Senin, 27 Februari 2017

KONTRADIKSI DALAM HIDUP

Semua orang tentu sepakat bahwa hidup manusia itu tidaklah selalu berjalan mulus. Dalam kehidupan pasti ada pertentangan, dimana pertentangan itu bukan hanya berasal dari luar saja melainkan juga dari dalam. Pertentangan dari dalam itu terjadi pada diri setiap manusia. Sumbernya ada dalam diri manusia. Mungkin dalam dunia freudian ini disebut dengan istilah pertarungan antara id dan superego.
Di dalam dunia religius (agama), hal ini dikenal dengan sebutan pertarungan antara kebaikan dan kejahatan; antara kebenaran dan ketidak-benaran; antara setan dan malaikat. Pertarungan ini tidak hanya terjadi di luar diri manusia, tetapi juga di dalam hidup manusia itu sendiri.
Inilah yang dimaksudkan dengan kontradiksi dalam hidup. Dalam hidup setiap manusia selalu terjadi kontradiksi antara keinginan dan realitas; antara harapan dan fakta. Misalnya, seorang pelajar tentulah berkeinginan menjadi siswa teladan dan berprestasi dalam pendidikan. Akan tetapi, dalam kenyataannya keinginan itu tidak diwujud-nyatakan dengan tindakan. Atau dengan kata lain, tindakannya bertentangan dengan keinginannya. Contohnya, malas belajar, sibuk bermain, bergaul dengan orang-orang yang tak benar, dll.
Contoh lain lagi. Seorang bapak berharap supaya anaknya bisa sekolah sampai tingkat yang tinggi. Namun, dalam kehidupan hariannya ia sibuk berjudi, mabuk-mabukan, hidup boros, dan ditunjang dengan tidak adanya perhatian terhadap pendidikan anaknya. Hal ini bisa dikatakan bahwa tindakan-tindakannya dalam hidup bertentangan dengan harapan dan keinginannya.
Contoh paling gamblang dapat ditemui dalam diri perokok. Dapat dipastikan bahwa setiap orang menginginkan kesehatan yang baik dalam hidup. Atau dengan lain perkataan, setiap orang tak ingin dirinya sakit. Akan tetapi, sekalipun tahu bahwa rokok itu berbahaya bagi kesehatan (tertulis dalam bungkus kemasan rokok), tetap saja orang merokok.
Masih begitu banyak contoh lain yang dapat disebutkan. Sekedar menyebut satu saja adalah, banyak orang ingin kaya tapi malas bekerja, hidup boros, suka berjudi, dll. Kehidupannya tidak sesuai dengan keinginannya.
Fenomena kontradiksi dalam hidup ini pernah disinggung Tuhan Yesus dalam satu perumpamaan dua orang anak (Matius 21: 28 -31). Dikisahkan ada seorang bapak mempunyai dua putra. Dia datang kepada anaknya yang pertama dan memintanya untuk bekerja di kebun. Anak itu mengiyakan, namun kenyataannya dia tidak pergi. Lalu bapak itu meminta anaknya yang kedua, dan anak itu menolak, namun kenyataannya dia pergi juga. Dari dua anak ini, anak kedua mendapat pujian, karena dia melakukan kehendak bapaknya.
Baik anak pertama maupun anak kedua terdapat kontradiksi dalam hidup. Akan tetapi, pujian dialamatkan kepada anak kedua. Sesuatu yang positip terjadi, sekalipun awalnya negatip (menolak permintaan bapaknya). Berbeda dengan anak pertama. Dari hidupnya lahir sesuatu yang negatip, meski awalnya positip. Di sini terlihat bahwa akhir menentukan. Ende gut alles gut, demikian pepatah Jerman, sekedar menggambarkan situasi ini.
Dari contoh perumpamaan Tuhan Yesus di atas, sebenarnya masih bisa ditampilkan contoh anak yang paling baik. Anak yang paling baik adalah anak yang mengiyakan permintaan bapaknya dan langsung pergi melaksanakannya. Artinya, positip – positip. Akan tetapi, hal ini bukan termasuk kontradiksi dalam hidup. Tidak ternjadi kontradiksi di dalamnya. Dan memang hal ini merupakan suatu hal yang ideal dalam kehidupan manusia. Namun, sesuatu yang ideal itu jarang sekali terjadi.
Yang selalu terjadi dalam hidup adalah kontradiksi kehidupan. Dan jika melihat contoh perumpamaan Tuhan Yesus di atas, dapat disimpulkan bahwa kontradiksi dalam hidup dengan akhir positip merupakan pilihan yang terbaik. Sekalipun tidak punya keinginan untuk sukses, namun dalam hidup senantiasa berusaha untuk rajin, fokus dan berjuang, maka sukses itu dengan sendirinya akan menghampiri.
Jika mau menghindari kontradiksi dalam hidup, maka kita harus berusaha hidup selaras antara keinginan dengan sikap perbuatan; antara harapan dan kenyataan. Ini sejalan dengan nasehat Tuhan Yesus bahwa anggur baru harus disimpan dalam kirbat atau kantong anggur yang baru (Matius 9: 17). Cita-cita bagus harus ditunjang dengan tindakan dan sikap yang bagus, dan keinginan yang baik mesti didukung dengan perbuatan dan tingkah laku yang baik. Jika tidak, semuanya menjadi percuma.
Koba, 23 Januari 2017
by: adrian
Baca juga tulisan lain:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar