Sabtu, 01 November 2014

Don't Worry, Be Happy!

INGIN BAHAGIA, KENDALIKAN EMOSI
Masalah datang silih berganti. Tekanan berat dan tuntutan yang tinggi membuat emosi mudah meledak-ledak. Jika sudah begini, bagaimana bisa merasa bahagia?

Sebenarnya, agar lebih merasa bahagia, tidak hanya mindset yang perlu diubah. Seseorang pun perlu mencermati hal-hal di sekelilingnya yang bisa memicu timbulnya stress atau depresi. Tidak hanya masalah besar, masalah kecil yang tidak dipedulikan bisa menjadi masalah besar nantinya. Apabila digolongkan, ada beberapa sumber pemicu stress menurut lokasi.

Keluarga
Masalah terbesar kerap kali muncul dari orang-orang terdekat. Inilah yang bisa menjadi sumber pemicu timbulnya stress. Stress terbesar di antaranya berasal dari masalah dalam lingkup keluarga. Misalnya, kematian pasangan hidup atau keluarga dekat. Kematian kerap membuat orang merasa kehilangan, sedih teramat dalam dan tidak bisa menerima perpisahan.

Kehidupan baru dalam masa pernikahan juga bisa menjadi sumber masalah. Dua orang dengan latar belakang, gaya hidup dan pemikiran berbeda yang disatukan adalah perkara yang tidak mudah. Merupakan hal yang umum bila terjadi konflik-konflik pada awal pernikahan. Masalah lainnya adalah perceraian. Rasa kecewa, putus asa dan sedih muncul ketika terjadi perceraian.

Pekerjaan
Ada banyak hal yang bisa memicu stress dalam pekerjaan. Di antaranya tuntutan target yang tinggi, atasan yang bersikap diktator, beban pekerjaan terlalu tinggi, gaji yang telalu kecil dan pekerjaan tidak sesuai dengan bakat dan kemampuan.

Pemicu stress dalam pekerjaan lannya adalah permasalahan dengan rekan kerja, jam kerja berlebihan, deadline yang ketat dan prospek jenjang karier yang minim. Faktor-faktor pemicu yang secara tidak langsung berpengaruh pada pekerjaan adalah kondisi dan situasi ekonomi secara umum, tuntutan atau komplain pelanggan dan kegagalan dalan pengerjaan suatu proyek.

Lingkungan Sosial
Jangan salah, lingkungan sosial juga bisa menjadi pemicu stress. Salah satunya terjadi jika seseorang dari suatu negara ke negara lain atau mengalami culture shock. Namun, dengan penguasaan bahasa dan kemampuan bersosialisasi, biasanya culture shock hanya terjadi pada bulan-bulan awal di tempat yang asing. Selebihnya seseorang akan lebih dapat menyesuaikan diri.

Pertikaian antar kelompok atau golongan juga bisa menjadi pemicu stress. Sanksi sosial terhadap seseorang dan pengucilan juga bisa membuat seseorang menjadi depresi. Ini bisa terjadi jika seseorang melanggar hukum adat atau norma-norma sosial suatu kelompok masayarakat.

Diri Sendiri
Stress juga bisa dipicu oleh sikap dan pemikiran individual. Beberapa pemicunya antara lain perasaan takut, gelisah dan cemas. Gelisah dan takut memang umum. Namun, jika perasaan ini muncul setiap hari, efeknya berdampak pada stress.

Faktor dari dalam diri yang dapat menyebabkan stress adalah iri akan materi atau kesuksesan orang lain. Atau bisa juga dipicu oleh kebiasaan membanding-bandingan diri sendiri dengan orang lain. Perasaan bersalah, kesepian dan jenuh juga bisa memicu datangnya stress. Biasanya orang yang mudah stress adalah orang yang ambisius atau perfeksionis. Sikap yang selalu menginginkan segala sesuatu sempurna, tetapi tidak tercapai juga bisa menyebabkan frustasi yang berujung pada stress atau bahkan depresi.

Untuk itu, jika ingin berbahagia, sebaiknya berhati-hatilah dalam menanggapi masalah hidup. Kendalikan diri dan emosi dengan lebih banyak bersyukur dan bersikap ikhlas.

sumber: KOMPAS, 30 September 2014, hlm 38
Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar