Awal peringatan valentine’s
day berasal dari tradisi Romawi
sebagai upacara penghormatan Dewa Lupercus, dewa kesuburan. Tanggal
peringatannya adalah 15 Februari. Tujuan peringatan ini adalah mendapatkan
keturunan. Sarananya adalah hubungan seks.
Ketika kekristenan mulai muncul, ada banyak tradisi
kafir diambil alih dan “dibaptis”. Salah satunya adalah hari raya Lupercalia
ini. Adalah peran Paus Galasius I yang mengubah hari raya Lupercalia ini
menjadi hari valentine. Pada tahun
496, Paus Gelasius I menetapkan tanggal 14 Februari sebagai peringatan st.
Valentinus. Sejak saat itu, tanggal 14 Februari dikenal sebagai valentine’s day, hari cinta muda-mudi.
Tujuan peringatan ini adalah membangun keluarga. Sarananya adalah cinta.
Dalam perjalanan waktu, peringatan valentine’s day menjadi milik dunia.
Akan tetapi terjadi degradasi nilai. Tak jarang ditemukan adanya penyimpangan
makna sampai mengakibatkan hubungan seks di luar nikah. Artinya, ada usaha
untuk mengembalikan peringatan valentine’s
day ini ke hari raya Lupercalia. Tahun 1969 Gereja menghapus peringatan st
Valentinus, namun peringatan valentine’s
day terus berlangsung.
Akhirnya, valentine’s
day tidak lagi menjadi peringatan liturgi gerejawi. Valentine’s day menjadi peringatan umum. Gereja tidak melarang
umatnya merayakannya. Gereja hanya melarang penyalahgunaan kegiatan valentine’s day yang tidak
memanusiawikan manusia atau merendahkan martabat luhur manusia. Misalnya yang
menyebabkan orang jatuh ke dalam seks bebas atau mental hedonis-konsumtivistik.
Sebaliknya Gereja malah mengajak umatnya merayakan valentine’s day dengan kualitas yang
lebih baik, tidak berhenti pada cinta sepasang kekasih melainkan berkembang ke
arah cinta universal, sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan Yesus.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar