Arianisme
Pengantar Singkat
Dalam "Orang Kudus Hari
Ini" yang mengisahkan Santo Ambrosius, diungkapkan bahwa pada masa itu ada
aliran sesat bernama Arianisme. Untuk melengkapi tulisan itu, maka kami
menurunkan juga uraian singkat tentang aliran Arianisme agar pembaca dapat
mengetahuinya.
Arianisme
Istilah ‘Arianisme’ diambil dari nama seorang imam (presbiter) yang hidup dan mengajar di Aleksandria, Mesir, pada awal abad IV, yang bernama Arius. Ia berasal dari keturunan Libya. Dari sumber yang terbatas diketahui bahwa Arius pernah berguru dengan Lucianus di sekolah eksegese di Antiokia. Peran dan pengaruh Lucianus sangat besar dalam pembentukan pemikiran Arius di kemudian hari, meski ia tidak pernah dituduhkan sebagai bida’ah.
Arius hidup pada saat Gereja Timur (ortodoks) sedang
menghadapi masalah kristologis. Pusatnya ada pada sosok Yesus. Ada yang
mengatakan bahwa Yesus itu sungguh Allah dan sungguh manusia. namun Arius
menyangkalnya. Yesus itu diciptakan (dilahirkan), jadi Dia tidak ilahi. Jadi,
hanya Bapa saja yang Allah.
Sangat sulit sekarang ini untuk mendapatkan sumber tulisan
Arius, karena ada banyak karya dan tulisan Arius dimusnahkan oleh otoritas
Gereja, yang menjadi lawannya. Karya utama Arius pun tak luput dari pembakaran.
Gambaran tentang Arius saat ini diperoleh dari pandangan para lawan Arius.
Arianisme selama beberapa dasawarsa mendominasi di kalangan
keluarga Kaisar, kaum bangsawan kekaisaran dan para rohaniwan yang lebih tinggi
kedudukannya. Namun pada akhirnya ajaran resmi Gereja yang menang secara
teologis dan politik pada akhir abad ke-4. Sejak saat itu Trinitarianisme telah
menjadi doktrin yang praktis tidak tertandingi di semua cabang utama Gereja
Timur dan Barat.
Ajaran Arianisme
Arianisme melihat bahwa Bapa dianggap sebagai "Allah
sejati satu-satunya", sedangkan Yesus bukan. Arius berpandangan bahwa Yesus
diciptakan oleh Allah sebagai ciptaan pertama. Dengan kata lain, dalam
pandangan Arianisme Yesus merupakan puncak kemuliaan dari semua ciptaan. Yesus
adalah makhluk ciptaan yang memiliki atribut illahi, namun bukanlah Allah itu
sendiri.
Bagi Arius, Logos,
yang adalah Yesus, dan Bapa tidak berasal dari hakikat yang sama. Logos itu makhluk ciptaan, diasalkan
dari ketiadaan oleh Bapa. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa ada waktu di
mana Logos (Putera = Yesus) tidak
ada.
Salah satu alasan Arius mengembangkan ajarannya ini adalah
untuk mempertahankan ide monoteisme, Allah hanya ada satu. Melihat Yesus
sebagai Allah membawa manusia jatuh kepada dualisme, yang mana hal ini
bertentangan dengan pandangan Kitab Suci bahwa Allah itu esa.
oleh: adrian
sumber:
3.
Eddy Kristiyanto, OFM, Selilit Sang Nabi: Bisik-bisik
tentang aliran sesat. Yogyakarta: Kanisius, 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar