Rabu, 01 April 2020

MENGABAIKAN ANAK SAAT BAYI, BERPOTENSI ANAK JADI AGRESIF


Para orangtua perlu menilik kembali perlakuan mereka terhadap buah hati. Penelitian dari University North Carolina menemukan, anak-anak usia di bawah dua tahun yang diabaikan orangtuanya menunjukkan tingkat perilaku agresif yang lebih tinggi pada usia 4 hingga 8 tahun.
Dari hasil penelitian yang diterbitkan jurnal Pediatrics itu, pengaruh pengabaian bayi di usia dini bisa sama besarnya dengan kekerasan terhadap anak untuk memprediksi perilaku agresif mereka. Pemerintah AS punya data yang mendukung. Badan yang mengurus anak-anak dan keluarga di negeri Paman Sam itu menyebut pengabaian berhubungan dengan hampir dua pertiga dari kasus perlakuan buruk terhadap anak yang dilaporkan di AS setiap tahunnya.
Masalahnya, siapa peduli pengabaian anak? “Kurangnya perhatian yang diberikan pada masalah pengabaian --hal ini disebut 'mengabaikan pengabaian'-- adalah 'kepedulian dalam penantian' di bidang kesejahteraan anak,” kata Jon Hussey, asisten riset tersebut. Mengapa disebut demikian? Masalahnya, menurut Hussey, pengabaian sering dianggap masalah lebih umum terjadi ketimbang kekerasan. Tambahan lagi, “Kita tahu relatif sedikit tentang dampak pengabaian pada anak.”
Maka universitas yang terletak di Chapel Hill itu pun melakukan penelitian yang langka. Dilakukan secara longitudinal, penelitian ini melibatkan lebih dari 1.300 anak dari empat kota. Semua proses penelitian dalam koordinasi UNC Injury Prevention Research Center (IPRC). Anak-anak yang diteliti adalah semua yang diketahui mendapat perlakuan buruk atau risiko mendapat perlakuan buruk. Anak-anak ini dipantau sejak lahir hingga usia 8 tahun.

Seorang anak dianggap diabaikan bila orangtua atau pengasuhnya tak memberikan pengawasan yang memadai atau tak memenuhi kebutuhan fisik minimum anak untuk makan, pakaian, dan tempat tinggal. Sementara, kekerasan terhadap anak dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kekerasan fisik atau seksual.
Sikap agresif anak dipantau ketika mereka berusia lebih besar. Dalam penelitian ini, agresi --diwakili sikap suka membantah, kejam terhadap orang lain, merusak barang, tidak patuh, mengancam orang dan berkelahi atau menyerang orang lain secara fisik-- dicatat berdasarkan persepsi pengasuh utama anak. Mereka diwawancarai ketika anak berusia 4, 6, dan 8 tahun.
“Ini bukan yang pertama kami melihat bukti menunjukkan bahwa dalam keadaan tertentu, pengabaian bisa jadi sama bahayanya dengan kekerasan terhadap anak,” kata Hussey. Ia mengaitkan pengabaian anak dengan kekerasaan, depresi, dan penggunaan obat terlarang pada remaja. Kendati terlihat bertema sederhana, John Hussey dan kawan-kawan menekankan pentingnya penelitian ini. “Memahami konsekuensi pengabaian pada usia dini akan membantu kita merencanakan program dan intervensi lain demi kepentingan anak-anak ini di usia selanjutnya.”
Dari seluruh rangkai penelitian itu, dapat ditemukan beberapa ringkasan atau kesimpulan sebagai berikut
·        anak-anak (0 – 2) yang diabaikan akan menunjukkan tingkat perilaku agresif pada usia 4 hingga 8 tahun.
·        prilaku agresif: pengabaian anak usia dini = kekerasan terhadap anak
·        diabaikan: tak memberikan pengawasan yang memadai, kurang perhatian atau tak memenuhi kebutuhan fisik (makan-minum, pakaian dan tempat tinggal)
·        Kekerasan: fisik, verbal dan seksual
·        agresi: sikap suka membantah, kejam terhadap orang lain, merusak barang, tidak patuh, mengancam orang dan berkelahi atau menyerang orang lain secara fisik
·        pengabaian anak usia dini sama bahayanya dengan kekerasan terhadap anak
diolah kembali dari tulisan 7 tahun lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar