EFEK BAHAGIA BAGI KESEHATAN
“Be happy for this
moment. This moment is your life.” Ungkapan ini dilontarkan oleh sastrawan kenamaan Omar Khayyam.
Intinya adalah orang perlu merasa bersukacita atau senantiasa berbahagia. Namun,
beragam masalah dalam hidup kerap membuat orang kehilangan kebahagiaannya. Tekanan
hidup juga membuat orang rentan terkena stress atau depresi. Meskipun demikian,
seseorang perlu tetap merasa bahagia karena segudang alasan.
Seseorang yang berbahagia akan memiliki hidup yang lebih
sehat. Ada baiknya kebiasaan bersukacita ini diawali dari masa muda. Riset dari
Northwestern University, Amerika
Serikat, terhadap 10.000 remaja menunjukkan bahwa remaja yang bahagia lebih
sedikit cenderung mempunyai masalah perilaku pada usia dewasa. Sebaliknya,
remaja yang sering berbahagia cenderung mempunyai kesehatan fisik dan emosional
yang baik.
Sebenarnya, saat merasa gembira, tubuh akan memproduksi hormon
seperti serotin, relaksin dan dopamin. Saat masuk ke aliran darah, hormon-hormon
ini akan merangsang sel-sel kekebalan tubuh. Sel-sel imun ini akan bekerja
untuk memerangi penyakit dalam tubuh.
Riset di Inggris terhadap 3.000 lansia berumur di atas 60 tahun menunjukkan responden yang lebih bahagia cenderung dapat melakukan aktivitas fisik yang lebih baik pada usia tua. Sebaliknya, responden yang merasa tidak berbahagia mengalami penurunan fungsi fisik yang lebih cepat (www.livescience.com).
Sebaliknya, saat stress, seseorang menjadi lebih mudah
terserang penyakit. Riset mengenai psikoneuroimunologi
(PNI) menunjukkan bahwa gejala stress, gelisah, takut atau marah akan
merangsang tubuh untuk memproduksi sejumlah hormon yang seperti epinefrin dan
kortisol. Hormon yang membantu mengendalikan aktivitas tubuh ini dapat membuat
tekanan darah naik. Bila hal ini berlangsung terus menerus, daya tahan tubuh
menurun dan lebih mudah terserang penyakit.
Untuk itulah seseorang perlu merasa berbahagia. Pertama, merasa bersyukur. Mulailah mengucapkan
rasa syukur dari hal-hal yang paling sederhana dalam hidup. Satu helaan napas
adalah pertanda kehidupan. Kita perlu merasa bersyukur karenanya.
Kedua, lepaskanlah beban pikiran. Lepaskan emosi
yang tertekan dengan mengutarakan isi hati seperti berbicara dengan orang lain
atau menulis buku harian. Hindari menyimpan rasa dendam karena dendam merupakan
salah satu penghalang utama dalam merasa bahagia. Gantilah dendam dengan sikap
memaafkan. Lepaskanlah beban yang menghimpit hati dan pikiran. Buanglah pikiran
negatif, kegelisahan dan ketakutan. Biarkan oksigen dari nafas masuk dan
memenuhi paru-paru dan memberikan penghidupan.
Ketiga, lakukanlah hal-hal yang paling
disukai. Pilihlah pekerjaan yang sesuai dengan diri dan bakat. Bila dijalankan
dengan tekun, pemasukan akan datang dengan sendirinya. Hindari melakukan
pekerjaan yang tidak disukai.
Keempat, habiskan waktu dengan orang-orang
yang dikasihi. Orang tua, saudara, pasangan, anak dan teman akan membantu dalam
menciptakan rasa bahagia. Namun, jangan lupa luangkan waktu untuk diri sendiri.
Nikmatilah setiap momen dalam hidup karena satu momen tidak akan pernah
terulang.
Kelima, isilah benak kita dengan pikiran
positif. Isilah hari-hari dengan aktivitas yang bermanfaat. Ubahlah diri
menjadi pendengar yang lebih baik, optimistis, bersikaplah lebih sabar, hindari
berasumsi negatif, buanglah sikap iri hati dan cemburu dan bersikaplah tulus
pada orang lain. Cara-cara ini mungkin tidak mudah jika kita belum terbiasa. Namun,
bila dijalankan perlahan-lahan, akan terasa manfaatnya, tidak hanya untuk
kesehatan raga, tetapi juga jiwa diri sendiri.
Pada intinya, seseorang akan merasa bahagia jika mencintai
dirinya sendiri, dengan demikian, rasa dengki akan menghilang. Ketika mampu
mengasihi diri sendiri, seseorang perlu memperlakukan orang lain layaknya
mengasihi seperti diri sendiri. Bersikap tulus dan memberikan sesuatu tanpa
pamrih akan membuat rasa bahagia memenuhi diri.
sumber: KOMPAS, 30
September 2014, hlm 37
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar