Minggu, 20 Juni 2021

TELAAH ATAS SURAH AN-NAHL AYAT 51


 

Dan Allah berfirman, Janganlah kamu menyembah dua tuhan; hanyalah Dia Tuhan Yang Maha Esa. Maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut.” (QS 16: 51)

Tak bisa dipungkiri bahwa umat islam percaya bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang langsung disampaikan kepada Muhammad, yang kemudian ditulis di atas kertas. Sekalipun ada di kertas, tapi umat islam yakin bahwa itu adalah kata-kata Allah sendiri. Karena Allah itu suci, maka kertas yang ditulisi perkataan Allah adalah suci juga. Maka dari itu, tak heran ketika ditemukan lembaran-lembaran Al-Qur’an di tempat sampah, yang sebagiannya sudah terbakar, umat islam merasa marah. Hal itu dilihat sebagai bentuk penghinaan terhadap Allah. Allah sendiri sudah meminta umat islam untuk membunuh mereka yang menghina-Nya.

Dasar keyakinan umat islam bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang langsung disampaikan kepada Muhammad adalah perkataan Allah sendiri. Allah sudah mengatakan bahwa Al-Qur’an itu berasal dari diri-Nya. Berhubung Allah itu mahabenar, maka apa yang dikatakannya juga adalah benar. Mana mungkin Allah yang mahabenar itu berbohong? Tak munhkin Al-Qur’an itu ciptaan manusia, karena manusia bisa berbohong. Logika pikir orang islam kira-kira begini: bahwa Al-Qur’an itu wahyu Allah karena Allah sendiri yang mengatakannya adalah benar, sebab Allah itu mahabenar yang tak bisa berbohong.

Berangkat dari premis ini, maka kutipan ayat Al-Qur’an di atas haruslah dikatakan berasal dari Allah dan merupakan satu kebenaran. Apa yang tertulis di atas, semuanya diyakini merupakan kata-kata Allah, yang kemudian ditulis oleh manusia. Seperti itulah kata-kata Allah ketika diucapkan. Karena surah ini masuk dalam kelompok surah Makkiyyah, maka bisa dipastikan bahwa Allah menyampaikan wahyu ini saat Muhammad ada di Mekkah. Terlepas dari pemahaman bahwa kutipan ayat di atas merupakan kata-kata Allah, kita dapat mengatakan bahwa wahyu Allah ini hendak menegaskan konsep tauhid. Pesan yang ada di dalam ayat 51 ini adalah pesan tauhid. Karena itu, ayat ini bisa dikatakan sebagai ayat tauhid. Dan ayat ini, bersama ayat-ayat tauhid lainnya hendak menegaskan islam sebagai agama tauhid.

Kata “tauhid” merupakan konsep teologis dalam islam yang meyakini bahwa Allah itu esa. Kata ‘esa’ di sini dipahami sebagai ‘satu’ atau tunggal. Karena itu, umat islam percaya bahwa Allah itu hanya SATU. Dan umat islam percaya hanya kepada SATU Tuhan, yang biasa disapa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dasar ketauhidan islam ini adalah perkataan Allah SWT yang tertulis dalam Al-Qur’an. Hanya Allah SWT saja satu-satunya Allah. Tidak ada lain lagi. Dalam islam adalah dosa berat jika orang menduakan Allah.

Jika orang hanya berfokus pada pesan, maka wahyu Allah ini akan terkesan baik dan indah. Namun jika orang meninjaunya dengan menggunakan standar ilmu bahasa, maka akan ditemukan adanya kejanggalan.

Jika kutipan wahyu Allah di atas dipahami sebagai perkataan Allah, maka bisa dikatakan bahwa waktu itu Allah berkata, “Allah berfirman, ‘Janganlah kamu menyembah dua tuhan.......” Ini artinya Allah yang sedang berbicara menyebut lagi “Allah”. Pertanyaannya, siapa Allah, yang disebut Allah ketika Dia berbicara? Apakah Allah yang disebut itu adalah Allah yang sedang berbicara atau ada Allah yang lain? Jika Allah yang dimaksud itu adalah Allah yang sedang berbicara, kalimatnya menyalahi tata bahasa. Di sini terjadi pendobelan. Seharusnya waktu itu Allah berkata, “Janganlah kamu menyembah dua tuhan........”, tak perlu lagi mengulang “Allah berfirman,”. Atau bisa juga Allah berkata, “Aku berfirman, ‘Janganlah kamu menyembah dua tuhan........”

Akan tetapi, ini pun tidak menyelesaikan persoalan bila dihubungkan dengan dua kata ganti yang merujuk pada Allah, yaitu “Dia” dan “-Ku”. Kedua kata ganti ini bisa ditafsir sebagai Allah karena dalam penulisannya dipakai huruf kapital. Kata ganti “-Ku” dapat dipastikan merujuk pada Allah yang sedang berbicara, sedangkan kata “Dia” merujuk pada sosok Allah yang lain. Kata ganti “Dia” tidak dimaksud sebagai Allah yang sedang berbicara. Jadi, wahyu Allah di atas bisa dimaknai bahwa Allah yang berbicara saat itu sedang menyebut adanya sosok Allah yang lain. Jika memang benar “Dia” ini adalah Allah yang lain, maka wahyu Allah di atas bisa dipahami bahwa Allah yang sedang berbicara BUKANLAH Tuhan Yang Maha Esa, karena hanyalah Dia Tuhan Yang Maha Esa. Allah yang sedang berbicara adalah Allah yang harus ditakuti.

Demikianlah kejanggalan yang muncul dari wahyu Allah ini. Kesan tauhid yang hendak ditampilkan berbanding terbalik dengan pemahaman linguistik. Di satu sisi mengatakan hanya percaya pada SATU Allah saja, tapi di sisi lain mengakui juga adanya Allah yang lain selain yang SATU tadi. Jika Al-Qur’an diyakini berasal dari Allah, maka harus dikatakan bahwa yang mengatakan adanya Allah lain itu adalah Allah sendiri. Hal ini terungkap secara implisit dalam Al-Qur’an, yang baru bisa diketahui bila diadakan telaah kritis linguistik. Allah yang lain itu juga diimani dan ditakuti oleh umat islam. Dengan demikian, Allah umat islam BUKAN SATU TETAPI DUA.

Jika umat islam tetap ngotot memaksakan konsep tauhid ada pada wahyu Allah di atas, ini berarti umat islam hendak memaksakan bahwa kata ganti “Dia” itu merujuk kepada Allah yang sedang berbicara. Tentulah hal ini bisa terjadi jika akal sehat benar-benar disingkirkan, alias tidak dipakai sama sekali. Karena bagi orang yang masih menggunakan akal sehat tentu sulit menerima bahwa kata ganti “Dia” itu merujuk pada Allah yang sedang berbicara. Dan jika umat islam tetap memaksakan demikian, maka akan terlihat jelas bahwa Allah yang sedang berbicara tidak konsisten. Tentulah ini juga merupakan kejanggalan lain.

Dari kejanggalan-kejanggalan ini, kita dapat menarik 2 kemungkinan sebagai kesimpulan. Pertama, jika kita tetap menganggap Al-Qur’an sebagai wahyu yang langsung dari Allah, maka kita dapat mengatakan bahwa islam mempunyai DUA Allah. Tentulah kesimpulan bertentangan dengan paham tauhid. Kedua, jika kita tetap berpegang teguh pada konsep tauhid bahwa Allah itu hanya SATU, maka kita dapat mengatakan Al-Qur’an bukan wahyu yang langsung dari Allah. Bukan tidak mustahil tudingan orang-orang jaman Muhammad bahwa Al-Qur’an adalah rekayasa atau karangan Muhammad adalah benar. Tentulah kesimpulan ini juga bertentangan dengan ajaran islam.

Mana dari 2 kesimpulan ini yang benar? Silahkan jawab sendiri!

Dabo Singkep, 25 Maret 2021

by: adrian

 

4 komentar:

  1. mencabut atau menolak keberadaan Allah lebih dari satu. Dalam arti lain bahwa Allah itu satu atau esa tidak ada Tuhan selain-Nya. Dia esa atau satu dalam Dzat, Sifat dan perbuatan-Nya.
    Seandainya ayat ini ditafsirkan untuk mengukuhkan claim trinitas..claim tersebut disclaimer. Makna ayatnya adalah perintah ibadah.
    Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa…..Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, “Dia” yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang berhak di ibadahi. “Aku”artinya sifat yang mencabut atau menolak keberadaan Allah lebih dari satu.
    Untuk tambahan pengetahuan mari kita coba sedikit membahas nama اللَّهُ (Allah).

    Nama اللَّهُ adalah nama Tuhan semesta alam, اللَّهُ adalah nama yang tidak bisa diplintirkan. Jadi bila anda memahami kata اللَّهُ maka segala pertanyaan dalam kata ganti yang Allah gunakan akan hilang. Mari coba kita bedah kata اللَّهُ :
    1. Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif (ا ), maka akan tersisa tiga huruf saja dan bunyinya tidak Allah lagi, tetapi akan berbunyi “Lillah”, artinya bagi Allah, tetap yang dimaksud adalah Allah sendiri.
    2. Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal (ل ), maka akan tersisa dua huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi, tetapi akan berbunyi “Lahu”. tetap yang dimaksud Allah lagi. Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
    3. Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ل), maka akan tersisa satu huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi, tetapi “Hu”artinya Dia(Dzat Allah), Masih juga yang dimaksud adalah Allah sendiri. Huwal haiyul qayum, artinya Dzat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya. Maka dapat diampil kesimpulan ayat di atas “Huwa” adalah menunjuk Dzat Allah sendiri.
    4. jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam (ل ) pertama dan Lam (ل ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (di pangkal dan di akhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha maka akan menjadi “AH”. artinya yang ada hanya Dia, atau telah sampai kepada-Nya. Lagi-lagi menuju kepada Allah. dll.

    BalasHapus
  2. mencabut atau menolak keberadaan Allah lebih dari satu. Dalam arti lain bahwa Allah itu satu atau esa tidak ada Tuhan selain-Nya. Dia esa atau satu dalam Dzat, Sifat dan perbuatan-Nya.
    Seandainya ayat ini ditafsirkan untuk mengukuhkan claim trinitas..claim tersebut disclaimer. Makna ayatnya adalah perintah ibadah.
    Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa…..Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, “Dia” yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang berhak di ibadahi. “Aku”artinya sifat yang mencabut atau menolak keberadaan Allah lebih dari satu.
    Untuk tambahan pengetahuan mari kita coba sedikit membahas nama اللَّهُ (Allah).

    Nama اللَّهُ adalah nama Tuhan semesta alam, اللَّهُ adalah nama yang tidak bisa diplintirkan. Jadi bila anda memahami kata اللَّهُ maka segala pertanyaan dalam kata ganti yang Allah gunakan akan hilang. Mari coba kita bedah kata اللَّهُ :
    1. Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif (ا ), maka akan tersisa tiga huruf saja dan bunyinya tidak Allah lagi, tetapi akan berbunyi “Lillah”, artinya bagi Allah, tetap yang dimaksud adalah Allah sendiri.
    2. Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal (ل ), maka akan tersisa dua huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi, tetapi akan berbunyi “Lahu”. tetap yang dimaksud Allah lagi. Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
    3. Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ل), maka akan tersisa satu huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi, tetapi “Hu”artinya Dia(Dzat Allah), Masih juga yang dimaksud adalah Allah sendiri. Huwal haiyul qayum, artinya Dzat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya. Maka dapat diampil kesimpulan ayat di atas “Huwa” adalah menunjuk Dzat Allah sendiri.
    4. jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam (ل ) pertama dan Lam (ل ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (di pangkal dan di akhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha maka akan menjadi “AH”. artinya yang ada hanya Dia, atau telah sampai kepada-Nya. Lagi-lagi menuju kepada Allah. dll.

    BalasHapus
  3. mencabut atau menolak keberadaan Allah lebih dari satu. Dalam arti lain bahwa Allah itu satu atau esa tidak ada Tuhan selain-Nya. Dia esa atau satu dalam Dzat, Sifat dan perbuatan-Nya.
    Seandainya ayat ini ditafsirkan untuk mengukuhkan claim trinitas..claim tersebut disclaimer. Makna ayatnya adalah perintah ibadah.
    Sesungguhnya Dialah Tuhan Yang Maha Esa…..Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam ibadah, “Dia” yakni bahwasanya hanya Allah satu-satunya yang berhak di ibadahi. “Aku”artinya sifat yang mencabut atau menolak keberadaan Allah lebih dari satu.
    Untuk tambahan pengetahuan mari kita coba sedikit membahas nama اللَّهُ (Allah).

    Nama اللَّهُ adalah nama Tuhan semesta alam, اللَّهُ adalah nama yang tidak bisa diplintirkan. Jadi bila anda memahami kata اللَّهُ maka segala pertanyaan dalam kata ganti yang Allah gunakan akan hilang. Mari coba kita bedah kata اللَّهُ :
    1. Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif (ا ), maka akan tersisa tiga huruf saja dan bunyinya tidak Allah lagi, tetapi akan berbunyi “Lillah”, artinya bagi Allah, tetap yang dimaksud adalah Allah sendiri.
    2. Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal (ل ), maka akan tersisa dua huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi, tetapi akan berbunyi “Lahu”. tetap yang dimaksud Allah lagi. Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
    3. Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ل), maka akan tersisa satu huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi, tetapi “Hu”artinya Dia(Dzat Allah), Masih juga yang dimaksud adalah Allah sendiri. Huwal haiyul qayum, artinya Dzat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya. Maka dapat diampil kesimpulan ayat di atas “Huwa” adalah menunjuk Dzat Allah sendiri.
    4. jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam (ل ) pertama dan Lam (ل ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (di pangkal dan di akhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha maka akan menjadi “AH”. artinya yang ada hanya Dia, atau telah sampai kepada-Nya. Lagi-lagi menuju kepada Allah. dll.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih atas tanggapannya. Jawaban anda sama sekali tidak menjawab persoalan. Mari kita sederhanakan saja. Ayat 51 diucapkan Allah kepada muhammad. Lalu Allah bilang ke muhammad bahwa hanya DIA yang esa, sehingga umat harus takut kepada KU. Dua kata ganti ini sudah menunjukkan 2 person yang berbeda. Nah, seharusnya masalah inilah yang harus dijelaskan, bukan menjelaskan soal kata Allah.

      Hapus