Minggu, 17 Maret 2019

MENGHADAPI SITUASI POST POWER SYNDROME

Hari ini, dua tahun lalu, persisnya 17 Maret 2017, blog budak-bangka menurunkan sebuah tulisan dengan judul “Post Power Syndrome”. Tulisan tersebut masuk dalam label bilik psikologi, karena berbicara mengenai persoalan kejiwaan seseorang. Tulisan dua tahun lalu itu diambil dari tulisan di Harian Kompas, 11 Februari 2017, hlm 13.
Hampir setiap orang akan mengalami situasi Post power syndrome (PPS). PPS merupakan suatu gejala “penyakit” yang dialami kebanyakan orang setelah tidak lagi punya aktivitas tetap. Karena itu, tulisan dua tahun lalu itu berangkat dari kisah pengalaman seorang mantan direktur di perusahaan multinasional. Dari kisah tersebut mengalirlah ulasan dan telaah psikologis mengenai orang-orang yang “tidak menjabat lagi” di suatu jabatan.
Tulisan tersebut dikemas dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana dan ringan sehingga dapat dengan mudah dinikmati pembaca mana pun. Di dalam tulisan tersebut ada banyak tawaran berguna atau petunjuk praktis bagi mereka-mereka yang akan menghadapi situasi “tidak lagi menjabat”. Apa saja tawaran tersebut? Dan bagaimana orang dapat menghadapi situasi “tak menjabat lagi” dengan hati sukacita? Langsung saja klik dan baca di sini. Selamat membaca!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar