Sekelompok anak muda berkumpul bersama di sebuah ruangan di
pastoran. Mereka sedang membicarakan rencana kegiatan untuk kaum muda, yang
dikenal dengan istilah Orang Muda Katolik (OMK). Permbicaraan terlihat sangat
serius, mulai dari bentuk acara hingga dana. Soal dana mereka akan mengajukan
proposal ke Departeman Agama Provinsi. Kebetulan salah satu pegawai depag masih
punya relasi baik dengan salah seorang pengurus OMK.
Tiba-tiba pastor masuk ke ruangan itu. Pastor itu adalah
moderator OMK di paroki itu. Akan tetapi, serta merta mereka diam membisu. Dan tak
lama kemudian pembicaraan beralih ke topik yang lain. Pastor itu pun ikut
nimbrung sebentar. Tak lama kemudian dia keluar. Sekelompok anak muda ini
kembali kepada topik pembicaraannya.
***
Kisah di atas bukanlah kisah realita, melainkan kisah
rekayasa. Namun bukan tidak mustahil kisah tersebut nyata dalam kehidupan
menggereja kita. Kisah itu bisa ada di mana saja. Mungkin juga kita ada dalam
kelompok anak muda tadi.
Satu hal yang menarik dari kisah di atas adalah KENAPA MEREKA
DIAM KETIKA PASTOR, YANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS OMK DI PAROKI ITU, MASUK KE
RUANGAN PERTEMUAN? Peristiwa ini amat sangat aneh. Bukankah seharusnya sang
pastor dilibatkan dalam rencana kegiatan itu; kenapa terkesan beliau
disingkirkan?
Dari keanehan ini, tidak salah kalau kemudian muncul
penilaian negatif lainnya. Ada udang di balik batu. Pastilah ada sesuatu “jahat”
dalam rencana kegiatan itu. Ada niat buruk yang disembunyikan dalam pembicaraan
itu. Logisnya, jika tidak ada rencana “jahat”, tentulah mereka tidak diam saat
pastor masuk ke ruangan pertemuan itu.
Tentulah ada orang akan mengatakan tak mungkin ada niat jahat
dalam diri anak muda itu. Kelompok anak muda itu ingin membantu Gereja dalam
menumbuh-kembangkan iman kaum muda. Mereka ingin berpartisipasi dalam hidup
menggereja dengan mengadakan kegiatan rohani bagi kaum muda paroki. Bukankah ini
baik dan luhur? Lantas apa yang “jahat” dalam rencana anak muda paroki itu?
Rasul Paulus, dalam suratnya yang pertama kepada Timotius,
sudah mengatakan bahwa akar segala kejahatan
adalah cinta uang (1Tim 6: 10). Jadi, sekitar 1914 tahun lalu, Paulus sudah
mengajak umat kristiani untuk mewaspadai bahaya akan uang. Karena dari uang ini
muncul berbagai kejahatan, seperti korupsi. Kejahatan itu bisa saja dibungkus
dengan kebaikan dan idealisme. Seperti kata orang: serigala berbulu domba. Aslinya
serigala, namun tampilannya domba.
Demikian pula rencana kegiatan kelompok anak muda tadi. Mereka
merencanakan sebuah proyek rohani dengan nama pembinaan iman kaum muda. Untuk sebuah
proyek tentulah dibutuhkan anggaran. Dan kebetulan pula ada lembaga yang
menyediakan dana untuk itu. Dan kebetulan pula ada “orang dalam” di sana. Lengkaplah
rencana itu.
Bukan tidak mungkin, kelompok anak muda ini sedang memikirkan
kira-kira berapa uang yang masuk ke kantongnya. Mereka tidak mau berbagi dengan
pastornya, karena itu mereka berusaha agar sang pastor tidak mengetahuinya. Atau mereka sadar bahwa pastor itu tak bisa diajak kompromi. Maka
itu, wajar bila mereka langsung membisu ketika pastor memasuki ruang pertemuan
mereka.
Untuk proyek rohani ini, pastilah akan diminati oleh kaum
muda. Bukan karena acara atau materi pembinaannya, melainkan karena uang. Kelompok
anak muda ini sudah menganggarkan UANG DUDUK bagi peserta kegiatan. Yang penting
ada tanda tangan, uang pun datang.
Bagaimana dengan pihak donor, yaitu Depag atau Kemenag? Setali
tiga uang. Mereka pun tidak ambil pusing. Yang penting ada bukti fisik seperti
tanda tangan peserta, laporan kegiatan, yang bisa saja rekayasa, serta
foto-foto acara. Lebih lagi, mereka dapat komisi dari proposal itu.
Inilah proyek rohani dalam Gereja. Semua hanya karena duit
semata. Seperti kata Paulus, cinta akan uang melahirkan kejahatan. Dan salah
satunya adalah dusta juga rekayasa. Yang rohani dijual demi rupiah semata. Gereja
digadai untuk mendapat kepuasan pribadi.
Aksi ini tak jauh berbeda dengan aksi Yudas Iskariot, yang
menjual Yesus demi 30 keping perak. Semuanya demi kepentingan pribadinya. Karena
itu, dewasa ini ada banyak Yudas Iskariot dalam Gereja kita, yang menjual Yesus
atau kegiatan rohani untuk mendapatkan uang demi kepentingan pribadi.
Batam, 15 Agustus 2014
by: adrian
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar