Rabu, 18 Juli 2018

PAUS FRANSISKUS: IMAN DIHIDUPI OLEH RASA SYUKUR


Allah selalu mencintai dan terlebih dahulu memberi dengan penuh kemurahan hati sebelum meminta kesetiaan akan semua perintah-Nya, yakni perkataan dari seorang Bapa yang penuh kasih, yang menunjukkan kepada umat manusia jalan yang benar untuk menjalani kehidupan. Demikian ungkap Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik sedunia, dalam audiensi umum di Lapangan St. Petrus, pada 27 Juni 2018. “Hidup kristiani merupakan respon penuh syukur kepada seorang Bapa yang murah hati, bukan pemenuhan yang dipaksakan dan tanpa kegembiraan atas serangkaian kewajiban.”
Sebelum audiensi itu, Paus Fransiskus bertemu dengan orang sakit dan tidak berdaya, yang duduk di aula Paulus VI, dan menyambut perwakilan Olimpiade Khusus dan menyalakan obor dari api Olimpiade Khusus itu. Kemudian Paus yang pernah meraih penghargaan majalah TIME ini melanjutkan serangkaian pembicaraan audiensi tentang 10 Perintah Allah, dengan merenungkan bagaimana Allah membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir.
“Allah tidak pernah meminta tanpa memberi terlebih dahulu. Ia menyelamatkan terlebih dahulu, lalu meminta kesetiaan atas perintah-perintah-Nya, sehingga mereka bisa menjalani kehidupan melalui jalan yang benar.” Ini adalah rahasia pendekatan kristiani, yakni pendekatan Yesus – untuk mengetahui bahwa seseorang itu dicintai oleh seorang Bapa dan kemudian untuk mencintai sesama, papar Paus yang berasal dari Argentina. “Yesus tidak memulai dengan diri-Nya sendiri, melainkan dengan Bapa.”
“Proyek atau upaya gagal jika berakar dalam keegoisan, bukan dalam rasa syukur kepada Tuhan,” jelas Paus Fransiskus. Landasan akan segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang kristiani bukan berdasarkan pada kewajiban: saya harus melakukan ini, ini, itu, ini .... “Bukan. Landasan akan tugas ini adalah cinta akan Allah Bapa, yang terlebih dahulu memberi dan kemudian memerintah,” ungkap Paus ke-266. Ini merupakan situasi berdasarkan sebuah hubungan dan pengalaman personal antara Bapa dan anak.
“Mendahulukan hukum dari hubungan itu tidak membantu perjalanan iman. Bagaimana mungkin seorang anak muda ingin menjadi kristen jika kita mulai dengan kewajiban, tugas, konsistensi dan bukan dengan pembebasan,” kata Paus Fransiskus. “Menjadi kristiani merupakan perjalanan akan pembebasan. Perintah-perintah itu membebaskan kalian dari sikap memikirkan diri sendiri, dan perintah-perintah itu membebaskan kalian karena ada cinta Allah sehingga kalian bisa terus maju.”
Pembinaan kristiani bukan tentang tekad, tetapi tentang membuka diri akan keselamatan dan membiarkan seseorang untuk dicintai. Paus Fransiskus mengatakan penting bagi umat manusia untuk bertanya pada diri mereka sendiri: berapa banyak hal indah yang Allah telah lakukan kepada saya? Sambil mengakui bahwa semua anugerah ini membebaskan kita.
Namun bisa juga terjadi bahwa umat manusia tidak mengalami pembebasan ini dan mereka masih menghidupi iman mereka dari kewajiban – sebuah spiritualitas yang dihidupi seperti budak, bukan seperti anak-anak Allah. Jika itu masalahnya umat manusia harus berteriak kepada Allah untuk perjalanan hidup mereka sendiri. Kita tidak diselamatkan oleh diri kita sendiri, tetapi kita bisa mulai dengan meminta bantuan. Demikian jelas Paus Fransiskus.

Semua tergantung pada seseorang apakah akan meminta bantuan, meminta pembebasan dari keegoisan, dosa dan ikatan perbudakan. Paus serba pertama ini berkata, “Permintaan itu penting, ini adalah doa, ini adalah kesadaran akan apa yang masih ditindas dan belum dibebaskan dalam diri kita.” Allah sedang menunggu untuk mendengar permintaan umat-Nya akan pembebasan dan keselamatan. “Ia ingin menghancurkan rantai kita. Allah tidak meminta kita untuk menjalani hidup agar tetap ditindas, tetapi untuk dibebeaskan dan hidup dengan penuh rasa syukur, menikmati kegembiraan yang hanya Tuhan bisa berikan kembali,” pungkas Paus Fransiskus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar