Renungan Hari Raya Natal, Thn B/I
Bac I Yes 62: 11 – 12; Bac II Tit 3: 4 – 7;
Injil Luk 2: 15 – 20;
Hari ini merupakan puncak penantian kita selama masa adven. Kita
bergembira karena Gereja Universal mengajak kita untuk merayakan hari kelahiran
Tuhan kita Yesus Krsitus. Ajakan bergembira dan memuliakan Tuhan juga terdapat
dalam sabda Tuhan hari ini. Dalam Injil hari ini, kegembiraan itu dirasakan
oleh para gembala setelah melihat Tuhan Yesus terbaring di palungan bersama ibu
dan bapaknya. Mereka menemukan adanya kesesuaian antara warta para malaikat
dengan apa yang mereka saksikan. Untuk itulah mereka bergembira dan memuliakan
Tuhan.
Suasana gembira juga terlihat dalam bacaan pertama, yang
diambil dari kita Nabi Yesaya. Dalam kitabnya, Yesaya mengungkapkan dasar
kegembiraan itu terletak pada datangnya keselamatan Allah. Keselamatan itu
merupakan janji Allah bagi umat-Nya. Apa yang disampaikan Yesaya itu, sungguh
berdampak pada kegembiraan bagi puteri Sion, dan kegembiraan itu hendaknya
diwartakan sampai ke ujung bumi.
Jika dalam bacaan pertama Yesaya mengungkapkan dasar
kegembiraan itu, yaitu datangnya keselamatan Allah, dalam bacaan kedua juga
Paulus menyampaikan hal yang sama. Dalam suratnya kepada Titus, Paulus
mengatakan bahwa kedatangan Tuhan ke dunia, dalam wujud Yesus Kristus, adalah
merupakan kemurahan dan kasih Allah kepada manusia. Di sini Paulus berefleksi
atas peristiwa kelahiran Tuhan Yesus. Paulus melihat bahwa peristiwa itu
merupakan bukti Allah mengasihi umat-Nya. Karena itu, pantaslah jika umat
bergembira dan memuliakan Allah.
Dalam masa adven kita sudah merenungkan tentang Allah yang
mahakuasa mau sudi turun ke dunia mengambil wujud manusia demi keselamatan
kita. Semua ini tentulah tidak dapat masuk dalam akal budi kita, karena ia
merupakan misteri iman. Natal merupakan peristiwa iman. Peristiwa ini dapat
dilihat sebagai datangnya keselamatan Allah (Yesaya) atau kemurahan dan kasih
Allah kepada manusia (Paulus). Intinya, Natal itu untuk kita, karena memang Dia
datang untuk menebus kita. Maka dari itu, hendaklah kita bersukaria menyambut
natal ini. Inilah yang dikehendaki Tuhan melalui sabda-Nya. Tuhan mau agar
natal ini membawa sukacita dalam hidup kita, baik secara pribadi, keluarga,
komunitas maupun bermasyarakat. Sukacita ini hendaknya jangan hanya dirasakan
sendiri, melainkan diwartakan supaya orang lain pun bisa merasakannya.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar