Selasa, 27 Oktober 2020

INILAH CARA ATASI CEMBURU PADA PASANGAN


Dalam relasi antar manusia, cemburu biasa mewarnai kehidupan. Bagi orang yang baru pertama kali menjalani hubungan, rasa cemburu sering kali membuat serba salah. Di satu sisi ia merasa tertekan karena perasaan itu, di sisi lain ia juga merasa bingung apakah perasaan itu dibenarkan. Apakah cemburu itu merupakan hal yang normal atau berlebihan?
Dikutip dari Cosmopolitan, Robert L. Leahy, PhD, penulis The Jealousy Insecure mengatakan, cemburu itu adalah suatu hal yang normal. Cemburu juga ada dimana-mana bahkan binatang juga dapat merasakannya. “Ini akan menjadi bagian dalam hubunganmu setiap waktu. Namun, jika kamu menyangkalnya, kamu tidak akan bisa mengatasi perasaan itu dengan baik,” ungkap Leahy.
Jika kita bermasalah dengan perasaan cemburu, berikut ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi rasa cemburu itu. (Baca juga: Cemburu dan Cinta).
1.    Dukunglah perasaan satu sama lain
“Ketika kamu sedang menjalani hubungan yang berkomitmen, berarti kamu memiliki tanggung jawab atas perasaan satu sama lain. Artinya kamu juga telah setuju untuk mengorbankan kebebasan,” ujar Leahy. Ketika kita bisa mengakui bahwa rasa cemburu merupakan hal yang normal, hal yang perlu diingat adalah pasangan kita juga demikian. Jadi, sampaikanlah rasa cemburu kita itu kepadanya; kita juga harus bisa mendengarkan pasangan kita dan membuatnya lebih nyaman. Lalu, kita bisa memutuskan apakah penjelasan dia bisa dimengerti atau tidak; demikian pula sebaliknya. Sedapat mungkin kita mengontrol perasaan dan tidak mengharapkan balasan apa pun.

2.    Kecemburuan dalam dosis kecil dapat menjadi sinyal yang baik
Kecemburuan tidak terjadi tanpa alasan, seringkali lebih dari sekedar ketika pasangan menyukai foto mantannya di media sosial. Leahy mengatakan bahwa mungkin memang pada awal hubungan rasa takut kehilangan belum terlalu banyak muncul. Namun ketika relasi kita sudah berjalan lebih jauh dan berkembang, kita cenderung akan sering merasakannya. Hal ini karena kita telah lebih banyak terhubung dengannya. Jadi, rasa cemburu itu wajar karena relasi yang dijalani sangatlah penting. Kita menjadi lebih peduli pada kelangsungan relasi. Penting bagi kita dan pasangan untuk saling menerima bahwa cemburu itu normal, alih-alih memilih untuk berpura-pura tidak terjadi ataupun memutuskan untuk mundur.
3.    Luangkan waktu untuk melepaskan rasa cemburu
Jika kita merasa rasa cemburu sudah benar-benar menguasai, kita perlu melepaskannya untuk mengatasi rasa cemburu agar tidak semakin membesar. Caranya dengan meluangkan waktu untuk ‘waktu cemburu’. Leahy mengatakan bahwa ‘waktu cemburu’ adalah waktu dimana kita membuat perjanjian dengan pikiran cemburu. Jika kita meluangkan waktu cemburu pada jam 8 malam, kita bisa menuliskannya.
‘Waktu cemburu’ bisa diluangkan selama 20 menit, saat itu kita sangat sadar diri, membiarkan diri sepenuhnya berkonsentrasi pada perasaan itu sehingga setiap kali itu terulang, kita akan mulai terbiasa karena telah melakukannya pada waktu yang sama. Jika kita ingin melangkah lebih jauh, kita bisa menggunakan teknik yang dinamakan Leahy sebagai ‘teknik kebosanan’. Teknik ini dilakukan dengan mengulangi pemikiran “Pasanganku bisa saja menipuku” selama 10 menit sampai bosan. Hal ini dilakukan jika kita benar-benar merasa yakin bahwa pasangan akan setia dan tidak ada dasar nyata untuk perasaan cinta.
4.    Turunkan ekspektasi
Jika kita yakin bahwa tidak masalah ketika pasangan kita tertarik pada orang lain, kita mungkin harus tetap memeriksa rasa percaya kita padanya. Memang wajar ketika ia menemukan seseorang yang menarik, tetapi hal itu menjadi salah jika ia bertindak lebih karena ketertarikannya tersebut. Turunkan ekspektasi kita kepadanya dan tetaplah bersikap jujur. “Jika dalam relasi banyak aturan yang disepakati, itu akan membuat pasangan lebih rentan untuk merasakan cemburu,” jelas Leahy. Merupakan hal yang wajar ketika kita telah membangun relasi sedemikian rupa dan kita tetap merasakan cemburu karena banyak hal.
5.    Evaluasi kembali toxic habits
Berbagai tindakan yang menurut kita akan sangat meyakinkan apakah dia selingkuh atau tidak seperti menginterogasi dengan memeriksa ponsel pasangan atau menguntit media sosialnya, akan membuat kita semakin cemas jika tidak menemukan bukti. Menurut Leahy, alih-alih menjadi lebih terhubung, strategi ini semakin menjauhkan kita dengannya. Sementara itu, ketika pasangan kita memang mengakui kadang-kadang ia berbohong dan kita tidak akan mengetahuinya jika kita tidak melihat media sosial, kita perlu mengevaluasi kembali cara tersebut. Jangan sampai kita menjadikan kebiasaan itu menjadi hal yang utama selama kita menjalin relasi seumur hidup.
6.    Ketahuilah bahwa pengkhianatan bukanlah sebuah akhir
Kodependensi membuat kita menjadi buta. Untuk mereka yang ada dalam kondisi kodependensi atau adiktif terhadap relasi akan merasa bahwa pasangan kita adalah segalanya. Kita rela menghindari rasa ketidak-nyamanan agar relasi kita tidak gagal. “Penelitian menunjukkan orang-orang yang takut hubungannya gagal akan jauh mudah merasa cemburu,” papar Leahy.
Pada akhirnya, kondisi ini akan membuat kita sering merenung dan terobsesi terhadap hal-hal yang terasa mengancam relasi kita. Kecemburuan dapat membantu kita untuk lebih memahami tentang pasangan atau pun relasi lebih jauh. Kita juga bisa mengetahui berbagai kemungkinan yang bisa membahayakan relasi kita.
Kita memang tak dapat selalu mencegah pasangan melakukan cheating dengan orang lain, namun yang bisa kita lakukan adalah mengomunikasikan rasa khawatir kita dengan baik. Memastikan bahwa cemburu tidak benar-benar mengontrol diri kita. Kita mungkin tidak bisa mencegah tapi kita bisa mencoba untuk mempertahankan.
diolah kembali dari MSN Gaya Hidup

Tidak ada komentar:

Posting Komentar