Renungan
Hari Selasa Biasa XVI, Thn B/I
Bac
I Kel 14: 21 – 15: 1; Injil Mat 12: 46 – 50;
Bacaan pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Keluaran, melanjutkan kisah kemarin tentang perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir. Kisah hari ini akan menjadi kisah heroik sepanjang masa, karena akan dikisahkan turun menurun. Satu hal yang menarik dari bacaan pertama ini adalah sikap orang Israel setelah menyaksikan peristiwa heroik tersebut. Dikatakan bahwa setelah melihat betapa besarnya perbuatan yang dilakukan Tuhan terhadap orang Mesir, maka orang Israel “percaya kepada Tuhan dan kepada Musa, hamba-Nya itu.” (ay. 31). Mereka percaya kepada Musa, karena Tuhan menyertai dia.
Sikap
orang Israel yang menaruh hormat kepada Musa inilah yang hendak diwartakan Tuhan
Yesus dalam Injil. Dalam Injil Tuhan Yesus mau membangun sikap hormat kepada sesama,
bukan hanya dilandasi hubungan darah, melainkan karena hubungan rohani, yaitu
yang melakukan kehendak Allah. Ikatan kekeluargaan tidak lagi dipersempit
dengan batasan ikatan darah. Tuhan Yesus memperluas ikatan kekeluargaan. “Siapapun
yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah
saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” (ay. 50). Jadi, sama seperti Musa yang senantiasa
melakukan kehendak Allah, sehingga umat menghormatinya, demikian pula umat
harus menghormati siapa saja yang telah melakukan kehendak Allah, sekalipun
tidak ada hubungan darah.
Dalam
membangun relasi, ada kecenderungan manusia untuk mencari orang yang memiliki
kesamaan asal, entah itu keluarga, suku, agama atau apa saja. Kecenderungan manusia
adalah menciptakan gap atau sekat pemisah, dan pemisah itu dapat didasari pada
ikatan kekeluargaan, suku, agama atau lainnya. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk merobohkan sekat pemisah
itu. Tuhan menghendaki agar kita membangun kebersamaan berdasarkan ikatan
rohani, yaitu kehendak Allah. Kehendak Allah-lah yang menjadi pemersatu
hubungan kita, sekalipun ada perbedaan di antara kita.***
by:
adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar