Jumat, 20 Desember 2019

KENAPA ALLAH MENJADI MANUSIA


Tak lama lagi umat kristiani, baik katolik maupun protestan, akan merayakan hari raya natal. Secara sederhana natal dipahami dengan peristiwa kelahiran Yesus Kristus di dunia; dan Yesus itu diimani sebagai Allah. Karena itu juga, selain sebagai peristiwa kelahiran, natal juga dimaknai sebagai peristiwa inkarnasi, Allah menjadi manusia. Pada titik inilah banyak orang, terutama kaum muslim, tidak menerima hal ini. Mereka bertanya kenapa Allah orang kristen menjadi manusia?
Orang kristen biasanya mengemukakan alasan biblis dengan mengutip Injil Yohanes, yaitu karena kasih (bdk. Yoh. 2: 16). Allah mengasihi manusia dan ingin menyelamatkan mereka. Akan tetapi, tetap saja orang akan bertanya, kenapa harus jadi manusia. Kenapa tidak yang lain? Dan biasanya, orang kristen akan mengutip penjelasan Rasul Paulus, “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasehati Dia?” (1kor 2: 16). Di sini Paulus mau menyatakan bahwa peristiwa inkarnasi adalah peristiwa iman, bukan peristiwa akali. Tidak ada manusia di dunia ini yang dapat menyelami misteri Allah yang mahakuasa. Allah mau jadi apa saja adalah kewenangan mutlak Allah, karena Dia mahakuasa. Mana mungkin ada manusia yang mengatur-atur Allah: tak boleh jadi ini, harus begini dan begitu. Jika demikian, siapa yang sebenarnya berkuasa: Allah atau manusia?
Kenapa Allah menjadi manusia, kini menjadi pertanyaan yang tak dapat dipahami jawabannya oleh akal budi kebanyakan orang. Akan tetapi, sangat menarik membaca cerita singkat berikut ini, yang sekilas menjawab pertanyaan tersebut. Semoga ilustrasi ini bermanfaat.

Pada suatu ketika, ada suatu keluarga petani di negeri 4 musim.
Sang suami tidak percaya kisah tentang Yesus, Allah yang menjadi manusia.
Kalau saya adalah Allah, saya tidak akan mau menjadi merendahkan diri menjadi manusia, demikian pikirnya. Menurutnya itu adalah tindakan konyol.
Oleh karena itu, dia tidak mau pergi bersama istri dan anak-anaknya ke gereja untuk merayakan natal. Saat itu musim dinginDia sendirian di rumah, duduk menonton televisi sambil membaca-baca koran dengan ditemani secangkir kopi. Sementara di luar salju turun semakin deras.
Tiba-tiba dia mendengar suatu suara benturan dari arah ruang keluarga. Dan kembali ada suara benturan beberapa kali. Dengan bergegas dia ke ruang depan untuk mencari tahu sumber benturan itu. Ketika ia membuka pintu, ia melihat beberapa ekor burung yang kedinginan dan linglung setelah menabrak kaca jendela. Ternyata mereka tersesat di tengah hujan salju deras dan berusaha masuk ke rumah melalui jendela.
“Burung-burung ini tidak akan selamat di tengah badai salju seperti ini,” demikian pikirnya, “Tetapi ada sesuatu yang bisa aku lakukan.”
Petani itu mempunyai gudang atau lumbung tak jauh dari rumahnya, persisnya di samping rumah. Petani itu berpikir, seandainya burung-burung tersebut bermalam di sana, mereka bisa tetap hangat dan selamat dari badai salju.
Setelah memakai jaket musim dingin, dia keluar rumah, membuka pintu gudang dan menyalakan lampunya. Petani itu berteriak-teriak agar burung-burung itu datang kepadanya. Tetapi ternyata burung-burung tersebut tidak masuk ke dalam lumbung yang hangat seperti harapannya.
Lalu muncul ide lainnya. Dia mencoba menarik perhatian burung-burung tersebut dengan menaburkan biji-bijian sampai ke lumbung. “Mungkin dengan umpan makanan, burung-burung tersebut mau berjalan menuju ke lumbung dan tinggal di sana,” pikirnya.
Tetapi burung-burung tersebut tetap saja tidak tahu apa yang sedang diusahakannya. Lalu petani itu berdiri dekat burung-burung itu, mencoba meniru kepak-kepak sayap burung dan meniru suara burung supaya mereka mau mengikutinya. Lagi-lagi usahanya tidak membuahkan hasil.
Di tengah rasa frustrasinya, dia bergumam, “Seandainya aku bisa menjadi burung, sebentar saja, pasti aku bisa memimpin dan meyakinkan mereka masuk ke dalam lumbung, dan mereka akan SELAMAT dari badai ini dan tetap HIDUP.”
Tiba-tiba terdengar suara pujian gereja di kejauhan. Sang petani pun terperangah dan dia lalu berlutut. Dia teringat pada cerita Natal dan sekarang cerita tentang Allah yang menjadi manusia menjadi lebih masuk akal baginya. Jelas cara terbaik untuk membawa manusia pada keselamatan yang dijanjikan Allah adalah dengan Allah merendahkan diri-Nya menjadi manusia betapapun mustahil ini bagi banyak orang.
Dengan demikian pesan-pesan Allah menjadi lebih jelas dan lebih baik dan manusia lebih dapat memahaminya. Sehingga dengan demikian manusia memperoleh keselamatan, yang adalah hidup kekal.
diolah kembali dari tulisan 7 tahun lalu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar