CINTA Vs CEMBURU
Bertrand Russell, dalam bukunya The Conquest of Happiness, berkata bahwa cemburu merupakan salah
satu dorongan hati manusia yang universal dan tertanam di dalam hati. Batas
antara cinta dan cemburu demikian tipis. Kerap terjadi, semakin seseorang
mencintai pasangannya, semakin ia khawatir akan kehilangan orang itu. Perasaaan
cemburu merupakan salah satu konsekuensi mencinta. Dalam bukunya The Romance Factor, Allan McGinnis berpendapat bahwa cemburu dalam takaran tertentu
dapat menandakan cinta.
Namun, kadang rasa cemburu
dalam relasi cinta menjadi “buta”, yang dapat merusak relasi cinta itu. Ini
disebabkan kepribadian yang tidak seimbang. Rasa cemburu bisa bersifat
patologis, yakni semacam kelainan jiwa yang berakar pada proses pembentukan kepribadian
sedari masa kecil.
Perasaan cemburu yang
berlebihan dapat saja muncul sebagai manifestasi dari perasaan tak mau
dikalahkan oleh orang lain. Seorang kekasih bersikap demikian karena ia tak
ingin pasangan-nya mengagumi atau terpikat pada orang lain yang lebih unggul
dari dirinya. Russell mengemukakan, perasaan cemburu pada hakikatnya muncul
karena kebiasaan manusia membandingkan dirinya dengan manusia lain; lalu muncul
perasaan terancam atau tersaingi.
Cara mengatasi rasa
cemburu, menurut Russell adalah dengan melebarkan hati sebagaimana kita
melebarkan pikiran. “Bagaimana kita bisa mengubah perasaan cemburu menjadi
perasaan kagum,” ungkap Russell. Cara lain adalah dengan membiasakan diri
berpikir positip. Di sini kita dapat melihat diri sendiri dari sudut positip
dan bisa pula melihat kelebihan orang lain dengan besar hati
Sumber:
HIDUP 9 Des 2007, hlm 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar