JENIS DISIPLIN YANG DIGUNAKAN PADA AWAL MASA
KANAK-KANAK
Disiplin Otoriter
Ini merupakan bentuk disiplin
tradisional dan yang berdasarkan pada ungkapan kuno yang mengatakan bahwa ‘menghemat cambukan berarti memanjakan anak.’
Dalam disiplin yang bersifat otoriter, orang tua dan pengasuh yang lain
menetapkan peraturan-peraturan dan memberitahukan anak bahwa ia harus mematuhi
peraturan-peraturan tersebut. Tidak ada usaha untuk menjelaskan pada anak,
mengapa ia harus patuh dan padanya tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapat tentang adil tidaknya peraturan-peraturan atau apakah
peraturan-peraturan itu masuk akal atau tidak. Kalau anak tidak mengikuti
peraturan, ia akan dihukum yang seringkali kejam dan keras dan yang dianggap
sebagai cara untuk mencegah pelanggaran peraturan di masa mendatang. Alasan mengapa
pelanggaran peraturan oleh anak tidak pernah dipertimbangkan adalah bahwa ia
mengetahui peraturan itu dan sengaja melanggarnya, juga tidak perlu diberikan
hadiah karena telah mematuhi peraturan. Hal ini dianggap sebagai kewajibannya
dan tiap pemberian hadiah dipandang dapat mendorong anak untuk mengharapkan
sogokan agar melakukan sesuatu yang diwajibkan masyarakat.
Disiplin
yang lemah
Disiplin yang lemah berkembang
sebagai proses terhadap disiplin otoriter yang dialami oleh banyak orang dewasa
dalam masa kanak-kanaknya. Filsafat yang mendasari teknik disiplin ini adalah
bahwa melalui akibat dari perbuatannya sendiri anak akan belajar bagaimana
berperilaku secara sosial. Dengan demikian anak tidak diajarkan
peraturan-peraturan, ia tidak dihukum karena sengaja melanggar peraturan, juga
tidak ada hadiah bagi anak yang berperilaku sosial baik. Banyak orang dewasa
saat ini yang cenderung meninggalkan bentuk disiplin ini karena tidak berhasil
memenuhi tiga unsur penting dari disiplin
Disiplin
Demokratis
Kecenderungan untuk menyenangi disiplin
yang berdasarkan prinsip-prinsip demokratis sekarang meningkat. Prinsip demikian
menekankan hak anak untuk mengetahui mengapa peraturan-peraturan dibuat dan
memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri bila ia menganggap
bahwa peraturan itu tidak adil. Sekalipun anak masih sangat muda tetapi
daripadanya tidak diharapkan perilaku patuh yang buta-butaan. Diusahakan agar
anak mengerti apa arti peraturan-peraturan dan mengapa kelompok sosial mengharapkan
anak mematuhi peraturan-peraturan itu. Dalam disiplin yang demokratis hukuman “disesuaikan
dengan kejahatan” dalam arti diusahakan agar hukuman yang diberikan berhubungan
dengan kesalahan perbuatannya, tidak lagi diberikan hukuman badan. Penghargaan terhadap
usaha-usaha untuk menyesuaikan dengan harapan sosial yang tercakup dalam
peraturan-peraturan diperlihatkan melalui pemberian hadiah terutama dalam
bentuk pujian dan pengakuan sosial.
sumber: Elizabeth
B. Hurlock, PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (edisi 5).
Jakarta: Erlangga, 1980, hlm. 125
Tidak ada komentar:
Posting Komentar