13.
Fatoohi mengatakan bahwa kaum muslim
diperintahkan untuk menghormati dan memuliakan seluruh nabi. Tidak mempercayai
salah seorang nabi berarti tidak mempercayai seluruh nabi dan gagal menjadi
muslim (hlm 444). Mari kita lihat: ketika ada gambar atau film yang melecehkan
Yesus, tak ada reaksi umat islam, tapi bila itu terjadi pada Muhammad,
muncullah anarki di mana-mana. Padahal Yesus itu adalah nabi bagi umat islam.
14.
Fatoohi, dengan cara pikir Quraninya, menyatakan
bahwa Yesus memerintahkan orang Kristen untuk menerima Muhammad yang
melanjutkan ajaran yang telah disampaikan Yesus (hlm 454). Fatoohi seharusnya
menunjukkan bahwa memang benar Muhammad melanjutkan ajaran Yesus. Sebab kalau diperhatikan justru kehidupan dan ajaran Muhammad bertentangan dengan apa yang diajarkan dan dihidupi oleh Yesus. Hal ini pernah diungkapkan oleh seorang
mantan Guru Besar Sejarah Islam di Universitas Al Azhar.
15.
Menarik mencermati uraian Fatoohi tentang keesaan
Allah berdasarkan Al-Quran (hlm 456). Dua kitab yang menarik adalah QS
Al-Maidah: 17, “Allah berkuasa untuk melakukan segala sesuatu.” dan QS Al-Baqarah: 253, “Allah melakukan apa yang
Dia kehendaki.” Saya tidak tahu apakah umat islam paham dengan kedua ayat ini
atau tidak. Jika umat islam benar-benar paham dan menerima ayat ini, maka
mereka juga harus menerima fakta Allah menjadi manusia dalam diri Yesus, dan
bahwa Yesus, yang adalah Tuhan, mau mati di kayu salib. Bukankah Allah berkuasa
melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya?
16.
Tentang ketuhanan Yesus, tampak jelas bahwa
Fatoohi menyamakan saja konsep prokreasi, adopsionisme dan inkarnasi. Padahal,
ketiganya memiliki konsep yang berbeda dan bertentangan. Karena itu, ketika
mengkritisi Kenneth Cragg, terlihat jelas Fatoohi salah mengerti; dan dari
salah mengerti itu lahirlah kesimpulan yang ngawur (hlm 472). Demikian pula
dengan topik trinitas. Fatoohi menyamakan konsep trinitas dengan triteisme (hlm
476 – 479). Hal yang sama dimana Fatoohi menyamakan konsep “dosa asal” dengan
dosa umumnya (hlm 706 – 716).
17.
Ada yang lucu pada cara pikir Fatoohi terhadap
mujizat Hannina (hlm 485 – 490). Terhadap mujizat-mujizat Hannina, Fatoohi
dapat melihatnya menyerupai mujizat-mujizat Yesus. tetapi terhadap Injil-Injil
Sinoptik, Fatoohi tidak melihatnya saling menyerupai tapi saling berbeda dan
bertentangan. Di sini ada ketidak-konsistenan dalam cara berpikir Fatoohi.
18.
Sangat aneh menyimak jalan pikiran Fatoohi
berkaitan dengan Maria dan bayi Yesus (hlm 535). Terlihat jelas bahwa Fatoohi
dipengaruhi oleh Al-Quran, dimana dikatakan Yesus yang masih bayi berbicara
untuk membela Maria dari tuduhan masyarakat. Dengan konsep ini, Fatoohi lantas
menyalahkan Injil sinoptik yang tidak memuat kisah itu. Lalu Fatoohi bertanya,
bukankah nanti orang akan bertanya bahwa Yesus adalah anak haram, hasil dari
perzinahan. Terlihat bahwa Fatoohi memaksakan cara pandangnya. Kenapa Fatoohi
tidak memakai cara pikir Injil? Bukankah di Injil ada Yusuf? Keberadaan Yusuf
membuat masyarakat tidak akan menuduh Maria berzinah.
19.
Tentang penyaliban dalam sejarah (hlm 638 – 659),
Fatoohi berkesimpulan bahwa Yesus tidak disalibkan. Hal ini didasarkan pada
ketiadaan bukti sejarah. Fatoohi lupa bahwa dia pernah berkata bahwa tidak
tertulis bukan berarti tidak ada (hlm 32). Di sini Fatoohi sampai pada
kesimpulan demikian hanya untuk membenarkan Al-Quran saja. Dan di balik itu,
ada satu hal yang mau dibela: tak mungkin orang yang begitu mulia mati dengan
cara tragis.
20.
Pada hlm 690 – 692 Fatoohi menjelaskan soal QS
Al-Maidah: 109 – 119, dimana di dalam ayat-ayat itu ada ayat penyela, yang
kalau diperhatikan baik-baik terlihat ada loncatan cerita. Pertanyaan kita: apa
tujuan penyela itu disisipkan di antara ayat 109 dan 119? Apa kaitan penyela
itu dengan ayat 109 dan 119? Sama sekali tak ada. Ini satu bukti lain
ketidakjelasan Al-Quran atau kacaunya pemikiran Muhammad.
21.
Tentang akhir hidup Yesus, Fatoohi membeberkan
versi Al-Quran (hlm 695). Menurut Al-Quran: ketika di salib, Yesus pingsan,
lalu Allah mengangkat Dia ke langit (sorga) dan menyadarkan-Nya. Setelah sadar,
Yesus hidup kembali dan akhirnya mati secara normal. Kalau mau diurut: pingsan,
diangkat, sadar, hidup dan mati. Gambaran ini bertentangan dengan QS Maryam:
33, dimana urutannya adalah: mati, dibangkitkan dan hidup kembali. Di sini
terlihat kalau Al-Quran dalam dirinya sendiri saling bertentangan.
22.
Berkaitan dengan pemikiran Paulus (hlm 696 – 706)
Fatoohi membuat kekeliruan fatal. Pertama ia salah mengerti soal kata “Injilku”
yang digunakan Paulus. Fatoohi juga salah memahami ajaran Paulus sehingga ia
melihatnya sebagai terpisah dan bertentangan dengan keempat Injil. Padahal
ajaran Paulus (salib dan kebangkitan sebagai penebusan) merupakan bentuk
ringkas dari keempat Injil. Selain itu, Fatoohi salah memahami istilah
“rasul-rasul palsu” dalam 2Kor 11: 12 – 14. Di sini tampak jelas kalau Fatoohi
tidak terlebih dahulu memahami surat-surat Paulus.
23.
Pada hlm 766 Fatoohi membuat pernyataan menarik untuk dikritisi. Dia mengatakan bahwa orang islam mempercayai
kitab-kitab orang Yahudi dan Kristen, tetapi orang Yahudi dan Kristen tidak
percaya kepada Al-Quran. Yang pertama harus dikritisi adalah bahwa Taurat dan
Injil yang dipercaya umat islam adalah yang versi Muhammad, bukan yang ada
sekarang ini. Bukankah sudah ditegaskan bahwa orang Yahudi dan Kristen sudah
memalsukan kitabnya? Yang kedua harus dikritisi adalah kenapa orang Yahudi dan
Kristen tidak percaya kepada Al-Quran. Jawaban sederhana saja, yaitu Al-Quran
berisi kebohongan, keanehan dan ketidakkonsistenan serta radikalisme.
Dari uraian-uraian di atas, kita dapat
menarik beberapa kesimpulan tentang cara berpikir Fatoohi.
1.
Cara pikir Fatoohi terkesan kekanak-kanakan. Padahal
ia seorang sarjana. Tapi tak terlihat jelas daya kritisnya.
2.
Cara pikir Fatoohi terkesan anakronis
3.
Fatoohi tidak berusaha memahami Injil sebagaimana
seharusnya. Ia memahami Injil menurut maunya dia, yang sudah dipengaruhi oleh
Al-Quran dan pemikir-pemikir liberal.
4.
Fatoohi lebih sering dikuasai perasaan sentimen dan
kebencian terhadap kekristenan daripada analisa ilmiah.
5.
Cara pikir Fatoohi sering tidak konsisten.
Catatan
Akhir
Buku Fatoohi yang saya baca dan telah
saya kritisi ini merupakan cetakan pertama dari edisi kedua. Ia berbeda dengan
edisi pertama. Satu hal yang dapat ditarik dari hal ini adalah bahwa buku ini
lumayan laris di pasaran. Ada kemungkinan besar buku ini akan menjadi bacaan
wajib di sekolah-sekolah berbasis islam.
Setelah membaca seluruh buku ini,
saya langsung teringat buku-buku karya Karen Armstrong (salah satunya: PerangSuci). Saya menemukan ada kemiripan motivasi buku Fatoohi ini dengan buku-buku
Armstrong. Kemiripannya terletak pada motivasi bisnis dan popularitas. Fatoohi
sadar bahwa umat islam mudah sekali dipancing sentimen agamanya dengan
membangga-banggakan islam dan mencela Kristen. Tentulah hal ini membuat bukunya
menjadi laris di pasar.
Adakah sesuatu yang saya dapat
setelah membaca buku Fatoohi ini? Pertama-tama saya dapat melihat kebodohan dan
kekonyolan cara berpikir Fatoohi, yang adalah seorang DOKTOR. Hal ini membuat
saya benar-benar meragukan gelar sarjananya. Dan ini akhirnya bermuara pada
kesimpulan saya di atas.
Selain itu ada dua hal penting yang
saya dapat dari buku Fatoohi ini.
1.
Setelah membaca seluruh buku Fatoohi ini, keyakinan
saya akan kebenaran iman Kristen semakin diperkuat. Saya semakin mencintai
Tuhan Yesus dan agama saya. Seperti yang telah saya ungkapkan di atas, bahwa
saya tidak mengkonfrontasikan pendapat Fatoohi dengan pendapat resmi Gereja, melainkan menemukan kelemahan cara berpikir Fatoohi. Pendapat-pendapat
Fatoohi sudah lemah dari dirinya sendiri. Tidak ada kebenaran di dalam
argumennya.
2.
Konsekuensi dari lemahnya argumen Fatoohi, saya
menemukan kebohongan Al-Quran. Dengan membaca buku Fatoohi ini, saya mempunyai
kesimpulan bahwa Al-Quran berisi kebohongan; kalau dalam Gereja Katolik dikenal
dengan istilah apokrif. Konsekuensi dari kesimpulan ini adalah saya meragukan Muhammad
dalam banyak hal serta Al-Quran sebagai kitab yang diturunkan langsung dari
Allah. Bukan tidak mungkin kalau Al-Quran merupakan rekayasa Muhammad.
Demikianlah dua hal yang saya peroleh
dari membaca buku Fatoohi dengan judul “The Historical
of Jesus”. Bukan maksud
saya untuk menghina umat islam atau melecehkan keyakinan mereka. Seperti yang
saya ungkapkan tadi, kesimpulan itu saya dapat setelah membaca buku Fatoohi
itu. Alih-alih mau melecehkan agama Kristen dengan bukunya, justru membaca
bukunya dengan kritis membuat orang berkesimpulan lain sebagaimana yang
diharapkan Fatoohi. Artinya, niat tersembunyi Fatoohi menjadi bumerang bagi
umat islam sendiri.
Apakah saya benci dengan Fatoohi atau
umat islam? Sama sekali tidak. Di depan sudah saya nyatakan bahwa saya tidak
memiliki sikap antipati ataupun kebencian, apalagi dengan membaca buku ini. Hal
ini didasarkan pada nasehat Tuhan Yesus sendiri supaya kami mengampuni,
mengasihi dan memberkati orang yang membenci dan memusuhi kami.
Pangkalpinang, 14 Oktober 2014
by: adrian
Baca
juga:
hahaha, buku yang ditulis bermaksud menghina kristen, justru malah menghina diri sendiri
BalasHapusakhirnya benar-benar terbongkar kebohongan dan kebodohan analisa Fatoohi
BalasHapusMenjadi bumerang. Kasus bukunya Fatoohi tak jauh berbeda dengan kasus penghinaan agama, yang merupakan salah satu judul tulisan di atas. Tuntutan akan aturan penghinaan agama bisa kena pada diri mereka sendiri... hahaha....
BalasHapusdari poin nomor 13 dapat dikatakan kalau umat islam telah mendewakan muhamad
BalasHapusmemang dasar goblok tu doktor....
BalasHapusMaaf, kami tidak tahu siapa Anda. Jika Anda sebagai orang kristen/murid Kristus, Anda tak perlu mencela atau menghina orang yang telah melecehkan iman kita. Tuhan Yesus sendiri sudah meminta kita untuk memberkati dan mendoakan mereka.
Hapusluar biasa. Terima kasih untuk ulasannya. Kami sangat terbantu. Menarik juga tulisan nomor 6, "Penghinaan Agama". Darinya dan ditambah lagi ulasan buku Fatoohi, kita dapat memahami karakter orang....
BalasHapusJika anda merasa buku ini menghina agama anda, janganlah lantas anda menghina agama orang lain
BalasHapusMaaf, saudara! Sama sekali tidak ada niat saya untuk menghina agama Anda atau agama islam. Seperti yang sudah saya katakan di atas, pemikiran ini muncul setelah saya membaca buku Fatoohi secara kritis. Buah kekritisan saya inilah yang Anda lihat sebagai menghina agama islam. Perlu disadari, jika tidak ada buku Fatoohi, maka tidak ada buah pemikiran itu.
Hapus