Jumat, 29 Maret 2019

PAUS FRANSISKUS: JANGAN MENUNDA UNTUK BERTOBAT

Tuhan itu sabar dan penuh belas kasihan, namun itu tidak berarti orang menunda untuk bertobat, karena mereka tidak pernah tahu berapa lama lagi mereka akan hidup, demikian ungkap Paus Fransiskus dalam sambutannya sebelum Doa Angelus pada 24 Maret lalu. “Kita percaya akan besarnya belas kasihan Tuhan, tetapi kita tidak boleh menyalah-gunakan kebaikan-Nya. Kita tidak boleh membenarkan kemalasan spiritual, tetapi meningkatkan komitmen kita untuk segera menanggapi kemurahan itu dengan sepenuh hati,” jelas Paus Fransiskus.
Dalam sambutannya itu, Paus Fransiskus focus pada perumpamaan tentang pohon ara dari bacaan Injil hari itu. Dalam cerita itu, pemilik tanah ingin menebang pohon ara yang tidak berbuah selama 3 tahun, tetapi tukang kebun membujuknya agar membiarkan dia merawatnya dan memberikan waktu setahun lagi. “Pemilik tanah melambangkan Tuhan, Bapa dan tukang kebun adalah gambaran Yesus, sementara pohon ara adalah symbol manusia yang acuh tak acuh,” kata Paus Fransiskus.
“Yesus selalu menjadi perantara manusia kepada Bapa dan selalu meminta-Nya untuk menunggi dan member lebih banyak waktu sehingga buah cinta dan keadilan muncul,” papar Paus Fransiskus. Pra-paskah adalah masa bagi semua orang kristiani untuk mengambil langkah-langkah pembaharuan diri, tetapi kemungkinan untuk bertobat tidak terbatas. Perlu untuk melakukannya sekarang, kalau tidak bias hilang selamanya.
“Ada orang yang mungkin berpikir dalam pra-paskah tahun ini: apa yang harus saya lakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, bertobat, memangkas hal-hal yang tidak baik? Tidak, tidak, saya akan menunggu sampai pra-paskah berikutnya.” Orang-orang seperti itu, menurut Paus Fransiskus, harus bertanya “apakah saya masih hidup pada pra-paskah berikutnya?”
Di sisi lain, kata Paus Fransiskus, ketika seseorang melihat orang lain sedang berbuat salah atau berjuang hal yang tepay dilakukan adalah “meniru kesabaran Tuhan, yang percaya pada kemampuan setiap orang untuk bangkit kembali” dan kembali mengikuti Dia. “Tuhan adalah seorang Bapa dan tidak akan menolak yang lemah tetapi memelihara dan merawat mereka yang lemah sehingga mereka menjadi lebih kuat dan dapat membuat kontribusi cinta mereka kepada komunitas,” papar Paus Fransiskus.
Paus Fransiskus juga menggunakan momentum pidato Angelus-nya untuk mengenang para martir misionaris, para uskup, imam, religious dan pekerja Gereja awam yang terbunuh di wilayah misi Gereja. Tahun lalu, papar Paus Fransiskus, 40 orang dibunuh, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Mengingat Kalvari zaman kini yang dialami orang-orang yang dianiaya atau dibunuh karena iman mereka kepada Yesus merupakan ucapan syukur bagi seluruh Gereja,” jelas Paus Fransiskus. “Tetapi itu juga merupakan inspirasi untuk bersaksi dengan berani dengan iman dan harapan kita pada diri-Nya yang disalib mengalahkan kebencian dan kekerasan dengan cinta-Nya.”
sumber: UCAN Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar