Jumat, 18 Juni 2021

TELAAH ATAS SURAH ASY-SYURA AYAT 8


 

Gerakan radikalisme, fanatisme dan/atau bahkan ekstremisme seringkali diidentikkan dengan intoleransi. Tidak ada semangat toleransi dalam setiap gerakan radikalisme (ekstremisme). Gerakan ini selalu melihat kelompoknya yang baik dan benar sedangkan kelompok lain salah dan tidak baik sehingga harus disingkirkan bahkan dimusnahkan. Dengan kata lain, semangat yang diusung oleh gerakan radikal adalah semangat menghapus keragaman sehingga muncul keseragaman.

Hingga saat ini islam selalu dikaitkan dengan kelompok radikal. Ada begitu banyak kelompok islam yang terkenal fanatik, radikal dan ekstrem bahkan cenderung menjadi teroris. Dan semua itu dilandaskan pada ajaran agamanya, yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Karena dikaitkan dengan kelompok atau gerakan ini maka islam dikatakan juga sebagai agama yang intoleran. Tidak ada semangat toleransi dalam islam.

Tidak sedikit umat islam menolak klaim tersebut. Mereka selalu mengatakan bahwa islam adalah agama toleran, yang menghargai perbedaan. Sering islam moderat menyangkal kalau Allah SWT hanya menghendaki islam saja. Biasanya mereka mendasarkan argumennya pada QS asy-Syura: 8, yang sayangnya hanya dikutip sebagian saja, alias tidak utuh. Mereka mengatakan, “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia jadikan mereka satu umat.” Dengan dasar ini umat islam menyatakan bahwa mereka mengakui adanya perbedaan, dan terhadap perbedaan itu islam selalu mengedepankan toleransi.

Argumentasi di atas sangatlah lemah, karena seperti yang telah dikatakan tadi, kalimat di atas tidak utuh dikutip. Kalimat tersebut belum diakhiri dengan titik, tetapi masih koma. Artinya, masih ada kelanjutannya. Kalimat utuhnya, sebagai wahyu Allah SWT, adalah sebagai berikut: “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia jadikan mereka satu umat, tetapi Dia memasukkan orang-orang yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya.” Dalam kalimat utuh ini terlihat jelas bahwa Allah SWT masih mempunyai sikap pilih kasih, yang semua itu berdasarkan kehendak-Nya. Dapat dikatakan bahwa ada kelompok orang yang tidak dimasukkan ke dalam rahmat Allah karena tidak dikehendaki-Nya. Inilah yang terbaca pada kalimat kedua dari ayat 8 ini.

Sebagai sebuah ayat, dengan 2 kalimat, terlihat jelas bahwa Allah memang menghendaki perbedaan, akan tetapi Allah juga yang menentukan mana yang disesatkan dan mana yang diselamatkan. Perbedaan diadakan agar Allah dapat menunjukkan kemahakuasaan-Nya dengan menentukan orang-orang yang diselamatkan dan yang dibinasakan. Hal ini kemudian ditafsirkan bahwa yang disesatkan adalah golongan zalim, dan yang diberi petunjuk adalah umat islam. Karena itulah, sejalan dengan surah al-Anam ayat 45, orang zalim akan dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. dan tempat mereka adalah neraka (bdk. QS al-Baqarah: 24 dan QS al-Jin: 15).

Tak bisa disangkal kalau umat islam memang selalu memandang hitam – putih kehidupan ini. Mereka putih, sedangkan lainnya adalah hitam. Putih selalu dikonotasikan dengan baik, dan hitam dimaknai dengan buruk. Karena itu, hitam harus disingkirkan, atau bila perlu dimusnahkan. Putih tidak bisa bercampur dengan hitam. Al-Qur’an sudah mengatakan bahwa orang kafir itulah orang zalim (bdk. QS al-Baqarah: 254), dan mereka merupakan musuh yang nyata bagi umat islam, yang membawa umat islam ke neraka. Dengan kata lain, umat islam sudah diajarkan untuk tidak bisa menerima perbedaan. Karena itu, tidak ada sikap toleransi, sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan.

Surah asy-Syura yang biasa dikutip untuk menunjukkan semangat toleransi dalam islam ternyata hanyalah kamuflase belaka. Teks yang dikutip hanya sebagian, sebenarnya berfungsi menutupi bagian lain, yang justru menampilkan identitas islam sebenarnya. Karena itu, gelar-gelar seperti radikalisme, fanatisme, ekstremisme dan intoleran yang disematkan kepada agama islam adalah sebuah kebenaran. Memang islam adalah agama intoleran.

Ada banyak ayat Al-Qur’an yang menampilkan semangat intoleransi. Dan semangat itu juga yang mewarnai kehidupan umat islam. Usaha umat islam dengan menampilkan surah asy-Syura seakan mengajak orang untuk hanya fokus pada satu titik putih di tembok hitam dan memaksakan orang untuk mengatakan bahwa tembok itu putih. Sayangnya, satu titik putih itu sendiri ternyata tidaklah sungguh-sungguh putih, sehingga bagaimana mungkin orang harus mengatakan bahwa tembok itu benar-benar putih.

Dengan perkataan lain, surah asy-Syura ini hendak dipakai untuk menutupi begitu banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menampilkan wajah islam yang radikal dan intoleran. Dan sayangnya, surah asy-Syura yang dipakai ini juga ternyata tidak sepenuhnya berwajah kontra radika dan intoleran. Justru ia juga mengandung bibit intoleransi. Sungguh menyedihkan.

Lingga, 15 Februari 2021

by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar