Ketika masih dalam rahim,
calon orangtua sibuk menyiapkan pakaian dan permainan bagi anaknya. Yang sering
dilupakan adalah menyiapkan nama. Orang katolik diminta untuk memberi nama anak
tak jauh dari citarasa kristiani (bdk. Kan. 855). Kebanyakan umat katolik baru
memikirkan nama saat mau baptis anak, sehingga sering ada perbedaan antara nama
di surat lahir/akta lahir dan surat baptis; dan kadang merembet ke dokumen
lainnya. Ini akan menyulitkan anak dan orangtua kelak.
Karena itu, jauh sebelum
lahir, orangtua seharusnya sudah menyiapkan nama anak, yang langsung sesuai dengan
nama baptis. Gereja sudah menetapkan agar nama itu tak asing dari citarasa
kristiani. Nama itu bisa merujuk pada nama tokoh di Kitab Suci (Musa, Yeremia,
Abraham, Samuel, dll), atau nama dari tokoh suci di Gereja (Andreas, Paulus,
Monika, Agnes, dll). Dalam Gereja katolik, sebuah nama memiliki makna. Ketika
anak diberi nama Monika, misalnya, selain mendapat penyertaan dari Santa
Monika, juga diharapkan si anak mengikuti teladan hidup dan iman St. Monika. Maka,
orangtua harus kenal dengan orang kudus dengan membaca riwayat hidupnya.
Berikut proses pemberian
nama. Anak sudah bisa diprediksi kapan lahir. Misalnya, lahir antara minggu
kedua dan ketiga Maret. Maka, lihatlah di kalender katolik yang memuat nama
santo-santa pada bulan Maret minggu kedua dan ketiga. Dari sekian nama yang
ada, mana yang berkesan. Tetapkanlah nama itu sebagai nama baptisnya, lalu
tambahkan nama keluarga atau lainnya. Saat anak lahir, nama itulah yang
kemudian dituliskan dalam surat lahir, dan kelak menjadi nama baptisnya.
Perlu diperhatikan juga
soal penulisan nama. Usahakan tulis nama dengan benar, jangan
hanya ikuti ucapan bibir kita. Misalnya, Ignasius (benar) sering ditulis
Iknasius (salah). Nama santo santa bisa diubah sesuai jenis kelamin anak.
Misalnya, orangtua sudah siapkan nama Gabriel, tapi anak yang lahir cewek, maka
beri namanya Gabriela.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar