau dicapai di bulan puasa itu adalah umat islam dan juga bulannya sendiri.
Untuk menjaga kesucian bulan ramadhan dan juga agar umat islam tidak jatuh ke dalam dosa, maka segala bentuk gangguan dilarang selama bulan ramadhan. Panti pijet dan tempat hiburan ditutup. Rumah-rumah makan harus ditutupi kain biar tidak kelihatan. Orang tak boleh makan minum di tempat umum. Kaum perempuan harus menutup aurat dengan berjilbab. Dan masih banyak larangan lain dikenakan, yang dampaknya kena juga kepada umat non islam. Kebijakan itu seolah-olah memaksa umat lain ikut ambil bagian dalam puasa, padahal umat islam berbeda dari umat lainnya.
Ada kesan bahwa selama bulan puasa ini setan dan iblis dikurung sehingga bulan ramadhan benar-benar menjadi suci (karena tanpa setan dan iblis), dan umat islam terhindar dari godaan dan cobaan yang bisa membawanya ke dalam dosa. Mereka lupa, bahwa setan dan iblis selalu ada dimana dan kapan saja. Bahkan di sorga juga ada (silahkan baca: Ternyata dalam Islam Setan dan Iblis Ada di Sorga).
Karena itu, seharusnya di dalam bulan puasa itu umat islam tetap membutuhkan godaan dan cobaan, karena dari sanalah kita dapat melihat sejauh mana iman kita kuat. Kiranya, inilah yang hendak disampaikan gambar pertama ini. Di sana ada realitas godaan atau cobaan. Ada juga perbedaan dalam menyikapi realitas tersebut, antara bapak tua dan anak muda.
2.    Perbedaan yang disukai vs dibenci
Gambar kedua menampilkan aneka perbedaan yang sering terjadi dalam dunia islam. Ada dua perbedaan besar yang ditampilkan oleh gambar ini, yang terlihat dari “garis” diagonal. Namun dalam perbedaan itu terdapat pula perbedaan-perbedaan lain.
Pada gambar sisi kiri ditampilkan perbedaan yang sering terjadi menjelang penentuan 1 syawal (hari raya Idul Fitri). Perbedaan ini juga biasa terjadi pada saat penentuan awal bulan puasa. Terhadap perbedaan ini biasa dikenakan pernyataan retoris “perbedaan itu indah” atau “perbedaan itu rahmat”. Tak jarang orang mengutip ayat-ayat suci untuk membenarkan pernyataan retoris tadi. Ini bisa terjadi karena perbedaan itu disukai.
Berbeda dengan gambar sisi kanan. Di sini ditampilkan perbedaan dalam dunia islam, antara islam radikal dan islam moderat. Perbedaan ini berdampak pada umat non muslim. Dengan islam yang moderat, umat non muslim merasa tenang, tetapi berhadapan dengan islam radikal, umat bukan islam merasa cemas dan gelisah. Berhadapan dengan perbedaan dua islam ini, kita tidak menemukan pernyataan retoris tadi. Yang ada malah pernyataan saling menegasi. Islam moderat menyatakan bahwa kaum teroris itu bukan islam, sementara kaum teroris mengatakan dirinya adalah islam. Inilah perbedaan yang tidak disukai, dan karenanya tidak akan muncul pernyataan retoris “perbedaan itu indah” atau “perbedaan itu rahmat”.
3.    Satu obyek dengan perbedaan mata memandang
Jika dalam gambar kedua ditampilkan dua gambar yang berbeda, dan di dalamnya ada perbedaan-perbedaan, gambar ketiga menampilkan satu gambar, yang di dalamnya ada perbedaan. Seorang wanita muslimah bercadar berjalan di hadapan para pria. Dari sanalah muncul perbedaan demi perbedaan.
Jilbab atau cadar merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslimah. Ia bukan hanya sekedar menunjukkan identitas diri sebagai orang islam, tetapi juga perintah agama. Jilbab atau cadar adalah sunnah rosul, yang menghendaki supaya kaum perempuan menutup auratnya. Tentang perintah menutup aurat ini pun ternyata ada terdapat perbedaan (silahkan baca: Mengenal Pakaian Muslimah).
Kenapa aurat wanita harus ditutup? Jawabannya sederhana, agar kaum pria tidak jatuh ke dalam dosa. Hal ini mau mengatakan bahwa dalam islam (tubuh) perempuan adalah biang dosa. Yang dimaksud di sini pertama-tama adalah dosa seksual. Di Provinsi Aceh ada baliho atau spanduk yang membahas soal rambut (ulasannya silahkan baca: Wanita, Rambut dan Neraka). Jadi, anggota tubuh wanita yang terlihat dapat membuat kaum pria jatuh ke dalam dosa seksual. Karena itu, agar supaya kaum pria ini tidak berdosa, maka diputuskan supaya kaum wanita menutup seluruh anggota tubuhnya.
Akan tetapi, benarkah anggota tubuh perempuan menjadi sumber dosa bagi kaum pria? Gambar ketiga ini seakan hendak memberi jawaban.
Toboali, 01 Juli 2018
by: adrian
Baca juga refleksi yang sama:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar