Jumat, 18 Mei 2018

FENOMENA TERORIS SATU KELUARGA: INI MOTIVASI PARA TERORIS

Sejak kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua, 9 Mei lalu, sejumlah aksi terorisme terjadi secara simultan. Hari Minggu, 12 Mei ada aksi teroris di Cianjur, di tiga lokasi gereja di Surabaya, dan di Sidoarjo. Keesokan harinya Surabanya kembali diguncang aksi teror. Kali ini terjadi si Malpotabes Surabaya. Hingga sehari menjelang Bulan Suci Ramadhan, masih terjadi beberapa aksi teror di daratan Sumatera.
Indonesia memang sudah tak asing dengan aksi teror. Namun aksi teror di Surabaya memunculkan satu fenomena baru dalam aksi terorisme Indonesia, yaitu munculnya satu keluarga inti sebagai pelaku terorisme. Selama ini para teroris itu adalah personal yang tidak terkait dalam ikatan keluarga utuh. Peristiwa bom Bali memang menampilkan dua tokoh kakak beradik sebagai pelaku teror, namun itu tidak utuh seperti yang terjadi di Surabaya. Kejadian terorisme di Surabaya dan Sidoarjo menampilkan keluarga utuh: ayah, ibu dan anak-anak.
Munculnya pelaku teror dari satu keluarga utuh ini membuat orang kembali mempertanyakan apa alasan atau motivasi orang mau terlibat dalam terorisme. Selama ini banyak orang menilai bahwa mereka yang terlibat dalam terorisme, bahkan hingga menjadi pelaku bom bunuh diri, hanya bertujuan ekonomi. Dengan ikut dalam aksi teror, mereka akan mendapat uang. Seandainya pun mereka mati dalam aksi bom bunuh diri, keluarga yang ditinggalkan akan mendapat santunan. Artinya, masih ada yang menikmati keuntungan ekonomi tersebut. Karena itu, orang mengatakan bahwa para pelaku terorisme itu umumnya berasal dari latar belakang keluarga ekonomi kurang mampu.
Akan tetapi, alasan ekonomi tersebut di atas tidak dapat diterapkan pada pelaku teror yang berasal dari satu keluarga utuh. Misalnya seperti yang terjadi di Surabaya, pada aksi teror di tiga lokasi gereja dan di Malporestabes. Jika demi alasan ekonomi, apa yang didapat para pelaku bila semuanya (satu keluarga) meninggal akibat aksi bom bunuh diri. Sama sekali mereka tidak mendapat sedikit pun keuntungan ekonomi, karena ayah, ibu dan semua anaknya meninggal dunia.
Karena itu, apa yang menggerakkan orang untuk terlibat dalam aksi terorisme?
Tak bisa dipungkiri alasan religius menjadi penggerak orang mau melakukan aksi teror. Hal ini dalam islam dikenal dengan istilah jihad. Yang dimaksud dengan alasan religius itu adalah melaksanakan perintah Allah dan ingin cepat masuk sorga serta mengikuti teladan nabi. Umat beragama pastilah terpanggil untuk melaksanakan perintah Allahnya, dan akhir perjalanan hidup umat beragama adalah sorga. Dua hal inilah yang menggerakkan hati kaum teroris untuk melaksanakan aksi jihadnya, termasuk dengan membunuh dirinya sendiri. Dua hal tersebut, yakni melaksanakan perintah Allah dan ingin cepat masuk sorga, bersumber dalam Al-Qur’an (dalam hadis juga ada perintah atau ajakan untuk berjihad). Sedangkan mengikuti teladan nabi bersumber dari hadis.
Umat islam yakin bahwa Al-Qur’an adalah wahyu yang berasal langsung dari Allah (bdk. QS As-Sajdah: 2 dan Az-Zumar: 1 – 2, 41). Ada banyak perintah untuk melakukan jihad yang tersebar di dalam Al-Qur’an, khususnya dalam surah-surah Madaniah. Karena Al-Qur’an diyakini berasal dari Allah, maka perintah untuk berjihad itu adalah berasal dari Allah. Dan umat islam harus ikut apa yang tertulis dalam al quran (bdk QS 75: 18). Berikut ini beberapa rujukan jihad yang ada dalam Kitab Suci islam ini:
Surah 2 ayat 178, 179, 190, 191, 193, 216, 217, 218, 244; surah 3 ayat 121, 122, 123, 124, 125, 140, 155, 165, 166, 167, 169, 173, 195; surah 4 ayat 71, 72, 74, 75, 76, 77, 84, 89, 91, 94, 95, 100, 102, 104; surah 5 ayat 33, 35, 38; surah 8 ayat 5, 7, 9, 12, 15, 16, 17, 39, 42, 45, 59, 65, 67, 69, 71, 72, 74, 75; surah 9 ayat 5, 12, 13, 14, 16, 19, 20, 24, 25, 26, 29, 36, 38, 39, 41, 44, 52, 73, 81, 83, 86, 88, 92, 111, 120, 122, 123; surah 16 ayat 110; surah 22 ayat 39, 78; surah 29 ayat 6, 69; surah 33 ayat 7, 18, 20, 25, 26; surah 47 ayat 20; surah 48 ayat 16 , 22; surah 59 ayat 2 , 5, 6, 7, 8, 14; surah 60 ayat 9; surah 61 ayat 4; surah 63 ayat 4; surah 64 ayat 14; surah 66 ayat 9; surah 73 ayat 20.
Sedangkan sorga sebagai penggerak untuk melakukan aksi terorisme juga banyak tersebar di beberapa surah Al-Qur’an dan hadis. Sudah lazim diketahui umum bahwa mereka yang mati dalam pertempuran di jalan Allah, yang dikenal juga sebagai jihad (terorisme), akan langsung masuk sorga. Di sana mereka akan disambut dan dilayani oleh para bidadari. Makna “dilayani” di sini sering dipahami secara seksual.
Tentulah banyak umat islam akan menyangkal apa yang telah disampaikan di atas, yakni bahwa dasar dari terorisme adalah melaksanakan perintah Allah, ingin cepat masuk sorga dan mengikuti teladan nabi, sekalipun hal tersebut ada tertulis dalam Al-Qur’an dan hadis. Mereka menyalahkan kaum teroris yang telah membajak ajaran islam. Mereka menilai bahwa kaum teroris salah memahami apa yang tertulis dalam Al-Qur’an dan hadis. Karena itu, mereka akan mengatakan bahwa kaum teroris bukan islam.
Akan tetapi, perlu disadari dan diketahui bahwa cara pandang kebanyakan umat islam terhadap kaum teroris tak jauh beda dengan cara pandang kaum teroris terhadap umat islam. Kaum teroris memandang umat islam yang tidak berjuang di jalan Allah seperti mereka adalah bukan islam. Dasar penegasian mereka adalah Al-Qur’an, karena dalam Al-Qur’an sudah jelas tertulis perintah Allah untuk berjihad. Bukankah Al-Qur’an mudah dipahami (lih. QS 54: 17, 34). Jadi, sumber aksi terorisme itu ada dalam Al-Qur’an dan hadis, yang menjadi inti ajaran islam.
Dengan kata lain, dari sumber yang sama lahirlah pro kontra. Umat islam yang anti terorisme akan selalu mengatakan bahwa Allah memerintahkan umat-Nya untuk saling mengasihi, dan Rosulullah mengajak umatnya untuk menolak kekerasan. Ini selalu dikatakan ketika muncul aksi terorisme. Namun di pihak lain, para teroris juga memiliki argumen yang sama. Mereka mengatakan bahwa Allah memerintahkan umat-Nya untuk berjuang di jalan-Nya, membela agama-Nya, dan memerangi kaum kafir, dan perintah Allah ini didukung pula oleh perkataan, sikap dan perbuatan Rosulullah.
Pro kontra tersebut dapat dimaklumi karena dapatlah dikatakan bahwa islam memiliki wajah ganda, di satu sisi mengajak damai, toleran dan anti kekerasan, tapi di sisi lain penuh kebencian, intoleran dan kekerasan. Ini dapat dilihat dari perbedaan dalam Al-Qur’an, antara surah-surah yang turun di Mekkah (dikenal dengan surah Makkiyah), dan surah-surah yang turun di Madinah (dikenal dengan surah Madaniyah). Surah-surah Makkiyah terkenal dengan kelembutan dan kebajikan, sebaliknya surah-surah Madaniyah penuh dengan kekerasan dan kebencian (perbedaan dua surah ini dapat dibaca di sini).
Jadi, bisa dikatakan bahwa umat islam yang menolak terorisme mendasarkan pernyataannya pada surah-surah Makkiyah, sementara kaum teroris mendasarkan aksinya pada surah-surah Madaniyah.
Bandung, 16 Mei 2018
by: adrian

2 komentar:

  1. Tulisan anda ini hanya isi otak anda.. Bukan berdasarkan fakta.. Pahami benar2 Al-Qur'an jgn asal bawa Al-Qur'an ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas tanggapan Anda. Memang tulisan ini hasil pemikiran (olah otak) saya, yang diambil dari fakta dan literatur. Bisakah Anda tunjukkan dimana saya harus benar-benar pahami Al-Quran?

      Hapus