INILAH KEPRIHATINANKU
Pada mulanya, ketika dibuat,
website keuskupan merupakan website profil. Isi dari website tersebut menampilkan
profil keuskupan, seperti sejarah keuskupan, uskup-uskupnya, paroki dan
pastornya, lembaga hidup bakti yang berkarya, yayasan dan karya pastoral
lainnya, data imamnya, dan masih banyak lainnya. Diharapkan dengan membaca
website ini orang sudah memiliki gambaran utuh mengenai keuskupan.
Namun ketika saya masuk
mengurus website ini, saya menambah wujud website ini. Ia tidak lagi hanya
sebagai website profil, melainkan juga website pewarta. Saya ingin supaya website ini menjadi media
pewartaan. Karena itu, melalui website ini akan disampaikan beberapa informasi,
baik informasi seputar peristiwa di keuskupan dan di luarnya, maupun informasi
iman.
Berkaitan dengan informasi
iman, saya menggagas adanya rubrik renungan. Saya berpikir bahwa ada begitu
banyak imam di keuskupan ini. Website ini adalah website keuskupan. Mereka merupakan
bagian dari keuskupan. Dengan kata lain, mereka turut bertanggung jawab akan
website ini. Karena itu, pastilah mereka bisa menyiapkan sebuah renungan. Satu
tujuan tersembunyi saya adalah mencoba membiasakan para imam menulis.
Awalnya saya coba untuk
renungan selama sepekan (Minggu sampai Sabtu). Renungan ini akan dibagi ke
dalam dua kategori, yaitu renungan harian (Senin – Sabtu), yang akan di-upload hari Minggu sore, dan renungan
hari Minggu yang akan di-upload hari
Sabtu pagi. Akan tetapi rencana ini buyar karena mendapat kendala. Sebagian besar
imam tidak bisa memenuhi tenggang waktu pengumpulan sehingga menggangu proses
tampilannya.
Akhirnya saya mengubah
menjadi renungan hari Minggu saja. Renungan ini akan di-upload hari Sabtu pagi. Batas akhir pengumpulan adalah hari Kamis,
karena besoknya saya akan mengeditnya. Pengeditan ini bertujuan demi keseragaman
tampilan.
Apa yang terjadi? Memang sebagian
imam mau menerima tawaran saya untuk ambil bagian dalam pewartaan melalui media
website ini. Akan tetapi banyak juga imam yang bertindak seperti anak sulung
dalam perumpamaan dua anak laki-laki (Matius 21: 28 – 31). Ketika ayah anak itu
memintanya untuk bekerja di lading, ia menyanggupinya, tapi ia tidak pergi. Demikian
pula, ada imam menyatakan kesediaannya untuk membuat renungan, namun sampai
hari H-nya tidak mengumpulkan, meski sudah diingatkan berkali-kali.
Ada juga imam yang bertindak
seperti orang-orang yang menolak undangan pesta perjamuan (bdk. Luk 14: 16 – 20).
Salah satu contoh, pada hari Senin pagi saya menghubungi seorang rekan imam,
meminta kesediaannya untuk mengisi renungan Minggu. Ia menyampaikan permintaan
maaf karena tidak bisa. Lantas saya tanya kapan bisanya, ia menjawab, “Ya ga
tau.” Terus terang, saya bingung dengan jawaban ini. Dia sama sekali tidak tahu
kapan bisa membuat renungan (mulai minggu besok hingga akhir tahun liturgi),
padahal setiap minggu ia selalu berkotbah.
Sekedar informasi saja, dari tulisan-tulisan yang di-upload di website, renungan mempunyai ratting cukup tinggi. Pengunjungnya lumayan banyak (rata-rata di atas 100). Ini sebenarnya kesempatan untuk pewartaan. Di samping itu, renungan tersebut dapat membantu rekan imam lain dalam mengolah inspirasi kotbahnya. Dapat dikatakan, dengan membuat renungan di website, seorang imam sudah membagikan apa yang ada padanya kepada orang lain, secara khusus rekan imamnya. Ia telah mewujudkan “imam membantu imam”.
Batam,
17 Juli 2015
by:
adrian
Baca
juga sharing lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar