Rabu, 28 Agustus 2019

PAUS FRANSISKUS: MEREKA YANG HANYA MENCARI UNTUNG MENGHADAPI ‘KEMATIAN BATINIAH’

Orang-orang Kristen yang lebih fokus pada kedekatan lahiriah dengan Gereja daripada peduli dengan sesama ibarat turis yang berkelana tanpa tujuan, demikian pernyataan Paus Fransiskus pada 21 Agustus saat audensi umum mingguannya. Orang-orang “yang selalu lewat tetapi tidak pernah memasuki Gereja” dalam cara yang sepenuhnya komunal dalam hal berbagi dan peduli sibuk dalam semacam “wisata spiritual yang membuat mereka percaya bahwa mereka adalah orang Kristen tetapi sebaliknya hanyalah turis,” tambah Paus Fransiskus.
“Kehidupan yang hanya didasarkan pada upaya mencari profit dan manfaat dari situasi yang merugikan orang lain pasti menyebabkan kematian batin,” jelas Paus Fransiskus. “Dan beberapa banyak orang yang merugikan orang yang mengatakan bahwa mereka dekat dengan Gereja, berteman dengan pastor dan uskup namun hanya mencari kepentingan mereka sendiri. Ini adalah kemunafikan yang menghancurkan Gereja.”
Selama audensi, Clelia Manfellotti, seorang gadis 10 tahun dari Naples yang didiagnosis autisme berjalan menaiki tangga ke tempat Paus Fransiskus duduk. Paus Fransiskus meminta petugas keamanan untuk membiarkan dia karena Tuhan berbicara melalui anak-anak, yang membuat para audiens bertepuk tangan. Saat menyapa para peziarah berbahasa Italia di akhir audiens, Paus Fransiskus merenungkan gadis kecil itu yang “menjadi korban penyakit dan tidak tahu apa yang dia lakukan.”

“Saya bertanya satu hal, tetapi semua orang harus menanggapi dalam hati: ‘Apakah saya berdoa untuknya; memandangnya, apakah saya berdoa agar Tuhan menyembuhkannya, melindunginya? Apakah saya berdoa untuk orangtua dan keluarganya?’ Ketika kita melihat seseorang menderita, kita harus selalu berdoa. Situasi ini membantu kita untuk mengajukan pertanyaan ini: apakah saya berdoa untuk orang ini yang telah saya lihat, (orang ini) yang menderita?” urai Paus Fransiskus.
Kisah Para Rasul
Dalam katekesenya, Paus Fransiskus melanjutkan serangkaian ceramahnya tentang Kisah Para Rasul, merefleksikan pembagian barang di antara komunitas Gereja perdana. Sementara berbagi dalam doa dan ekaristi mempersatukan orang-orang beriman “dalam satu hati dan satu jiwa,” kata Paus Fransiskus, berbagi barang membantu orang-orang Kristen perdana untuk saling memelihara satu sama lain dan “menjauhkan dari bencana kemiskinan.”
“Dengan cara ini koinonia, atau persekutuan menjadi cara baru untuk berelasi di antara para murid Tuhan. Ikatan dengan Kristus membentuk ikatan antara saudara dan saudari yang juga bertemu dan diekspresikan dalam persekutuan barang-barang material. Menjadi anggota Tubuh Kristus membuat orang beriman bertanggung jawab satu sama lain,” papar Paus Fransiskus.
Namun, Paus Fransiskus juga mengingat contoh Ananias dan istrinya, Safira, dua anggota Gereja Kristen awal, yang tiba-tiba meninggal setelah ketahuan bahwa mereka menahan sebagian dari keuntungan penjualan tanah mereka dari para rasul dan komunitas Kristen. Paus Fransiskus menjelaskan bahwa pasangan yang dikutuk itu “berbohong kepada Tuhan karena hati nurani yang terisolasi, hati nurani yang munafik” yang didasarkan pada “kepemilikan parsial dan opurtunistik” untuk Gereja.
“Kemunafikan adalah musuh terburuk komunitas Kristen ini, dari kasih Kristiani ini: dalam hal berpura-pura mencintai satu sama lain tetapi hanya mencari kepentingan sendiri,” jelas Paus Fransiskus. “Faktanya, gagal dalam ketulusan berbagi atau gagal dalam ketulusan mencintai berarti menumbuhkan kemunafikan, menjauhkan diri dari kebenaran, menjadi egois, memadamkan api persekutuan dan membinasakan diri pada dinginnya batin kematian.”
Sebelum mengakhiri ceramahnya, Paus Fransiskus berdoa agar Tuhan “mencurahkan roh kelembutannya dan mengalirkan kebenaran yang menyuburkan solidaritas kristiani.” Berbagi barang, ujar Paus Fransiskus, “jauh dari sekedar kegiatan bantuan sosial” melainkan “hal yang melekat dari sifat Gereja, ibu yang lembut dari semua, terutama yang paling miskin.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar