Rabu, 07 Maret 2018

NASEHAT PAULUS SOAL PERSELISIHAN

Manusia adalah makhluk sosial. Kesosialannya menuntut manusia hidup berdampingan dengan orang lain. Sekalipun semua manusia itu makhluk sosial, tiap manusia punya keunikan. Ketika keunikan-keunikan tersebut saling bertemu, tak jarang kerap menimbulkan konflik. Ada iri hati, egoisme, dengki, fitnah, keangkuhan, dan lain sebagainya. Semua ini akhirnya menimbulkan perselisihan dan permusuhan, dan dari sini muncullah benci dan dendam.
Semua hal tersebut di atas, dari iri hati hingga dendam, menurut Paulus dikenal sebagai perbuatan daging (bdk. Galatia 5: 20), bahwa manusia masih sebagai manusia duniawi yang hidup secara manusiawi (bdk. 1Kor 3: 3). Di sini Rasul Paulus menghendaki agar umat manusia hidup dalam roh sehingga perbuatan-perbuatannya adalah perbuatan roh, seperti tidak gila hormat, tidak hidup berselisih dan tidak saling dengki (bdk. Galatia 5: 26). Perbuatan roh itu dapat dilihat dari buahnya, seperti: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri (bdk. Galatia 5: 22 – 23).
Apa yang dikehendaki oleh Paulus, sebenarnya selaras dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Dengan kata lain, Paulus kembali menyampaikan ajaran Yesus Kristus dengan menggunakan bahasa yang lain. Satu perintah utama Tuhan Yesus adalah kasih, yaitu mengasihi Tuhan dan juga mengasihi sesama, bahkan musuh sekalipun (inilah letak keunggulan ajaran kristiani dibandingkan agama lain, seperti islam yang malah ingin membinasakan agama lain). Salah satu wujud kasih adalah mengampuni kesalahan orang terhadap kita.
Paulus tidak ingin ada perselisihan dalam hidup umat manusia. Kepada jemaat di Korintus, Paulus pernah menulis,”Jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan, bukankah hal itu menunjukkan bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi?” (1Kor 3: 3). Paulus ingin hidup umat manusia itu rukun dan damai. Karena itu, dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, Paulus mengungkapkan kekhawatirannya. “Aku khawatir akan adanya perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, fitnah, bisik-bisikan, keangkuhan dan kerusuhan.” (2Kor 12: 20).
Dua pernyataan Paulus di atas bisa menjadi refleksi umat manusia dewasa ini, bahwa kita masih sebagai manusia duniawi yang hanya hidup secara manusiawi jika masih saling berselisih. Hal tersebutlah yang membuat Paulus merasa khawatir. Terbersit keinginan Paulus supaya umat manusia hidup dalam kasih dan damai. Paulus tidak mau manusia hidup dalam perselisihan dan permusuhan.
Oleh karena itu, Paulus menasehati supaya orang berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan (bdk. 1Tim 2: 8). Sekali lagi, ajaran Paulus ini sejalan dengan apa yang pernah disampaikan Tuhan Yesus (bdk. Mat 5: 23 - 24). Paulus mengajak umat manusia untuk “hidup dengan sopan, seperti pada siang hari; …, jangan dalam perselisihan dan iri hati.” (Roma 13: 13). Dengan kata lain, Paulus menghendaki supaya umat manusia mau hidup dalam rukun dan damai, tanpa ada perselisihan dan permusuhan. Untuk itu, manusia harus hidup dalam kasih, atau melaksanakan perintah kasih.
Kepada jemaat di Korintus, Paulus memberikan gambaran kasih itu agar umat bisa dengan mudah memahami dan menghayatinya. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidak-adilan, tetapi karena kebenaran.” (1Kor 13: 4 – 6).
Jadi, dengan kasih kita bisa meruntuhkan keangkuhan diri dan mental mementingkan diri sendiri sehingga kita bisa menerima uluran tangan persahabatan dan permintaan maaf orang lain. Kasih juga dapat menghapus iri hati, fitnah dan dengki, karena kasih itu tidak cemburu.
Koba, 16 Januari 2018
by: adrian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar