Kamis, 25 Desember 2014

Natal Adalah Peristiwa Iman & Syukur

NATAL: DARI IMAN KEPADA SYUKUR
Natal sebagai Peristiwa Iman
Natal merupakan peristiwa iman. Pusat imannya adalah Yesus Kristus. Yesus, yang adalah Allah, turun ke dunia menjadi manusia. Yohanes, dalam Injilnya, berkata, “Firman telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita.” (Yoh 1: 14). Inilah yang dikenal dengan istilah inkarnasi. Jadi, inti iman dalam peristiwa natal adalah inkarnasi.

Kenapa peristiwa inkarnasi, bagi umat kristiani, disebut sebagai peristiwa iman? Orang Kristen percaya bahwa Allah itu mahakasih dan mahakuasa. Karena kasih-Nya, Allah ingin menyelamatkan manusia. Allah menyelamatkan manusia melalui cara Allah, yaitu menjadi manusia dan tinggal di antara manusia.

Banyak orang tidak bisa menerima fakta, yang bagi kaum nasrani dikenal sebagai kebenaran iman, bahwa Allah menjadi manusia. Fakta ini tidak bisa dimengerti oleh akal budi manusia. Bagaimana mungkin Allah yang mahakudus hadir dalam diri manusia yang lemah dan penuh cacat cela? Bagi mereka, yang ilahi tidak bisa bersatu dengan yang fana dan duniawi. Karena itulah, banyak orang menolak kebenaran iman ini. Malah mereka menilai bahwa hal tersebut – Allah menjadi manusia – adalah dosa (menyekutukan Allah). Terlihat jelas bahwa mereka menolak hanya karena otak mereka tidak sanggup memahaminya.

Berbeda dengan orang kristen. Para pengikut Kristus ini tidak melihat peristiwa inkarnasi sebagai peristiwa akali semata, melainkan lebih pada peristiwa iman. Bagi orang kristiani otak manusia itu sangatlah terbatas. Sehebat dan segenius apapun manusia, otaknya memiliki keterbatasan. Ia tidak mampu memahami segala-galanya, apalagi Allah yang mahakuasa. Keterbatasan otak inilah yang akhirnya diimbangi dengan iman. Maka, di saat budi tak mampu memahami, iman berperan. Dengan iman ini orang berkata, "Aku percaya sekalipun aku tidak tahu apa-apa."

Bagi umat nasrani, dalam peristiwa natal (kelahiran Yesus) terlihat bukan saja Allah mengasihi umat manusia, melainkan juga Allah yang mahakuasa. Karena Allah itu mahakuasa, ia dapat mengatur rencana penyelamatan-Nya sesuai kehendak-Nya. Karena kemahakuasaan-Nya, Allah bisa menjadi apa dan siapa saja menurut yang dimaui-Nya. Paulus, dalam suratnya yang pertama kepada umat di Korintus, menulis, “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasehati Dia?” (ay. 16). Tidak ada satu manusia di dunia ini yang mengetahui jalan pikiran Allah sehingga bisa mengatur-atur rencana Allah.

Jadi, jika Allah mau menjadi manusia, itu adalah HAK Allah. Dia mahakuasa. Dengan kemahakuasaan-Nya, Allah bisa menjadi apa dan siapa saja sesuai kemauan-Nya. Manusia, dengan segala keterbatasannya, hanya bisa menerima rencana Allah bagi hidupnya. Masak manusia yang mengatur bahwa Allah harus begini dan begitu, tidak boleh begini dan begitu. Jika manusia sudah mengatur-atur demikian, maka hilanglah kemahakuasaan Allah; bukan lagi Allah yang maha kuasa, melainkan manusianya. 

Karena itu, benar apa yang diungkapkan Paulus: “Oh, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya. Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasehat-Nya? Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya? Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia. Bagi Dia-lah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Rom 11: 33 – 36).

Natal sebagai Peristiwa Syukur
Selain sebagai peristiwa iman, natal juga dilihat sebagai peristiwa syukur. Jika dalam peristiwa iman, kita diajak untuk beriman, maka dalam peristiwa syukur ini kita diajak untuk bersyukur atau hidup dengan rasa syukur. Kita dapat menimba teladan syukur dari tokoh-tokoh utama dalam peristiwa natal ini. Salah satunya adalah Bunda Maria.

Maria tahu benar bahwa janin yang ada dalam rahimnya adalah Anak Allah yang mahatinggi. Maria sadar betul kalau anak yang ada dalam kandungannya adalah Putera Raja Daud. Puteranya akan menduduki takhta Daud. Kesadaran ini didasarkan pada pernyataan Malaikat Gabriel kepada Maria. Gabriel berkata, “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Dia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhurnya, dan Ia akan menjadi raja …" (Luk 1: 31 – 33).

Sebagai manusia, tentulah Maria sangat bergembira dengan kabar ini. Anaknya akan menjadi raja. Ibu mana yang tidak bangga bila mengetahui bahwa puteranya bakal menjadi presiden, menteri atau penjabat tinggi lainnya? Namun, apa yang terjadi? Maria melahirkan di kandang hewan. Itulah natal. Tidak ada sambutan meriah sebagaimana yang biasa dibayangkan. Semuanya serba sederhana, jauh dari kesan glamour untuk ukuran putera raja; bahkan untuk ukuran manusia biasa sekalipun.

Sebagai manusia biasa, tentulah Maria sangat kecewa dan marah. Apa yang dibayangkan, yaitu bakal ada sambutan meriah karena melahirkan putera raja dan Anak Allah, hilang sirna. Yang terjadi justru jauh sebaliknya. Kalau kita bayangkan, tentulah Maria merasa sakit hati.

Akan tetapi Maria tidak menunjukkan perasaan itu. Maria malah bersyukur. Maria tetap menghidupi spiritualitas hidupnya, yaitu “Terjadilah padaku menurut kehendak-Mu!” Sekalipun yang terjadi sangat jauh dari harapannya, Maria tetap bersyukur. Ia tetap menjalani hidupnya, menjadi ibu bagi Yesus, karena itu merupakan bagian dari rencana Allah. Rasa syukur yang dihidupi Maria membuat hidupnya menjadi indah dan bahagia.

Itulah teladan syukur dari Maria. Di sini kita disadarkan bahwa bersyukur bukan hanya dilakukan saat kita mendapatkan sesuatu yang kita inginkan atau harapkan. Bersyukur dapat pula dilakukan di saat kita belum mendapatkan apa yang diinginkan atau diharapkan. Dengan kata lain, kita bersyukur atas apa saja yang terjadi dalam hidup kita, entah itu positif maupun negatif.

Kita mungkin pernah mendengar kisah raja yang kehilangan jari kelingkingnya akibat berburu. Ketika ia minta pendapat penasehatnya tentang peristiwa yang dia alami dan tentang hilangnya jari kelingkingnya itu, si penasehat justru mengajaknya bersyukur. Nasehat itu sangat menyakitkan hati raja sehingga ia memenjarakan penasehatnya itu.

Ketika sembuh, raja pergi lagi berburu bersama 3 orang pengawalnya, termasuk penasehat barunya. Tiba-tiba mereka disergap suku liar. Mereka dijadikan korban bagi dewa suku itu. Tetapi raja itu tak jadi karena jari-jarinya tidak utuh. Salah satu syarat korban adalah korban harus sempurna. Karena tidak menjadi korban bagi dewa, akhirnya raja dibuang ke hutan.

Dengan susah payah, raja akhirnya dapat kembali ke istana. Ia langsung ke penjara menjumpai penasehatnya. Ia menghaturkan terima kasih kepadanya. Dengan tenang penasehatnya itu berkata, “Tuan, saya juga bersyukur karena tuan memenjarakan saya. Jika tidak, pastilah saya menjadi korban bagi dewa suku liar itu.”

Bersyukur Bagian dari Iman
Bersyukur merupakan ungkapan iman. Orang yang beriman senantiasa memenuhi hidupnya dengan bersyukur. Apapun yang terjadi dalam hidupnya, ia akan bersyukur, karena ia melihat ada rencana Tuhan di balik semua peristiwa hidupnya. Ia tidak melihat suatu peristiwa sebagai suatu kebetulan. Itulah iman.

Natal adalah peristiwa iman dan syukur. Dalam pesta natal ini, umat kristiani bersyukur karena Allah yang mahakuasa mau mengasihi manusia dan menyelamatkannya dengan menjadi manusia. Umat kristiani menerima saja apa yang direncanakan Allah, termasuk menjadi manusia. Mereka tidak memaksakan kehendaknya supaya Allah hadir dengan segala keperkasaan dan kemahakuasaan-Nya. Justru dengan menjadi manusia, karena itu sesuai dengan kehendak-Nya, orang kristen tetap melihat Allah itu mahakuasa. Dan untuk tindakan Allah itu, orang kristen bersyukur.

Oleh karena itu, pesta kelahiran Yesus Kristus, atau biasa disebut natal, mengajak kita untuk menumbuhkan rasa syukur dalam hidup. Orang yang tahu bersyukur adalah orang yang beriman, karena ia bisa melihat dan menemukan rencana Tuhan di balik setiap peristiwa hidupnya.
Tanjung Pinang, 24 Desember 2014
by: adrian
Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar