Renungan Hari Selasa
Biasa XXVIII, Thn A/II
Bac I Gal 4: 31 – 5: 6; Injil Luk 11: 37 – 41;
Sabda Tuhan hari ini berbicara tentang pertentangan antara
Tuhan Yesus dengan tradisi Yahudi. Dalam Injil pertentangan itu terjadi di
rumah orang Farisi yang mengundang Yesus makan. Orang Farisi mempersoalkan cara
Yesus makan yang tidak membesihkan tangan terlebih dahulu, sebagaimana tradisi
yang berlaku selama ini. Mungkin tradisi itu berkaitan dengan kesehatan, karena
tangan yang kotor dapat “mengotori” bagian dalam tubuh. Dari sinilah, Tuhan
Yesus memberikan pengajaran-Nya. Yesus menghendaki agar umat selalu menjaga
kebersihan bukan saja yang di luar, melainkan juga yang di dalam.
Dalam bacaan pertama, yang diambil dari Surat Paulus kepada Jemaat
di Galatia, Paulus menampilkan juga pertentangan antara Tuhan Yesus dengan
tradisi Yahudi, khususnya berkaitan dengan sunat. Bagi Paulus Kristus adalah
segala-galanya, sehingga tradisi sunat tidak diperlukan lagi. Mungkin tradisi
sunat dikaitkan dengan kebersihan. Dan bagi Paulus, Kristus, yang telah
memerdekakan umat, sudah “membersihkan” umat manusia lewat kurban-Nya di salib.
Karena itu, Paulus mengajak jemaat untuk tetap percaya kepada Kristus Yesus.
Semua manusia dilahirkan dalam lingkup budaya. Karena itu, ia
tidak bisa dilepaskan dari tradisi budaya. Umumnya tradisi dibuat untuk
kebaikan manusia. Akan tetapi, dalam perjalanan sejarah ada banyak tradisi
kelihatan usang, bahkan dirasa sudah tak memadai lagi. Namun selalu saja ada
orang yang berusaha mempertahankannya. Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk
melihat hal itu. Bukan berarti bahwa tradisi itu tidak baik. Melalui sabda-Nya,
Tuhan mau mengatakan bahwa ada yang jauh lebih baik dri tradisi, yaitu Tuhan Yesus.
Jika ada yang jauh lebih baik, kenapa kita musti ngotot mempertahankan yang
baik? Tuhan menghendaki supaya kita berani melawan arus dan memegang Kristus
sebagai “tradisi” baru pembawa keselamatan.
by: adrian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar