SANTO YULIUS I, PAUS
Hari
kelahiran Yulius tidak diketahui dengan pasti. Ia memimpin Gereja sebagai Paus
dari tahun 337 sampai wafatnya pada tahun 352 di Roma. Dalam masa
kepemimpinannya, ia dikenal sebagai seorang Paus yang dengan keras menentang
para pemimpin Gereja Timur yang memberhentikan uskup-uskup yang ditabhiskan
secara sah. Kecuali hal itu, ia pun menentang bidaah Arianisme dan
pengikut-pengikutnya, terutama uskup-uskup yang terpengaruh oleh ajaran itu.
Athanasius, Uskup Aleksandria, Mesir adalah salah seorang korban perlakuan para
pemimpin Gereja Timur yang arianis itu, karena ia menentang ajaran sesat
Arianisme. Ketika Athanasius berada di Konstantinopel untuk membela kebenaran
iman di hadapan kaisar, taktha keuskupannya diambil alih oleh Gregorius dari
Kapadokia, Turki, seorang penganut Arianisme. Setelah dengan gigih
mempertahankan ajaran iman yang benar di hadapan kaisar, Athanasius berangkat
ke Roma untuk melaporkan peristiwa itu kepada Paus Yulius.
Yulius,
yang bertanggungjawab atas masalah itu, segera mengadakan suatu konsili di Roma
pada tahun 340. Ia mengundang semua Uskup Timur untuk menghadiri konsili itu.
Tetapi undangan Yulius ditolak. Semua Uskup Timur tetap bersikap keras terhadap
Athanasius. Tanpa kehadiran uskup-uskup Timur, Yulius bersama Uskup-uskup
lainnya meneguhkan hati Athanasius dan menyuruhnya kembali ke keuskupannya bersama
Marcellus dari Ancyra, seorang uskup lain yang juga dipecat oleh
penganut-penganut Arianisme. Untuk itu, Yulius mengirimkan sepucuk surat yang
berisi penegasan konsili tentang sahnya kedudukan Athanasius sebagai Uskup
Aleksandria, kepada Uskup-uskup pengikut Eusebius, Patriakh Konstantinopel yang
Arianis.
Untuk
mendamaikan Uskup-uskup Barat dengan Uskup-uskup Timur, Konstans (dari Barat)
dan Konstansius (dari Timur) yang bersama-sama memangku suatu jabatan penting
dalam kekaisaran Romawi mendesak para Uskup itu agar berkumpul di Sardica,
Bulgaria, guna membicarakan masalah pemecatan uskup-uskup yang sah itu. Yulius
menyambut baik ajakan itu dengan mengirimkan utusan-utusannya pada tahun 343.
Tetapi uskup-uskup Arianis menolak menghadiri konsili Sardica. Mereka
sebaliknya berkumpul di Philippolis, Thrasia (Yunani Utara). Di sana mereka
mengeluarkan suatu keputusan yang menghukum baik Athanasius maupun Yulius dari
Roma yang dianggap sebagai biang keladi semua kejahatan yang ada di sana.
Sementara itu, para Uskup Barat tetap bersidang di Sardica untuk menegakkan
kembali keabsahan jabatan uskup-uskup yang dipecat oleh kaum Arian. Mereka pun
meneguhkan kembali isi syahadat Nicea tanpa mengubahnya, dan mengancam tipu
muslihat dari Uskup-uskup Arian di pengadilan kekaisaran. Sementara itu masalah
belum tuntas, Gregorius dari Kapadokia meninggal dunia. Peristiwa ini menjadi
peluang emas bagi Athanasius untuk kembali menduduki taktha keuskupannya di
Aleksandria pada tahun 346. Yulius mengirim surat kepada seluruh umat di
Aleksandria agar dengan sepenuh hati menerima kembali Athanasius sebagai Uskup
Aleksandria yang sah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar